Kisah Sa'ad Bin Mu'adz yang Mengguncang 'Arsy, Jenazahnya Diantar 70.000 Malaikat
Salah satu karamah sahabat Saad bin Muadz RA ketika wafat, jenazahnya diantar 70.000 Malaikat hingga mengguncang Arsy. Foto ilustrasi/dok MBC |
Rusman H Siregar
Sa'ad bin Mu'adz (سعد بن معاذ) radhiyallahu 'anhu adalah sahabat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) yang juga pemimpin Bani Aus di Madinah. Sa'ad memeluk Islam ketika Nabi SAW tiba di Madinah pada 1 Hijriyah (622 M). Beliau adalah sahabat Anshar yang memiliki karamah luar biasa.
Dalam buku "Kisah Karomah Wali Allah", Syeikh Yusuf bin Ismail an-Nabhani menceritakan kisah wafatnya sahabat Sa'ad Bin Mu'adz yangmengguncang 'Arsy.
Sa'ad bin Abi Waqash RA menceritakan bahwa ketika Sa'ad bin Mu'adz wafat setelah perang Khandaq, Rasulullah SAW tergesa-gesa keluar, sampai memutuskan tali sandal seseorang dan tidak membetulkannya, tidak melilitkan kembali selendangnya yang terurai, dan tidak menyapa seorang pun. Orang-orang bertanya, "Ya Rasulullah, mengapa engkau mengabaikan kami?" Beliau SAW menjawab: "Aku khawatir Malaikat mendahului kita untuk memandikan jenazah Sa'ad bin Mu'adz, seperti halnya ia mendahului kita memandikan jenazah Hanzhalah." (Riwayat Abu Na’im)
Dalam riwayat lain diceritakan bahwa pada perang Khandaq, mata Sa'ad bin Mu'adz terkena tombak yang dilemparkan Hayyan bin Arqah. Tenda untuk Nabi SAW telah dipasang di dalam masjid karena beliau akan segera kembali dari perang. Sewaktu Nabi pulang dari Khandaq, beliau melepas baju besinya, kemudian mandi. Ketika beliau sedang mengibaskan debu di kepalanya, Jibril datang lalu berkata, "Engkau telah melepas baju besimu. Demi Allah, jangan melepasnya dulu, temuilah mereka!" Nabi SAW bertanya, "Ke mana?" Jibril menunjuk ke arah perkampungan Band Quraizhah. Rasulullah SAW segera menuju ke sana. Mereka bertempur untuk menegakkan keadilan atas Sa'ad.
Rasulullah SAW berkata, "Sungguh aku akan menghukum mereka, mengobarkan peperangan, menawan para wanita dan anak-anak, juga membagi harta kekayaan mereka". Kemudian Sa'ad berdoa, "Ya Allah, Engkau Maha Tahu, tidak satu pun yang begitu ingin aku perangi karena Engkau selain kaum yang mendustakan dan mengusir Rasul-Mu. Ya Allah, aku sungguh yakin bahwa Engkau telah mengobarkan peperangan di antara kami dan mereka. Jika masih ada peperangan dengan kaum Quraisy, beri aku kesempatan untuk memerangi mereka karena Engkau. Jika Engkau mengobarkan peperangan, izinkan aku mengikutinya dan biarkan aku mati di sana."
Malam itu, peperangan dengan Bani Quraizhah berkobar, akhirnya Sa'ad bin Muadz wafat karenanya. (Diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Aisyah).
Rasulullah SAW pernah bersabda tentang Sa'ad bin Mu'adz, "Sa'ad telah mengguncangkan 'Arsy, dan jenazahnya diantar 70.000 Malaikat." (HR Al-Baihaqi dari Ibnu Umar RA)
Dalam riwayat lain diceritakan bahwa Malaikat Jibril menemui Nabi SAW lalu bertanya, "Siapakah hamba saleh yang wafat sehingga pintu-pintu langit terbuka untuknya dan 'Arsy bergetar?" Nabi kemudian keluar, ternyata Sa'ad bin Mu'adz telah wafat. (HR Al-Baihaqi dari Jabir RA)
Rafi' Al-Zargi menceritakan bahwa salah seorang kaumnya memberitahu bahwa Jibril telah mendatangi Nabi SAW di tengah malam dengan mengenakan ikat kepala dari sutra tebal, lalu Jibril bertanya, "Jenazah siapa gerangan yang telah membuka pintu langit dan menggoncangkan 'Arsy?" Beliau segera berdiri menemui Sa'ad bin Mu'adz dan menemukannya telah gugur. Dalam riwayat lain Hasan Al-Bashri berkata: "Sa'ad bin Mu'adz telah mengguncangkan "Arsy Zat Yang Maha Pengasih, karena gembira dengan kedatangan ruhnya." (Kedua riwayat ini diceritakan oleh Al-Baihaqi)
Muslimah bin Aslam bin Harisy bercerita, "Rasulullah SAW memasuki rumah Sa'ad, tetapi tak ada seorang pun di dalamnya kecuali Sa'ad yang ditutupi kain. Kemudian aku melihat beliau melangkah dan memberi isyarat kepadaku agar berhenti. Aku berhenti dan mundur ke belakang, beliau duduk sebentar lalu keluar. Aku berkata, "Ya Rasulullah, aku tidak melihat seorang pun di sana, namun aku melihatmu melangkah.' Beliau menjawab, 'Aku tidak bisa duduk, sampai salah satu Malaikat melepaskan salah satu sayapnya." (HR Ibnu Sa'ad)
Riwayat lain menceritakan hahwa ketika Sa'ad bin Mu'adz wafat, Rasulullah SAW menggenggam kedua lutut Sa'ad lalu berkata, "Malaikat masuk, tetapi tidak mendapatkan tempat duduk, maka aku lapangkan tempat untuknya." Ketika orang-orang mengusung jenazah Sa'ad bin Mu'adz yang pada masa hidupnya ia adalah orang yang paling besar dan tinggi, salah seorang munafik berkata, "Kami belum pernah mengusung jenazah yang lebih ringan daripada hari ini."
Lalu Nabi SAW bersaada, "Jenazah Sa'ad bin Mu'adz disaksikan 70.000 Malaikat yang tidak menginjak bumi sama sekali." (Riwayat Abu Na’im dari Asy’at bin Ishaq bin Sa’ad bin Abi Waqash).
Diceritakan pula bahwa ketika mengusung jenazah Sa'ad, orang-orang mengatakan, "Ya Rasulullah, kami belum pernah mengusung jenazah yang lebih ringan daripada ini.” Beliau menjelaskan, "Kalian merasa ringan, karena Malaikat telah turun tangan, padahal sebelumnya mereka belum pernah ikut mengusung jenazah bersama-sama kalian". (Riwayat Ibnu Sa'ad dari Mahmud bin Lubaid)
Muhammad bin Syarahbil bin Hasanah menceritakan bahwa pada hari itu, orang-orang mengambil tanah kuburan Sa'ad dan membawanya pulang. Setelah pulang, mereka melihat tanah tersebut telah berubah menjadi minyak wangi. Rasulullah SAW berkata, "Maha Suci Allah, Maha Suci Allah". Lalu beliau mengusapkan minyak wangi itu ke wajahnya dan berkata lagi, "Segala puji hanya bagi Allah, kalau ada orang yang selamat dari himpitan kubur, Sa'ad lah orangnya. Ia dikenai satu himpitan, kemudian Allah membebaskannya." (HR Ibnu Sa'ad dan Abu Na'im dari jalur Muhammad bin Munkadir)
Anni Sa'id al-Khudri RA berkata: "Aku ikut menghadiri pemakaman Sa'ad. Setiap kami menggali sebongkah tanah kuburnya, kami mencium harum minyak wangi." (Riwayat Ibnu Sa'ad)
Demikian karomah sahabat Sa'ad bin Mu'adz yang menggetarkan hati. Kewafatannya tidak hanya membuat Rasulullah SAW takjub, para Malaikat pun ikut mengantar jenazahnya hingga 'Arsy bergoncang karena bergembira menyambut kedatangan ruhnya. Semoga Allah meridhdoinya dan kita dapat meneladani perjuangan beliau. Al-Faatihah.
Wallahu Ta'ala A'lam
(rhs)
No comments:
Post a Comment