Kisah Sultan Abdul Hamid II Hadapi Konspirasi Freemasonry dan Utsmani Baru
Sultan Abdul Hamid II dalam serial film Payitaht. Foto/ilustrasi/Ist |
Miftah H. Yusufpati
GERAKAN yang merongrong kekuasaan Sultan Abdul Hamid II kian banyak saja. Pada saat belum tuntas menghadapi gerakan “Utsmani Muda”, dari Akademi Militer di Istanbul juga muncul gerakan serupa.
Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah menjelaskan tak jauh berbeda dengan gerakan lainnya, gerakan ini juga bertujuan untuk melawan Sultan Abdul Hamid. Salah seorang anggota dari gerakan ini adalah Kalatani Aziz Beik. Dia beraliran Freemasonry ini. Ia berhasil melarikan diri ke Napoli, lalu ke Jenewa pada tahun 1879 dan 1881. Dia menerbitkan sebuah harian yang isinya adalah usaha-usaha membentuk opini yang menentang pemerintahan Utsmani. Harian itu mereka beri nama Istiqbal yang berarti masa depan.
Pada tahun 1889 M terbentuk organisasi mahasiswa di Akademi Militer bidang kedokteran di Istanbul. Beberapa dosen di tempat itu dengan antusias mendukung, baik dengan cara terbuka ataupun tidak pada mahasiswanya untuk melakukan pemberontakan pada pemerintahan Utsmani.
Pemikiran tentang “Utsmani Baru" menyebar luas di kalangan mahasiswa. Pendiri dari organisasi mahasiswa ini adalah Ibrahim Taimu Ar-Rumani, seorang yang terpengaruh dengan gerakan Freemasonry Italia. Mereka menamakan gerakan mahasiswa ini dengan "Kesatuan Utsmani" dan memilih hari peresmiannya bersamaan dengan dengan hari ulang tahun ke-100 dari revolusi Prancis.
Mereka jadikan perlawanan terhadap pemerintahan Sultan Abdul Hamid sebagai tujuan yang akan mereka capai dan sekaligus pembentukan pemerintahan yang sesuai dengan pemikiran politik modern dan sebagai kiblatnya adalah negara-negara Barat seperti Inggris, Perancis, dan Jerman. Negara-negara yang sering mendengungkan arti undang-undang, kemerdekaan dan demokrasi
Dari Akademi Militer bidang kedokteran inilah, pemikiran organisasi Kesatuan Utsmani ini menyebar ke berbagai akademi yang lain. Gerakan ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan sistem organisasi Karabonari di Italia.
Gerakan ini bukanlah gerakan yang dilakukan dengan tergesa-gesa, baik dalam kampanyenya atau pun dalam pemikirannya, dan tidak pula dalam gerakan melawan Sultan. Sampai-sampai Ridha Beik telah sampai pada posisi direktur pendidikan di Bursah dan melakukan kunjungan ke Perancis pada tahun 1889 M dengan alasan untuk menghadiri pameran internasional di sana.
Setelah sampai di sana, dia mendeklarasikan bahwa dirinya tidak akan kembali ke negerinya. Dia tinggal di Perancis selama enam tahun. Namun tidak ada satu ungkapan perlawanan yang dia ungkapkan yang pantas untuk dicatat, sampai akhirnya dia menerbitkan koran yang diberi nama Masyurat pada tahun 1895 M.
Disebutkan bahwa pendiri dari organisasi Persatuan dan Pembangunan ini -yakni Ibrahim Taimu-telah menggunakan waktu-waktunya di luar negeri hingga tahun 1895 M adalah dalam rangka memperoleh dan menarik anggota baru dari organisasinya untuk dididik dengan didikan revolusi.
Beberapa Pertemuan rahasia diadakan antara anggotanya. Dibacakan pada mereka karya-karya sastra yang ditulis oleh anggota Utsmani Baru, seperti Namiq Kamil dan Dhiya’ Pasya serta membaca selebaran yang ditulis oleh Ali Syafaqat Beik--anggota Kalanati-Freemasonry-yang melarikan diri ke Eropa.
Hasil dari surat menyurat rahasia antara anggota organisasi-organisasi rahasia Utsmani yang ada di dalam negeri dan di luar negeri adalah, tercapainya kesepakatakan antara mereka untuk menyatukan langkah baik secara militer ataupun sipil, untuk melakukan perlawanan kepada Sultan Abdul Hamid II; dengan menggunakan organisasi Persatuan dan Pembangunan dari dua sayapnya, militer dan sipil, yang bekerja sesuai dengan rencana organisasi itu di tengah kalangan militer. Nama organisasi itu dikenal dengan Kesatuan Utsmani.
Ahmad Ridha Beik--orang yang bertanggung pada sayap sipil--sangat terpengaruh dengan pemikiran filosof Auguste Comte sedangkan teori yang dia hasilkan adalah keberaturan dan pembangunan (kemajuan). Maka Ahmad Ridha mengambil bagian belakang dari teori Auguste Comte yakni pembangunan terinspirasi dari pemikiran Comte itu.
Sedangkan kalangan militer tetap menggunakan nama Kesatuan Utsmani. Dan semuanya sepakat untuk memberi nama pada organisasi itu dengan Kesatuan dan Pembangunan.
Usaha gerakan ini terlihat gencar dalam rangka menyatukan kalangan tentara dengan para pejabat pemerintah.
Kedua kelompok ini melakukan aksi bersama melalui dua sayap militer dan sipil di Paris untuk mendepak Sultan Abdul Hamid.
Organisasi ini pada tanggal 24 Juli 1908 berhasil memaksa Sultan Abdul Hamid untuk mengumumkan kembali undang-undang baru yang pernah ditetapkan sebelumnya pada tahun 1877 untuk dibekukan.
Thuraniyah
Pemikiran yang berkembang di dalam organisasi Persatuan dan Pembangunan adalah, penekanan kembali tentang paham-paham Thuraniyah pada level internal dan eksternal.
Thuraniyah ini mengisyaratkan pada asal keturunan asli orang-orang Turki. Thuraniyah adalah penisbatan pada gunung Turan yang berada di kawasan Timur Laut Iran.
Di dalam organisasi ini berkembang keras orientasi dan pandangan bahwa Turki adalah umat paling awal dan paling baik di muka bumi serta bangsa yang memiliki peradaban paling awal.
Mereka dan ras Mongolia adalah satu adanya. Maka wajib mereka kembali menjadi satu kembali. Mereka kemudian menyebutnya sebagai Pan-Thuranisme. Mereka tidak hanya membatasi dirinya pada orang-orang Turki yang berada di Siberia, Turkistan, Persia, Kaukaz, Anatalia dan Rusia. Semboyan mereka adalah antiagama dan meremehkan Pan-Islamisme, kecuali jika menyangkut kepentingan nasionalisme Thurani. Sehingga dengan demikian, saat itu ia hanya akan menjadi sarana dan bukan tujuan.
lni semua berarti bahwa gerakan ini menyerukan pada akidah-akidah paganistik Turki lama, seperti penyembahan pada berhala lama Turki yang bernama Pozuqurat (Serigala Putih-Hitam) yang mereka lukis di atas perangko.
Kemudian mereka mengarang lagu-lagu untuknya dan mewajibkan tentara untuk berbaris menyanyikannya tiap kali menjelang Maghrib. Seakan-akan mereka mengganti Posisi salat dengan penghormatan pada serigala. Suatu tindakan keterlaluan centang nasionalisme mereka sehingga mengalahkan rasa keislamannya.
Mereka selalu menyebut-nyebut para pahlawan mereka yang ada dalam sejarah seperti Atlu, Thughrak, Jenghis Khan, Timur Lenk. Bahkan gerakan Thurani terlalu ekstrim sehingga mereka mengatakan, "Kami adalah orang-orang Turki, Ka’bah kami adalah Thuran.”
Mereka selalu mengagung-agungkan Jenghis Khan dan sangat kagum terhadap penaklukan-penaklukan yang dilakukan orang-orang Mongolia. Mereka sama sekali tidak pernah mengingkari kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang Mongolia itu.
Mereka sengaja menciptakan lagu-lagu yang menggambarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada zaman Jenghis Khan dengan tujuan, untuk mengokohkan kekaguman dan mengangkat rasa kebanggaan mereka dengan pemimpin mereka.
Gerakan ini dibidani oleh Payakok Alibi, Yusuf Aktsur, Jalal Sahir, Yahya Kamal, Hamdallah Shubhi, Muhammad Amin Beik sang penyair, dan masih banyak lagi sastrawan-sastrawan dan para pemikir, serta para anak muda Turki yang baru tumbuh berkembang.
Pengaruh Yahudi terhadap gerakan Thuraniyah demikian tampak dalam masalah ini. Sebagaimana yang disebutkan oleh Niyazi Barkas dalam bukunya Al-Mu’asharahfi Turkiya (Modernisasi di Turki):
“Sesungguhnya orang-orang Yahudi Eropa dan Yahudi lokal yang berada di wilayah Utsmani selama dua abad --abad kesembilan belas dan dua puluh-- telah memainkan peran yang demikian besar dalam menjangkarkan gelombang gerakan Thuraniyah. Para pemikir Yahudi di Barat semisal Lumali David, Lion Kahun, Armiyuniyus Pambari dengan penuh semangat mengabdikan diri mereka untuk menuliskan tentang pemikiran nasionalisme Thurani ini. Sebagaimana kalangan Yahudi Utsmani seperti Karasawa, Muiz Kuhin dan Abraham Ghalanati juga memiliki peran yang tidak kecil dalam mem-booming-kan Organisasi Persatuan dan Pembangunan.
Maka tidak aneh, saat gerakan ini baru saja berhasil menumbangkan pemerintahan Sultan Abdul Hamid II, mereka langsung menduduki jabatan tinggi dalam pemerintahan. Orang-orang Yahudi tersebut, selalu mendatangi orang-orang yang terlibat dalam organisasi itu dengan memboyong semua keinginan mereka, dengan syarat hendaknya mereka mengaku bahwa Palestina adalah tanah air orang-orang Yahudi.
Niyazi Barkas menyebutkan nama Yahudi Muiz Kuhin yang disifati oleh Rene Belo sebagai berikut;
Pertama, sesungguhnya Kuhin adalah peletak pemikiran nasionalisme Thurani di dalam pemerintahan Utsmani.
Kedua, sesungguhnya buku Muiz dianggap sebagai "Kitab Suci" dalam kebijakan politik gerakan Thurani.
Muiz-Yahudi ini demikian aktif dalam mengenalkan gerakan Kesatuan dan Pembangunan di media-media Eropa, karena dia memiliki kemampuan bahasa lbrani dan Turki serta beberapa bahasa barat lainnya. Awalnya dia memulai tulisannya dalam sebuah makalah berbahasa Perancis yang beriudul "Bangsa Turki Mencari Ruh Kebangsaan."
Kuhin memiliki andil yang sangat besar dalam merencanakan politik rasisme Thurani yang menjadi jalan hidup organisasi Persatuan dan Pembangunan. Kebijakan politik ini merupakan kebijakan yang telah menyesakkan bangsa-bangsa Utsmani dan telah menimbulkan permusuhan di kalangan mereka.
Yahudi ini tidak henti-hentinya dan tidak pernah lelah dalam menyebarkan pemikiran nasionalisme Turki untuk mencabik-cabik pemerintahan Utsmani.
Dia menulis tiga buku yang kemudian dijadikan "bibel" oleh organisasi Persatuan dan Pembangunan. Judul buku ialah; "Keuntungan Apa yang Akan Diperoleh Turki dari Perang Ini", "Thuran dan Politik Turkiisasi." Penulisnya juga telah memberikan andil dalam penulisan pemikiran Kemalisme daam bukunya "Kemalisme", dan Spirit Turki yang banyak mengembangkan semangat rasisme Turki.
Gerakan Persatuan dan Pembangunan ini telah mendorong semangat nasionalisme Turki di bawah mimpi-mimpi Thuraninya. Mereka menyerukan pada apa yang disebut dengan nation, undang-undang dan kebebasan. Semua paham ini merupakan paham yang sangat asing dalam pemerintahan Utsmani. Di dalamnya tergabung sejumlah pemuda terpelajar Turki ditambah dengan Yahudi Dunamah. Sedangkan tujuan utama mereka adalah untuk menjungkalkan pemerintahan Sultan Abdul Hamid II.
(mhy)
No comments:
Post a Comment