Saat Sultan Abdul Hamid II di Bawah Ancaman Konspirasi Utsmani Muda
Sultan Abdul Hamid II. Salah satu adegan dalam serial film Payitaht. Foto/ilustrasi/Ist |
Miftah H. Yusufpati
KALANGAN terpelajar Utsmani pada pertengahan abad kesembilan belas telah dipengaruhi pemikiran revolusi Prancis yang telah melahirkan pemerintahan demokratis. Pemikiran ini kemudian melahirkan apa yang disebut dengan pemikiran nasionalisme sekuler dan pembebasan dari kekuasaan personal.
Mereka juga banyak terpengaruh dengan pemikiran nasionalisme Italia. yang dipimpin oleh Matazini dengan semua organisasi dan gerakannya.
Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah menjelaskan pemerintahan Utsmani mengalami ancaman dari provokasi militer dan media. Provokasi ini dimaksudkan untuk melemahkan pemerintahan Utsmani, sehingga mereka dengan gencar berusaha untuk mencabik-cabiknya.
Sedangkan negara-negara Eropa dengan dalih kondisi warga Kristen di dalam pemerintahan Utsmani, sepakat untuk melakukan intervensi.
Dalam kondisi yang demikian, tepatnya pada tahun 1856 M, enam orang pemuda Utsmani terpelajar melakukan pertemuan rahasia di sebuah taman pinggiran Kota Istanbul yang dikenal dengan sebutan “Hutan Belgrade”.
Para kalangan terpelajar ini membicarakan masalah politik, hingga akhirnya melahirkan pemikiran pembentukan sebuah organisasi rahasia yang mengambil model seperti apa yang ada di Italia yang terkenal dengan "Italia Muda” yang didirikan oleh pemimpin Italia Matazini pada tahun 1831 M. Gerakan ini bertujuan menyatukan Italia di bawah payung Republik. Para remaja itu menyebut organisasi rahasia yang mereka dirikan dengan sebutan “Kesatuan Tekad”.
Di antara remaja yang terlibat dalam organisasi ini, adalah seorang penyair yang di kemudian hari menjadi sangat terkenal yang bernama Namiq Kamil.
Mereka berpendapat bahwa apa yang akan mereka kerjakan dalam rangka mengenalkan masyarakat terhadap hak-hak mereka dan bagaimana cara memperoleh hak-hak tersebut. Sehingga keinginan orang-orang Kristen untuk merdeka dari pemerintahan Utsmani tidak akan mendapatkan pembenaran dengan masuknya intervensi asing dengan alasan untuk membantu kelompok agama minoritas.
Mereka memandang bahwa untuk menyelamatkan pemerintahan Utsmani dari kemunduran yang dialaminya saat ini adalah dengan cara membentuk sistem politik yang berdasarkan pada demokrasi.
Pada saat yang sama, di Prancis terdapat Mushtafa Pasya seorang pangeran asal Mesir yang sedang bersaing dengan Fuad Pasya untuk menduduki kursi kekuasaan di Mesir. Di Prancis inilah sang pangeran mentahbiskan diri sebagai pendukung gerakan yang sedang menyerang pemerintahan Utsmani.
Dia kemudian mengajukan diri sebagai orang perwakilan dari Kelompok Turki Muda. Nama ini membuat orang-orang Eropa kagum. Maka lahirlah sejak saat itu Kelompok Turki Muda (Young Turkey) di Eropa.
Tiga orang dari kalangan media-revolusiner Utsmani mereka adalah Namiq Kamil, Muhammad Dhiya’ dan Ali Sa’awi bergabung dengan Mushtafa Fadhil di Paris. Mereka membentuk organisasi yang beri nama “Organisasi Utsmani Baru”.
Orang-orang yang terlibat dan paling menonjol di dalam organisasi ini adalah kalangan media, para penyair serta sastrawan. Mereka adalah Kamal, Ali dan Sa’awi.
Sedangkan orang yang paling berpengaruh di Benua Eropa adalah Namiq Kamal yang belajar peradaban dan kebudayaan Islam. Dia juga sangat terpengaruh dengan falsafah pemikiran Perancis Rousseau. Dia memiliki karya-karya sastra yang cukup luas. Tulisan-tulisannya menyebar sekitar seperempat abad. Tulisan itu membicarakan tentang pemikiran-pemikirannya yang dia salurkan melalui syair, media, tulisan dan sejarah.
Tulisan-tulisan yang dia bikin berusaha memberikan jawaban pada tiga pertanyaan: Apa sebab-sebab kejatuhan pemerintahan Utsmani? Sarana apa yang bisa dihadirkan untuk membendung kehancuran itu? Perbaikan apa saja yang diperlukan untuk mengubah kondisi tersebut?
Dia menawarkan tiga jawaban atas tiga pertanyaan tersebut. Pertama, sebab-sebab kehancuran pemerintahan Utsmani adalah disebabkan oleh faktor ekonomi dan politik; Kedua, pendidikan adalah sarana yang paling mungkin untuk membendung kehancuran tersebut; Ketiga, perbaikan utama yang harus dilakukan adalah mulai membangun sebuah negara yang mendasarkan sistemnya pada sistem sentralistik yang sesuai dengan undang-undang.
Namiq Kamal memandang bahwa sistem-sistem Utsmani telah diganti dengan kekuasaaan sultan-sultan yang berada di tangan Albab Al-Ali, atau pejabat-pejabat tinggi dan para menteri.
Dengan demikian, aturan yang ada jauh lebih rendah daripada sistem Utsmani yang lama. Akibatnya dengan sistem ini, pemerintahan Utsmani tidak mampu membangun dan membangkitkan sektor ekonominya. Bahkan ironisnya dengan sistem ini, membuka banyak peluang masuknya intervensi negara-negara Barat dalam urusan dan masalah-masalah internal pemerintahan Utsmani.
Namiq Kamal mengemukakan tentang hak-hak alami yang merupakan asas filsafat Barat modern. Kemudian Namiq Kamil mengajukan proyek perubahan undang-undang Utsmani kepada Medhat Pasya.
Namiq Kamal sangat terpengaruh dengan undang-undang Prancis (yakni undang-undang yang dibuat oleh Napoleon III 1852 M). Ia melihat bahwa undang-undang yang serupa dengan undang-undang Prancislah yang saat ini paling cocok untuk kondisi pemerintahan Utsmani masa itu.
Namiq Kamal adalah sahabat dekat Medhat Pasya. Oleh sebab itulah, dia termasuk orang yang sangat terpengaruh dengan pemecatan Sultan dari kedudukannya.
Sosok Labil
Mengenai Namiq Kamal ini, Sultan Abdul Hamid menyebutkan dalam buku catatan hariannya: “Kamal Beik (Namiq Kamal) adalah orang yang paling banyak menyita perhatian saya di antara orang-orang yang menyebut dirinya Sebagai ‘Utsmani Baru’.
Dia adalah sosok yang sangat labil. Sosok di mana antara kehidupan keluarganya tidak sesuai dengan kehidupan pribadinya dan antara kehidupan penanya sangat kontradiksi dengan kehidupan pemikirannya.
Mungkin kau bisa menyebutkan bahwa seseorang mampu melakukan suatu pekerjaan tertentu atau tidak mampu. Namun hal ini tidak mau kau lakukan pada pribadi Kamal Beik. Sebab dia sendiri tidak tahu siapa dirinya. Kau bisa katakan bahwa dia adalah salah satu dari orang-orang yang sangat langka. Seorang yang memiliki kepribadian ganda. Di mana setiap langkah hidupnya selalu berbeda dengan yang lain sesuai dengan kondisinya.
Barang siapa yang mengenalnya dari dekat, mereka akan tahu bahwa dia tatkala dekat dengan beberapa orang dia menulis Al-Tarikh Al-Utsmani, namun tatkala hubungan itu putus maka mereka akan mengenal dia adalah orang yang memotong kepala ikan besar dengan ucapannya, 'Anjinglah orang yang merasa aman dengan pemburu yang tidak adil.’
Sesungguhnya dia adalah orang yang tidak punya komitmen. Mungkin ada orang yang demikian ikhlas, sehingga memungkinkan hanya dalam hitungan jam telah kau jadikan dia memiliki cara pikir seperti cara kamu berpikir, namun tidak mungkin bagimu mengetahui hitungan jam atau hari-hari di mana kau akan bawa pikiran-pikiran itu."
Tatkala Sultan Abdul Hamid menyadari bahwa sekelompok “Orang-orang Utsmani Baru” yang dipimpin oleh Medhat Pasya selalu melakukan tekanan terus-menerus agar dia menerima pemikiran-pemikiran mereka, dan memaksanya terlibat dalam perang Rusia-Utsmani, maka Sultan dengan cara yang cerdas memecah anggota-anggota organisasi ini.
Tindakan itu dia mulai dengan cara membuang pemimpin besarnya yakni Medhat Pasya. Setelah dibuangnya Medhat Pasya, maka kelompok ini pun langsung melakukan aksi menendang Sultan dan melakukan dua konspirasi untuk menurunkan Sultan dari takhtanya. Yang pertama dipimpin oleh Ali Sa’awi yang merupakan anggota organisasi itu. Sedangkan yang satu lagi adalah gerakan Freemasonry yang dilakukan oleh organisasi Kalatani Sakalabiri-Aziz.
Dua konspirasi ini banyak disokong pemerintahan Inggris. Namun kedua konspirasi ini mengalami kegagalan total. Walaupun demikian, kedua gerakan ini telah membuat Sultan demikian keras menyikapi pemikiran tersebut dan orang-orang yang terpengaruh dengannya.
===
Keterangan Foto: Namik Kamal/Wikipedia
(mhy)
No comments:
Post a Comment