Cendekiawan Muslim: Abdullah Bin Mas’ud (2)
Saat itu mereka belum mengetahui kalau Ibnu Mas’ud telah memeluk Islam, jadi mereka membiarkannya saja untuk beberapa saat lamanya. Salah satu dari orang Quraisy itu tiba-tiba berkata, “Sungguh, yang dibacanya itu adalah apa yang dibaca oleh Muhammad.”
Mereka pun bangkit menghampiri, dan memukulinya hingga babak belur. Namun selama dipukuli, ia tidak segera menghentikan bacaannya sebatas ia masih mampu melantunkannya.
Ketika mereka berhenti memukulinya, ia segera kembali ke tempat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat berkumpul. Melihat keadaan tubuhnya yang tidak karuan akibat pukulan-pukulan tersebut, salah seorang sahabat berkata, “Inilah yang kami khawatirkan akan terjadi pada dirimu.”
Tetapi dengan tegar Ibnu Mas’ud berkata, “Sekarang ini tak ada lagi yang lebih mudah bagiku daripada menghadapi musuh-musuh Allah tersebut. Jika tuan-tuan menghendaki, esok saya akan mendatangi mereka lagi dan membacakan lagi surah lainnya.”
Mereka berkata, “Cukuplah sudah, engkau telah membacakan hal yang tabu atas mereka”. Nabi Muhammad SAW hanya tersenyum melihat perbincangan di antara sahabat-sahabat beliau, tanpa banyak memberikan komentar apa-apa.
Peristiwa tersebut menjadi pertanda awal dari apa yang diramalkan oleh Rasulullah SAW, ia akan menjadi seorang yang terpelajar, yakni dalam bidang Al-Qur’an dan ilmu keislaman lainnya. Sungguh suatu lompatan besar, dari seorang buruh upahan penggembala kambing, miskin dan terlunta-lunta, tiba-tiba menjadi seseorang yang ilmunya dibutuhkan banyak orang, khususnya dalam bidang Al-Qur’an.
Beliau memang hampir tidak pernah terpisah dengan Rasulullah SAW. Pengetahuannya terus tumbuh dan berkembang dalam bimbingan beliau. Ia mendengar 70 surah Al-Qur’an langsung dari mulut Rasulullah SAW, dan tidak ada sahabat lainnya yang sebanyak itu mendengar langsung dari Nabi Muhammad SAW.
Beliau juga selalu merekam (mengingat) peristiwa demi peristiwa yang berhubungan dengan surah-surah Al-Qur’an. Jika ia mendengar kabar tentang seseorang yang mengetahui suatu peristiwa yang berhubungan dengan Al Qur’an, yang ia belum mengetahuinya, segera saja ia memacu untanya untuk menemui orang tersebut demi melengkapi pemahamannya.
Tentang kemampuannya di bidang Al Qur’an, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang ingin mendengar Al-Qur’an tepat seperti ketika diturunkannya, hendaknya ia mendengar bacaan Al-Qur’an Ibnu Ummi Abdin (Abdullah bin Mas’ud). Barang siapa ingin membaca Al-Qur’an tepat seperti saat diturunkan, hendaklah ia membaca seperti bacaan Ibnu Ummi Abdin…” Beliau juga pernah bersabda, “Berpegang teguhlah kalian kepada ilmu yang diberikan oleh Ibnu Ummi Abdin…”
Bahkan tak jarang Nabi Muhammad SAW memerintahkan Abdullah bin Mas’ud untuk membacakan suatu surah untuk beliau, dan beliau akan memerintahkannya berhenti setelah beliau tak dapat menahan tangis karena mendengar bacaannya. Beliau seolah dibawa “bernostalgia” dengan suasana ketika ayat tersebut diturunkan karena bacaannya memang tepat seperti saat ayat-ayat Al-Qur’an itu diturunkan.
Secara penampilan fisik, mungkin Abdullah bin Mas’ud tidak meyakinkan. Postur tubuhnya kurus dan kecil, tidak terlalu tinggi, kedua betisnya kecil dan kempes sehingga pernah menjadi bahan tertawaan beberapa sahabat. Hal itu terjadi ketika ia sedang memanjat dan memetik dahan pohon arak untuk digunakan sikat gigi (siwak) oleh Nabi Muhammad SAW. Melihat sikap mereka ini, beliau bersabda, “Sahabat sekalian mentertawakan kedua betis Ibnu Mas’ud, padahal di sisi Allah, timbangan (kebaikan) keduanya lebih berat daripada gunung Uhud.”
Abdullah bin Mas’ud tidak pernah tertinggal mengikuti pertempuran bersama Rasulullah SAW. Begitu juga beberapa pertempuran pada masa khalifah Abu Bakar r.a. dan Umar r.a.
https://www.suaramuhammadiyah.id/2020/02/28/cendikiawan-muslim-abdullah-bin-masud-2/
No comments:
Post a Comment