Ketika Manusia Memilih Jalan Bengkok
Istilah ummatan wahidatan setidaknya terulang sebanyak sembilan kali dalam al-Qur'an
Allah Ta’ala berfirman dalam al-Qur’an surat Al-Mu’minun [23] ayat 52, “Dan sungguh, (agama tauhid) inilah agama kalian semua. Agama yang satu, dan Aku adalah Tuhan kalian, maka bertakwalah kepada-Ku.”Ayat ini, menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya, menjelaskan bahwa agama yang diajarkan oleh para Nabi dan Rasul ﷺ pada awalnya adalah agama yang satu (ummatan wahidatan), yakni agama yang menyeru untuk menyembah Allah Ta’ala semata. Tidak ada sekutu bagiNya.
Istilah ummatan wahidatan setidaknya terulang sebanyak sembilan kali dalam al-Qur’an. Selain tersebut pada ayat di atas, juga bisa dijumpai dalam surah al-Baqarah [2] ayat 213; al-Maidah [5] ayat 48, Yunus [10] ayat 19, Hud [11] ayat 118, al-Nahl [16] ayat 93, dan al-Anbiya’ [21] ayat 92.
Dalam al-Baqarah [2] ayat 213, Allah Ta’ala berfirman, “Manusia itu (dahulunya) satu umat (ummatan wahidatan). Lalu Allah mengutus para Nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan, dan menurunkan bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan…”
Namun, dalam perkembangan selanjutnya, manusia tak mau mengambil keputusan para Nabi dan Rasul untuk menyelesaikan perkara mereka. Ini disebabkan munculnya rasa dengki antara mereka sendiri. Hanya orang-orang yang beriman yang tetap memegang teguh petunjuk para Nabi dan Rasul. Mereka inilah yang tetap meniti jalan yang lurus. Sementara kebanyakan manusia, telah meniti jalan yang bengkok.
Ini pula penyebab munculnya perpecahan dari umat yang awalnya satu. Allah Ta’ala berfirman dalam Al Mu’minun [23] ayat 53 dan 54, “…mereka (pengikut-pengikut Rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu.”
Maksud perkataan “sampai suatu saat”, menurut Ibnu Katsir, adalah batas waktu ketika mereka kelak dibinasakan. Ini sama pengertiannya dengan apa yang disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam surat Ath-Thariq [86] ayat 17, “Karena itu, beri tangguhlah orang-orang kafir itu, yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar.”
Tentang peringatan kepada “orang yang berbangga dengan kesesatan” ini, Allah Ta’ala banyak memberikan teguran. Misalnya, dalam surat Al-Hijr [15] ayat 3, Allah Ta’ala berfirman, “Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).”
Kesudahan orang-orang seperti ini adalah penyesalan. Ia akan menyesal mengapa dulu memilih jalan yang bengkok, tidak mau memilih jalan yang lurus bersama para Rasul ﷺ. Allah Ta’ala menggambarkan ini dalam surat Al-Furqan [25] ayat 27, “Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang zalim menggigit dua jarinya (menyesali perbuatannya), seraya berkata, ‘Wahai! Sekiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama Rasul’.”
Sebetulnya, mereka ini bukan tanpa diberi peringatan sebelumnya. Para penyeru agama Allah Ta’ala telah seringkali mengingatkan agar mereka kembali ke jalan yang lurus, sebagaimana seruan Allah Ta’ala dalam surat Maryam [19] ayat 39, “Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus, sedang mereka dalam kelalaian dan mereka tidak beriman.”
Bahkan, pelajaran tentang ini juga banyak dikisahkan dalam al-Qur’an bagi orang-orang yang mau berfikir. Kisah kaum Nabi Nuh, misalnya, Allah Ta’ala berfirman, “Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh ketika mereka mendustakan para rasul. Kami tenggelamkan mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. Dan Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih,” (Al-Furqan [25]: 37).
Demikian juga kisah kaum–kaum yang lain. Allah Ta’ala berfirman dalam surat Al-Furqan [25] ayat 38, “Dan (telah Kami binasakan) kaum ‘Ad dan Samud dan penduduk Rass serta banyak (lagi) generasi di antara (kaum-kaum) itu.”
Lalu mengapa mereka tetap saja ingkar dan terpecah-pecah? Rupanya, ketetapan Allah Ta’ala memang demikian. Allah Ta’ala menghendaki bahwa manusia akan terpecah menjadi berbagai golongan. Ini dinyatakan oleh Allah Ta’ala dalam al-Qur’an surat al-Maidah [5] ayat 48. “… Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kalian dijadikannya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allahlah kembali kalian semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepada kalian apa yang telah kalian perselisihkan itu.”
Demikian juga Allah Ta’ala berfirman dalam surat Hud [11] ayat 118, “Dan jika Tuhanmu menghendaki tentu Dia jadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih (pendapat).”
Mari kita senantiasa berdoa semoga Allah Ta’ala menetapkan kita terus berada di jalan yang lurus, menjauhkan rasa dengki, sehingga kita tidak tergoda untuk menapaki jalan yang bengkok. Aamiin. */Mahladi Murni
No comments:
Post a Comment