Musthafa Kemal, Akhir Utsmani, dan Ratapan Para Penyair
Mustafa Kemal Ataturk saat mengunjungi SMA Izmir pada 1 Februari 1931. Foto/Ilustrasi/wikipedia |
Miftah H. Yusufpati
PADA tahun 1341 H/1923 M Organisasi Nasional Turki yang dipimpin Musthafa Kemal Ataturk mengumumkan berdirinya Republik Turki dan dia dipilih sebagai presiden pertama.
Langkah ini mengingatkan rakyat pada perkataan Musthafa Kemal tatkala berhasil menang atas Yunani di Ankara pada tahun 1337 H. Kala itu dia mengumumkan di hadapan publik dengan mengatakan: “Sesungguhnya semua rencana akan diambil tidak dimaksudkan kecuali untuk melindungi kesultanan dan khilafah serta pembebasan Sultan dan negeri ini dari perbudakan orang-orang asing.”
Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shalabi, dalam Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah mengatakan pada awalnya, Musthafa berpura-pura tetap menjaga sistem khilafah dengan cara memilih Sultan Abdul Majid bin Sultan Abdul Aziz sebagai ganti dari Sultan Muhammad Vl yang telah meninggalkan negeri dengan menggunakan kapal lnggris menuiu Malta. Sedangkan Sultan Abdul Majid ini hanyalah boneka dan sama sekali tidak memiliki kekuasaan apa-apa.”
Khalifah Abdul Majid adalah sosok lelaki yang terdidik dan terpelajar, sebagaimana halnya kebanyakan keturunan Bani Sulaiman. Dalam pandangan orang-orang Turki, dia dianggap memiliki hubungan yang hidup dengan khazanah dan sejarah Utsmani Islam.
Sedangkan orang-orang yang berada di Istanbul selalu berusaha untuk bisa melihatnya. Mereka selalu menghormatinya setiap kali datang hari Jum’at, saat Sultan sedang berangkat untuk menunaikan ibadah Salat Jum’at.
Sultan sangat sadar akan kedudukannya yang sangat tinggi, serta kesadarannya bahwa dia berasal dari keturunan orang-orang yang mulia. Pada suatu saat, dia memakai sorban yang dipakai oleh Muhammad Al-Fatih dan pada saat yang lain dia menyandang pedang Sultan Sulaiman Al-Qanuni.
Hal ini membuat Mushtafa Kemal demikian benci kepada Sultan Abdul Majid. Dia tidak mampu melihat atau mendengar kecintaan manusia dan kesenangan mereka pada keluarga keturunan Utsmani atau pada kesultanan dan khilafah. Maka dia pun melarang khalifah keluar untuk melakukan salat. Kemudian dia mengurangi hak-hak istimewanya. Mushtafa Kemal memerintah dengan tangan besi dan bara api. Dia mendapat dukungan dari beberapa negara besar terhadap kebijakan politiknya yang keras dan bengis.
Pembubaran Khilafah
Ia memanggil semua anggota pendiri organisasi untuk mengadakan pertemuan pada tanggal 3 Maret 1924. Dia demikian yakin bahwa tidak seorang pun dari anggota pendiri-yang sebenarnya hanya tinggal nama itu-yang akan berani menentang dirinya. Dia mengusulkan pada organisasi itu proyek pembubaran khilafah yang dia sebut sebagal “bisul sejak abad pertengahan”.
Baca juga: Ini Dia Tokoh yang Ubah Hagia Sophia dari Masjid Menjadi Museum
Keputusan pun diambil yang juga mencakup pembuangan khalifah pada hari berikutnya tanpa ada perdebatan. Maka obor khilafah pun padam di tangan Mushtafa Kemal. Khilafah yang selama berabad-abad mereka dambakan kelestariannya sebagai simbol dari persatuan dan kelanjutan eksistensi mereka.
Mushtafa Kemal melaksanakan semua rancangan tertulis yang ditandatangani olehnya dengan negara-negara Barat. Dimana kesepakatan Luzan yang terjadi pada tahun 1340 H./ 1923 M, telah mewajibkan Turki untuk menerima beberapa syarat perjanjian yang kemudian dikenal dengan syarat-syarat Karzun yang empat. Karzun sendiri adalah ketua delegasi Inggris dalam muktamar Luzan. Syarat-syarat itu ialah;
1. Pemutusan semua hal yang berhubungan dengan Islam dari Turki.
2. Penghapusan khilafah Islam untuk selama-lamanya.
3. Mengeluarkan khalifah dan para pendukung khilafah dan Islam dari negeri Turki serta mengambil harta khalifah.
4. Mengambil undang-undang sipil sebagai pengganti dari undang-undang Turki yang lama.
Baca juga: Ini Fatwa yang Lengserkan Sultan Abdul Hamid II dan Hancurkan Khilafah Utsmani
Syair-Syiar Kegundahan
Maka muncullah kegundahan yang menyebar di seluruh dunia Islam. Syauqi yang pada sebelumnya menyajikan pujian syair pada Mushtafa Kemal, kini ia meratap sedih atas peristiwa yang menimpanya. Dia berkata dalam syairnya,
”Kini lagu-lagu pengantin berbalik menjadi ratapan
Aku meratap di tengah-tengah lencana-lencana kegembiraan
Kau dikafankan di malam pengantin dengan pakaiannya
Dan engkau sirna tatkala pagi akan segera menjelang
Mimbar-mimbar dan tempat adzan bergerak-gerak untukmu
Sedangkan kerajaan-kerajaan meratap menangisi kepergianmu
India, Walhah dan Mesir demikian bersedih ditinggalkanmu
Menangis dengan air mata yang deras untuk kepergianmu
Syam, Irak dan Persia semua pada bertanya-tanya
Adakah khilafah dihilangkan oleh orang-orang dari muka bumi?
Wahai alangkah malang, orang yang merdeka dikubur hidup
Dibunuh tanpa melakukan kesalahan dan kejahatan.”
Baca juga: Sultan Abdul Hamid II Tolak Rayuan Zionis Kuasai Bumi Palestina
Kemudian Syauqi melanjutkan dengan nada kecaman dan protes yang keras pada Kemal Attaturk yang ingin menarik Turki dari Asia ke Eropa dengan pena, besi dan api walaupun hal tersebut tidak disukai oleh orang-orang Asia. Dia inginkan mengalihkan Turki yang memiliki akar Asia yang demikian dalam di Timur, untuk dipindahkan ke pintu-pintu Barat. Dia berkata dalam syairnya:
"Salat menangis, dan inilah fitnah yang keji bagi Syariah yang ingin disirnakan dengan cara yang keji
Khuza’balah memberi fatwa dan mengatakan ini adalah kesesatan
Dan dia datang dengan membawa kekafiran di sebuah negeri
Sesungguhnya orang yang memiliki pemahaman
Telah menciptakan ahli fikih sebagai tentara dan senjata
Kutinggalkan ia laksana orang yang kehilangan ibunya
Sehingga tidak ada pilihan baginya kecuali memuja bayanganmu
Dia telah tertipu oleh ketaatan manusia dan negara
Kelompok besar itu telah menggoda hawa nafsunya.”
Baca juga: Bumi Utsmani Jadi Pintu Pertama dan Pondasi Gerakan Yahudi Internasional
Syauqi pun tidak membiarkan untuk menerangkan sebab kemunculan orang-orang yang kejam itu di depan kebodohan bangsa-bangsa dan menyerahnya mereka pada taghut-taghut diktator. Dalam syair selanjutnya dia berkata,
”Kemuliaan telah tergelincir dalam kebinasaan
Kini tak ada harap keabadian mengiringi kepergiannya
Dia dicabut tanpa ada pembelaan dari tentara muslimin
Mereka tidak lagi membiarkan kaum muslimin wujud
Mereka hancurkan itu dari kelompok besar manusia yang lalai
Mereka jadikan kelompok besar itu dalam kesesatan dan gulita
Kutatap diriku, dan kulihat bangsaku ternyata tak kudapati
Sebagaimana kebodohan menjadi penyakit yang menghancurkan bangsa-bangsa
Jika seseorang yang kejam menawan sebuah majelis
Jadilah orang-orang merdeka sebagaimana budak-budak jelata. ”
Baca juga: Usaha Arabisasi Pemerintahan Utsmani yang Mengundang Pertentangan
Westernisasi
Mushtafa Kemal telah melaksanakan semua rencana itu dengan sempurna dan dia menjauh dari garis-garis Islam. Akhirnya, masuklah Turki dalam proses westernisasi yang ganas.
Kementerian wakaf dihapuskan pada tahun 1343 H/1924 M, dan semua masalahnya dimasukkan ke dalam menteri pendidikan.
Pada tahun 1344 H / 1925 M, masjid-masjid ditutup dan pemerintah memberangus semua gerakan keagamaan dengan segala kebengisannya. Pemerintah melakukan kekerasaan terhadap kritikan yang datang dari kalangan agamawan.
Baca juga: Fitnah Berbalut Islam Sukses Hancurkan Pemerintahan Sultan Abdul Hamid II
Pada tahun 1350-1351 H/ 1931-1932 M, pemerintah membatasi jumlah masjid dan hanya membolehkan berdiri satu mesjid di sebuah daerah yang hanya memiliki luas lima ratus meter. Dia menyatakan, bahwa ruh Islam itu menghambat kemajuan.
Mushtafa Kemal terus menerus melakukan cercaaan terhadap masjid-masjid dan mengurangi jumlah para pemberi nasehat/khatib yang mendapat bayaran dari pemerintahan hingga berjumlah 300 khatib.
Dia bahkan memerintahkan pada mereka untuk membicarakan banyak hal dalam khutbah Jum'atnya misalnya masalah pertanian, industri, politik pemerintah disertai pujian atasnya.
Baca juga: Ketika Freemasonry Masuk dan Atur Detak Jantung Kekuasaan Utsmani
Dia menutup mesjid utama di Istanbul dan mengubah masjid Aya Sophia menjadi museum, sedangkan Mesjid Al-Fatih dia jadikan sebagai gudang.
Sedangkan syariah Islam diganti dengan hukum sipil yang dia adopsi dari hukum Swiss pada tahun 1345 H/1926 M. Penanggalan Hijriah diganti dengan penanggalan Georgia/Masehi. Sehingga tahun 1342 H, dihapus dari seluruh Turki dan diganti dengan tahun 1926 M.
Pada undang-undang yang dibuat pada tahun 1347 H/ 1928 M, teks undang-undang menghapus Turki sebagai pemerintahan Islam. Teks sumpah yang biasa dilakukan para pejabat pemerintah saat dilantik juga diganti dengan hanya mengucapkan, "Dengan kehormatan mereka, mereka akan menunaikan kewajiban" setelah sebelumnya mereka bersumpah dengan nama Allah sebagaimana yang terjadi pada masa-masa sebelumnya.
Baca juga: Sultan Abdul Hamid: “Tangan-Tangan Asing Menggerayang Dalam Hati Kita
Pada tahun 1935 M, pemerintah mengubah hari libur resmi hari Jum‘at dengan hari Minggu, yang dimulai sejak waktu Zuhur di hari Sabtu hingga pagi hari Senin.
Pemerintah meremehkan pendidikan agama di sekolah-sekolah khusus. Dan kemudian dihapuskan secara resmi. Bahkan fakultas syariah yang ada di Universitas Istanbul mulai mengurangi jumlah mahasisnyadan kemudian ditutup pada tahun 1352 H/ 1933 M.
Bahkan lebih jauh dari itu, pemerintahan Mushtafa Kemal telah melakukan westernisasi yang di luar batas dengan cara melarang orang Turki memakai topi tarbusy dan menggantinya dengan topi yang biasa dipakai oleh orangOrang di negeri Barat.
Pada tahun 1348 H / 1929 M, pemerintah mulai mewajibkan dengan paksa untuk menggunakan huruf-huruf Latin dalam penulisan bahasa Turki sebagai ganti dari huruf Arab yang dipakai sebelumnya. Media-media juga ditulis dalam huruf Latin. Pada saat yang sama, pengajaran bahasa Arab dan Persia dihapuskan dari seluruh fakultas. Penulisan dengan menggunakan huruf Arab juga dilarang untuk karangan-karangan yang berbahasa Turki.
Sedangkan buku-buku yang telah terlanjur dicetak dalam huruf Arab diekspor ke Mesir, Persia dan India. Demikianlah pemerintahan Turki memutus hubungan Turki dengan masa lalu keislaman mereka dari satu sisi, dan memutus Turki dengan kaum muslimin di seluruh negeri Arab dan Islam pada sisi yang lain.
(mhy)
Ikuti Kuis B
No comments:
Post a Comment