Salah Satu Tanda Lemah Iman : Tidak Konsekuen

Hati yang istiqamah adalah hati yang senantiasa lurus dalam ketaatan kepada Allah, baik berupa keyakinan, perkataan, maupun perbuatan. Foto ilustrasi/ist
Widaningsih

Sikap tidak punya pendirian atau tidak konsistentermasuk sifat tidak baik dalam pandangan Islam. Tidak konsekuen tidak hanya merepotkan orang lain, tapi hal itu juga memberi kejiwaan yang buruk dalam diri seseorang. Seorang yang tidak punya pendirian berarti pikiran dan hatinya tidak lurus.

Kondisi itu akan memberi kecenderungan mudah ingkar janji dan tidak istiqamah. Sedangkan orang yang lurus dinilai punya sikap yang konsekuen dan istiqamah.

Imam al-Qurtubi berkata, “Hati yang istiqamah adalah hati yang senantiasa lurus dalam ketaatankepada Allah, baik berupa keyakinan, perkataan, maupun perbuatan.” Lebih lanjut beliau mengatakan, “Hati yang istiqamah adalah jalan menuju keberhasilan di dunia dan keselamatan dari adzab akhirat. Hati yang istiqamah akan membuat seseorang dekat dengan kebaikan, rezekinya akan dilapangkan dan akan jauh dari hawa nafsu dan syahwat. Dengan hati yang istiqamah, maka malaikat akan turun untuk memberikan keteguhan dan keamanan serta ketenangan dari ketakutan terhadap azab kubur. Hati yang istiqamah akan membuat amal diterima dan menghapus dosa."

Begitulah, kalimat yang ditebalkan menunjukkan bahwa, betapa sikap konsisten dan konsekuen dengan ucapan lisan, serta sikap membawa kita kepada kebaikan dunia akhirat. Disenangi oleh orang lain. Disayang Allah dan didoakan oleh malaikat. Mengapa? Karena tak ada sedikitpun kita merusak atau tidak menghargai orang lain walaupun dalam perihal sepele. Sebaliknya, orang yang tidak konsekuen akan mendapat memberi dampak buruk di dunia dan di akhirat. 

عن أَبي زيد أسامة بن زيد بن حارثة رضي الله عنهما، قَالَ: سمعت رَسُول الله صلى الله عليه وسلم يقول: ((يُؤْتَى بالرَّجُلِ يَوْمَ القيَامَةِ فَيُلْقَى في النَّارِ، فَتَنْدَلِقُ أقْتَابُ بَطْنِهِ فَيدُورُ بِهَا كَمَا يَدُورُ الحِمَارُ في الرَّحَى، فَيَجْتَمِعُ إِلَيْه أهْلُ النَّارِ، فَيَقُولُونَ: يَا فُلانُ، مَا لَكَ؟ أَلَمْ تَكُ تَأمُرُ بالمعْرُوفِ وَتنهَى عَنِ المُنْكَرِ؟ فَيقُولُ: بَلَى، كُنْتُ آمُرُ بِالمَعْرُوفِ وَلا آتِيهِ، وأنْهَى عَنِ المُنْكَرِ وَآتِيهِ)). مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

Dari Abu Zaid iaitu Usamah bin Zaid bin Haritsah radhi-allahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Akan didatangkan seseorang lelaki pada hari kiamat, kemudian ia dilemparkan ke dalam neraka, lalu keluarlah isi perutnya - usus-ususnya, terus berputarlah orang tadi pada isi perutnya sebagaimana seekor keledai mengelilingi gilingan. Para ahli neraka berkumpul di sekelilingnya lalu bertanya: "Mengapa engkau ini hai Fulan? Bukankah engkau dahulu suka memerintahkan kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran?" Orang tersebut menjawab: "Benar, saya dahulu memerintahkan kepada kebaikan, tetapi saya sendiri tidak melakukannya, dan saya melarang dari kemungkaran, tetapi saya sendiri mengerjakannya." (Muttafaq 'alaih) 

Pelajaran yang terdapat di dalam hadis :

1. Seseorang itu tidak cukup hanya dengan belajar dan mengajar, bahkan dia harus mengamalkan ilmunya. Maka ilmu tanpa amal hanyalah menjadi hujjah yang menimpa pemiliknya. Sehingga ilmu itu bukan ilmu yang nafi’ kecuali bila disertai pengamalan. Orang yang berilmu namun tidak mengamalkannya, dia adalah orang yang dimurkai. Karena dia mengetahui kebenaran namun

2. Orang yang tidak mengamalkan ilmunya, maka ia akan dijauhi oleh manusia, karena tabiat manusiaadalah mengambil teladan dari mereka yang selaras antara ilmu dan amal.

3. Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah- berkata: “Jiwa-jiwa itu diciptakan dengan memiliki fitrah (tabiat dasar) enggan mau mengambil manfaat dari ucapan orang yang tidak mengamalkan ilmunya dan terlebih dia sendiri tidak mendapatkan manfaat dari ilmunya tersebut”. (Madarijus Salikin).

4. Orang yang enggan mengamalkan ilmunya juga diibaratkan oleh Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam seperti lilin, Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:

مَثَلُ الْعَالِمِ الَّذِي يُعَلِّمُ النَّاسَ الْخَيْرَ وَيَنْسَى نَفْسَهُ كَمَثَلِ السِّرَاجِ يُضِيءُ لِلنَّاسِ وَيَحْرِقُ نَفْسَهُ

Artinya: “Perumpamaan seorang alim yang mengajarkan kebaikan kepada manusia namun ia melupakan dirinya sendiri, laksana sebuah lilin yang menerangi orang sambil membakar dirinya”. (Shahiih Al-Jaami').

5- Di antara ancaman bagi mereka yang enggan mengamalkan ilmunya adalah, seperti seorang laki-laki didatangkan pada hari kiamat lalu dilemparkan ke dalam neraka, sehingga isi perutnya terurai, lalu ia berputar-putar seperti keledai berputar-putar mengitari alat giling (tepung).

Beberapa hadis yang berkaitan dengan Al Qur'an, antara lain adalah :

1- Mengamalkan Apa yang Didakwahkan. Hendaknya seorang da’i mengamalkan apa yang ia dakwahkan dan menjadi teladan didalamnya. Jangan sampai ia sibuk mendakwahi manusia sedang ia lalai terhadap dirinya sendiri. Allah berfirman :

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ

Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab? Maka tidaklah kamu berpikir?

2- Orang yang tidak mengamalkan ilmunya, ia seperti apa yang Allah firmankan:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفۡعَلُونَ، كَبُرَ مَقۡتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُواْ مَا لَا تَفۡعَلُونَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”. (Surat Ash-Shaff: 2-3).

Jadi, amat besar korelasi antara sikap tidak konsekuan dengan kedudukan iman di hati. Iman itu tidak perlu besar bila dia bisa memberikan keteguhan yang luar biasa hebat. Yang bisa membuat diri yakin bahwa ada hal yang terbaik dalam setiap keputusan yang diridhai oleh Allah.

Tak perlu iman yang besar untuk bisa bertobat kepada Allah saban harinya. Karena justru terkadang, dengan iman yang begitu tinggi kita merasa bebas dari dosa. Sehingga tak akan pernah ada lagi kata tobat dalam benak ini. Pahadal, rasulullah saja setiap harinya beristiqfar sampai seratus kali.

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ

(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)". (QS Ali Imran ayat 8).

Wallahu A'lam
(wid)

No comments: