“Benang Merah” Keilmuan Imam Al Ghazali dan Pembebasan Al Quds
Imam Al Ghazali telah mengembara di berbagai negeri dan ia meninggalkan murid-murid tangguh di negeri-negeri itu. Setelah wafatnya, estafet gerakan keilmuan dilanjutkan oleh para muridnya.
Berikut murid-murid Al Ghazali yang memiliki peran besar dalam mendidik generasi yang memiliki andil besar dalam pembebasan Baitul Maqdis atau Al Quds:
Muhammad bin Yahya
Di antara para murid Imam Al Ghazali adalah seorang ulama yang bernama Muhammad bin Yahya. Dia seorang ulama besar Mazhab Asy Syafi`i di Kharasan. Muhammad bin Yahya memiliki beberapa murid, salah satunya adalah Abu Bakr Al Barqani. Abu Bakr Al Barqani adalah seorang faqih ditugaskan oleh Sultan Nuruddin Mahmud Zanki untuk mengajar di madrasah yang ia bangun di Mosul. (Al Bidayah wa An Nihaya, 12/326).
Di antara murid Muhammad bin Yahya adalah Abu Ma’ali Mas’ud An Naisaburi. Dari Baghdad ia pergi menuju Damaskus, mengajar di zawiyah Al Ghazaliyah, lalu ke Halab mengajar di dua madrasah yang diwakafkan oleh Sultan Nuruddin Mahmud Zanki. (Mir’ah Al Jinan, 3/413).
Muhammad bin Yahya juga memiliki murid bernama Quthbuddin An Naisaburi. Quthbuddin An Naisaburi adalah ulama penulis kitab aqidah yang diajarkan Shalahuddin Al Ayyubi kepada anak-anaknya, Quthbuddin An Naisaburi, adalah murid dari Umar bin Sahl dan Muhammad bin Yahya yang kedunya merupakan murid Al Ghazali. (Lihat, Al Bidayah wa An Nihayah, 12/383).
Bahkan Shalahuddin Al Ayyubi saat masih remaja di Damaskus, ia telah menghafal kitab aqidah yang ditulis oleh Quthbuddin An Naisaburi ini. (Al Mawa’idz wa Al I’tibar, 2/358). Muhammad bin Yahya juga memiliki murid yang menjadi ulama besar, yakni Najmuddin Al Khubusyani, seorang faqih juga seorang sufi. Sedangkan Najmuddin Al Khubusyani adalah ulama membantu Shalahuddin Al Ayyubi menumbangkan dinasti Fathimiyah merupakan murid dari Muhammad bin Yahya yang juga merupakan murid dari Al Ghazali. (Husn Al Muhadharah fi Tarikh Al Mishr wa Al Qahirah, 1/406).
Sebagaimana juga Shalahuddin Al Ayyubi selalu meminta fatwa kepada para ulama dalam masalah yang berhubungan dengan pemerintahan. Di mana ia meminta fatwa kepada para fuqaha salah satunya adalah kepada Najmuddin Al Khubusyani sebelum mengakhiri Dinasti Al Fathimiyah. (dalam Wafayat Al A’yan, 3/111).
Shalahuddin Al Ayyubi menyerahkan wakaf madrasah yang dikenal sebagai madrasah Ash Shalahiyyah itu kepada Syeikh Najmuddin Al Khubusyani sebagai nadhir (penanggung jawab wakaf) sekaligus pengajarnya. (dalam Husn Al Muhadharah, 2/257).
Umar bin Sahl
Umar bin Sahl merupakan murid Imam Al Ghazali yang menjadi guru juga bagi Quthbuddin An Naisaburi, penulis kitab aqidah untuk Sulthan Shalahuddin Al Ayyubi. (Lihat, Al Bidayah wa An Nihayah, 12/383).
Marwan bin Ali Ath Thanzi
Imaduddin Zanki, ayah dari Sultan Nuruddin Zanki sang ayah telah menjadikan murid Al Ghazali yakni Marwan bin Ali Ath Thanzi sebagai wazir, ketika ia berkuasa atas Mosul. Sedangkan Marwan guru Al Hafidz Ibnu Asakir. (dalam Ad Daris fi Tarikh Al Madaris, 1/136).
Al Hafidz Ibnu Asakir memiliki peran besar terhadap terbentuknya pribadi seorang Nuruddin Zanki, dan gerakan jihad yang diembannnya. Disamping menyampaikan Hadits, Ibnu Asakir juga memberikan arahan kepada Nuruddin Zankid an para pejabatnya, di mana ulama ini juga hadir di majelis para pejabatnya, ia pun memberikan nasihat. Ibnu Asakir menggambarkan kondisi majelis Nuruddin Zanki di waktu itu kepada Shalahuddin Al Ayyubi, ”Di masa-masa sebelumnya kami hadir dalam majelis Nuruddin Zanki, dan keadaan kami sebagaimana dikatakan,’seakan-akan di atas kepala kami hinggap seekor burung’, majelis kami penuh wibawa dan karisma. Jika Nurrudin berbicara, maka kami diam. Jika kami berbicara maka ia diam.” (dalam Ar Raudhatain fi Akhbari Ad Daulatain, 1/13).
Nuruddin Zanki amat menghormati Ibnu Asakir, ia pun mendirikan Darul Hadits An Nuriyah, sekolah yang khusus mengajarkan hadits untuk Al Hafidz Ibnu Asakir ini. Darul Hadits An Nuriyah sendiri merupakan madrasah hadits pertama kali yang dibangun di dunia Islam. (dalam Manadimah Al Athlal, hal. 59).
Jamal Al Islam As Sulami
As Sulami adalah seorang ulama besar yang dipuji oleh Imam Al Ghazali. As Sulami bermulazamah kepada Imam Al Ghazali saat ia tinggal di Damaskus. Imam Al Ghazali juga yang mendorong agar ia menjadi pengganti Syeikh Abu Nashr Al Maqdisi, kelak juga gurunya itu wafat. (dalam Siyar A’lam An Nubala`, 20/33).
Kepada As Sulami inilah Al Hafidz As Silafi berguru. Shalahuddin Al Ayyubi juga meminta fatwa kepada Al Hafidz As Silafi, selaku ulama Asy Syafi’iyah mengenai orang-orang Yahudi di Iskandariyah yang menginginkan independensi dalam menerapkan syariat mereka, termasuk dalam hal warisan. As Silafi juga guru Shalahuddin Al Ayyubi di bidang hadits. (dalam Thabaqat Asy Syafi’iyah Al Kubra, 6/41,42).
Al Hafidz As Silafi juga guru para pejabat penting Shalahuddin Al Ayyubi, seperti Al Qadhi Al Fadil, seorang perdana menteri sekaligus penulis surat Shalahuddin Al Ayyubi. Kerena pentingnya posisi Al Qadhi Al Fadhil, Shalahuddin Al Ayyubi menyatakan,”Sesungguhnya aku menaklukkan negeri-negeri tidak dengan pedang kalian, tapi dengan pena Al Fadhil.” (dalam Mir’ah Az Zaman, 22/83).
Baik Al Hafidz Ibnu Asakir maupun Al Hafidz As Silafi juga guru bagi Faqih Isa Al Hikkari, ulama yang menjabat sebagai panglima perang Shalahuddin Al Ayyubi yang juga menjadi penasihatnya. Shalahuddin Al Ayyubi pun selalu mentaati nasihatnya dan tidak pernah bertindak keluar dari apa yang disampaikan oleh Al Hikkari. Bahkan Faqih Al Hikkari terkadang menyampaikan persoalan dimana hal itu tidak akan mampu disampaikan oleh pihak lain. (Al Ans Al Jalil, 2/143).
Abu Ali Al Ghassani
Abu Ali Al Ghassani bertemu dengan Imam Al Ghazali ketika ia berada di Hijaz. Ia pun membaca kitab Imam Al Ghazali Bidayah Al Hidayah di hadapan penulisnya itu. Sedangkan Abu Ali Al Ghassani adalah guru Al Hafidz As Silafi dan As Silafi mencatatnya dalam Mu’jam As Safar. (dalam Mu’jam As Safar, hal. 270).
Najmuddin Ath Thusi
Ada pula murid Imam Al Ghazali yang berasal dari Kota Thus, yakni Najmuddin Ath Thusi. Najmuddin Ath Thusi adalah guru dari Ibnu Syadad qadhi militer Shalahuddin Al Ayyubi sekaligus penasihatnya. (dalam Siyar A’lam An Nubala, 20/540).
Jika orang-orang penting di sekeliling Nuruddin Mahmud Zanki dan Shalahuddin Al Ayyubi adalah para murid dari murid-murid Al Ghazali, maka tidak heran jika mereka juga mengedepankan aspek ruhiyah dalam pendidikan. Keduanya banyak membangun zawiyah dan khanqah untuk para sufi juga amat menghormati komunitas tersebut. Bahkan Shalahuddin juga mewakafkan kekayaannya untuk zawiyah Al Ghazaliyah di Damaskus.*
Al Hafidz Ibnu Asakir memiliki peran besar terhadap terbentuknya pribadi seorang Nuruddin Zanki, dan gerakan jihad yang diembannnya
No comments:
Post a Comment