Memandang Rasulullah Sebagai Manusia Biasa, Itu Pandangan Jahiliyah
Ustaz Miftah el-Banjary
Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur'an
Ulama besar Makkah, As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki dalam Kitab "Mafahim an Tusahhah" menyatakan:
فَهُمْ بَشَرٌ مِنْ جِنْسِ الْبَشَرِ وَلَكِنّهُمْ مُتَمَيِّزُونَ عَنْهُمْ بِمَا لاَ يلحقهم به احد. ومن هنا كانت ملاحظة البشرية العادية المجردة فيهم دون غيرها هي نظرة جاهلية شركية. وفي القران شواهد كثيرة على ذلك
"Mereka para Nabi adalah manusia artinya dari jenis manusia (bukan Malaikat bukan Tuhan). Akan tetapi berbeda dengan manusia, sebab keistimewaan yang tak seorang manusia pun menyerupai."
Oleh karenanya, memandang para Nabi sebagai manusia biasa dengan mengesampingkan sisi kekhususannya adalah pandangan jahiliyah musyrik. Ada banyak bukti dalam Al-Qur'an:
1. Kaum Nabi Nuh merendahkan Nabi Nuh dengan menyebutnya sebagai "manusia biasa" (Surah Hud: 27):
فَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِن قَوْمِهِ مَا نَرَاكَ إِلَّا بَشَرًا مِّثْلَنَا وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلَّا الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ وَمَا نَرَىٰ لَكُمْ عَلَيْنَا مِن فَضْلٍ بَلْ نَظُنُّكُمْ كَاذِبِينَ. هود : ٢٧2. Kaum Nabi Musa dan Nabi Harun (Surah Al-Mu'minun: 47):
فَقَالُوا أَنُؤْمِنُ لِبَشَرَيْنِ مِثْلِنَا وَقَوْمُهُمَا لَنَا عَابِدُونَ. المؤمنون : ٤٧
3. Kaum Tsamud menghina Nabi Shalih dengan menyebutnya sebagai "manusia biasa" (Surah As-Syu'ara: 154):
مَا أَنتَ إِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَا فَأْتِ بِآيَةٍ إِن كُنتَ مِنَ الصَّادِقِينَ
4. Ashabul Aikah mengumpat Nabi Syuaib dengan menyebutnya sebagai "manusia biasa" (Surah As-Syu'ara: 147)
وَمَا أَنتَ إِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَا وَإِن نَّظُنُّكَ لَمِنَ الْكَاذِبِينَ. لشعراء : ١٨٦
5. Kaum musyrikin menghina Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم karena Nabi makan dan berjalan di pasar sebagaimana manusia biasa. (Surah Al-Furqon: 7):
وَقَالُوا مَالِ هَٰذَا الرَّسُولِ يَأْكُلُ الطَّعَامَ وَيَمْشِي فِي الْأَسْوَاقِ ۙ لَوْلَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مَلَكٌ فَيَكُونَ مَعَهُ نَذِيرًا. الفرقان : ٧
As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki mengatakan: "Muhammad itu adalah manusia, namun bukan seperti manusia biasa lainnya, karena Ia bagaikan batu mulia merah Rubi (merah delima) dibanding sembarang batu lainnya."
Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم juga menyatakan bahwa Beliau adalah penghulu anak Adam. Beliau bersabda:
أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَوَّلُ مَنْ يَنْشَقُّ عَنْهُ الْقَبْرُ وَأَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ
"Aku adalah Sayyid (penghulu) anak Adam pada hari kiamat. Orang pertama yang bangkit dari kubur, orang pertama yang memberikan syafa'at dan orang yang pertama kali diberi hak untuk memberikan syafa'at." (Sahih Imam Muslim)
Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم tak hanya menjadi penghulu pada hari akhirat, Beliau juga menjadi penghulu manusia di dunia dan akhirat. Sebagaimana dikemukan oleh Imam Nawawi dalam mensyarah hadis di atas, yaitu:
"Adapun sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم pada hari kiamat, sedangkan beliau adalah Sayyid, baik di dunia maupun di akhirat. Sebab dikaitkan demikian adalah karena nyata Sayyid beliau itu bagi setiap orang, tidak ada yang berusaha mencegah, menentang dan seumpamanya. Berbeda halnya di dunia, maka ada dakwaan dari penguasa kaum kafir dan dakwaan orang musyrik".
Dalam hadis lain dari Abi Sa'id Al-Khudri, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: "Aku adalah penghulu (Sayyid) anak Adam di hari kiamat tanpa membanggakan diri, dan di tanganku terletak panji pujian tanpa membanggakan diri. Tiada seorang Nabi pun di hari itu mulai dari Nabi Adam hingga Nabi-nabi lainnya kecuali berada di bawah panjiku. Aku adalah orang pertama yang bumi terbelah karena aku keluar dari dalamnya tanpa membanggakan diri. Dan Aku adalah orang pertama yang dapat memberi syafaat serta aku adalah orang pertama yang diperbolehkan memberi syafaat tanpa membanggakan diri." (HR. Imam Ahmad)
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Aku penghulu anak Adam, dan tidak sombong." (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah).
اللهم صلى على سيدنا محمد وآله وصحبه وسلم
(rhs)
SINDOnews
No comments:
Post a Comment