Mengenal Lamartine, Pengagum Rasulullah Pembela Tricolor
“Kesabarannya dalam kemenangan, ambisinya yang sepenuhnya dikhususkan untuk satu gagasan dan sama sekali tidak berjuang untuk sebuah kerajaan, doa-doanya yang tak ada habisnya, percakapan mistiknya dengan Tuhan, kematiannya dan kemenangannya setelah kematian - semua ini bukan bukti palsu, tetapi pada keyakinan yang kuat, yang memberinya kekuatan untuk memulihkan dogma. Dogma ini terdiri dari dua bagian: kesatuan Tuhan dan keabadian Tuhan; yang pertama mengatakan apa itu Tuhan, yang kedua mengatakan apa yang bukan Tuhan; yang satu menumbangkan dewa palsu dengan pedang, yang lain memulai ide dengan kata-kata. Filsafat, orator, rasul, legislator, pejuang, penakluk gagasan, pemulih keyakinan rasional, sekte tanpa gambar; pendiri dua puluh kerajaan terestrial dan satu kerajaan spiritual, yaitu Muhammad. Mengenai semua standar yang dengannya kebesaran manusia dapat diukur, kita mungkin bertanya, adakah orang yang lebih besar dari dia “
Dibesarkan oleh ibunya untuk menghormati kehidupan hewan, dia merasa makan daging menjijikkan, dengan mengatakan 'Seseorang tidak memiliki satu hati untuk Manusia dan satu untuk hewan. Seseorang memiliki hati atau tidak '. Tulisan-tulisannya di La chute d'un Ange (1838) dan Les confidences (1849) akan diterima oleh para pendukung vegetarianisme di abad ke-20.
Mempertahankan Tricolor
Sosok Alphonse de Lamartine memainkan peran penting dalam sejarah pendirian Prancis sebagai republik setelah revolusi. Setelah Revolusi Prancis, kekalahan Napoleon dan Kongres Vienna 1815, tatanan baru sedang mempengaruhi seluruh Eropa. Merespons hukum sebelumnya yang keras, anyak kelompok dari kalangan menengah ke bawah mengampanyekan kebebasan, kesetaraan dan hak-hak lainnya. Mereka ingin bebas untuk hidup di negaranya, untuk memiliki pemerintahan yang berasal dari rakyat. Mereka juga menginginkan kebebasan pers dan kebebasan beragama.
Pada 1848, gerakan besar sekali lagi menjalar ke penjuru Benua Eropa. Meski kesuksesan dibarengi dengan pergerakan politik di banyak negara melawan represi. Di Prancis, monarki akhirnya terjungkal karena Revolusi Februari. Negeri ini akhirnya menjadi republik untuk keduakalinya.
Pada tahun itu, ekonomi Prancis tidak stabil. Harga makanan meninggi sementara tingkat pengangguran meningkat. Masyarakat dari tingkat menengah (dikenal sebagai Bourgeoisie) mulai meneriakkan reformasi. Mereka meminta gaji yang layak dan pekerjaan juga menurunkan harga.
Pada Februari 1848, mereka berunjuk rasa di jalan-jalan di Paris. Pada saat itu, Alphonse de Lamartine, seorang penulis, pujangga, dan menteri luar negeri menolak bendera tricolour untuk diganti menjadi bendera merah. Dalam pidatonya bertajuk The Second Republic yang disampaikan di Hotel de Ville pada 25 Februari 1848, Lamartine menolak bendera merah sebagai pengganti bendera tiga warna. Bagi Lamartine, bendera merah menjadi simbol bendera darah yang menyimbolkan anarki. Ini merepresentasikan ancaman bagi para pekerja di republik ini.
No comments:
Post a Comment