Pengobatan menjadi salah satu sunah Rasulullah SAW untuk menghadapi penyakit.
Meski demikian, tidaklah manusia berusaha, tetapi Allah juga yang menyembuhkan. Segenap usaha mesti dilandasi sikap tawakal. "Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku." (QS asy-Syu'ara: 80).
Pada satu waktu, Rasulullah SAW sedang shalat bersama para sahabatnya. Mereka shalat dengan amat khusyuk seakan burung pun dapat hinggap di kepala. Kemudian, datanglah orang-orang dari pedalaman.
Mereka bertanya kepada baginda: "Wahai Rasulullah, apakah kami boleh berobat?" Beliau bersabda, "Berobatlah kalian, sesungguhnya tidaklah Allah menurunkan penyakit melainkan Allah turunkan juga obatnya kecuali satu penyakit tua." (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Layaknya pengobatan modern, model pengobatan Rasulullah dilakukan dengan dikonsumsi (makan atau minum) dan tindakan. Beberapa panganan yang kerap dikonsumsi Rasulullah, yakni madu, kurma, habatusauda, kamah (cendawan), hingga air putih. Sementara itu, Rasulullah melakukan beberapa tindakan untuk pengobatan seperti berbekam, kay, dan ruqyah.
Madu merupakan obat yang disebut secara eksplisit dalam Alquran. "Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya. Di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia." (QS an-Nahl: 69).
Pada satu waktu, ada seseorang yang sakit perut sehingga sering buang air besar. Saudaranya pun mengadu kepada Rasulullah SAW. Beliau bersabda, "Suruh dia minum madu."
Setelah itu, ia kembali meminumkan madu hingga tiga kali. Namun, sakitnya semakin parah. Pada saat minum madu yang keempat, dia kembali kepada Rasulullah. Ternyata, Nabi SAW berkata hal yang sama. Nabi memerintahkan agar saudara lelaki itu untuk meminum madu.
Rasulullah pun bersabda. "Allah benar dan perut saudaramu berdusta. Ia pun meminumkan madu lagi kepada saudaranya dan akhiranya sembuh." (HR al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, dan Ahmad).
Selain madu, kurma jenis ajwa yang berasal dari aliyah mengandung obat atau sebagai penawar racun apabila dikonsumsi pada pagi hari (HR Muslim dan Ahmad). Nabi SAW pun menjamin orang yang mengonsumsi tujuh butir kurma ajwa akan terhindar dari sihir.
Para ulama berpendapat hadis tentang kurma ajwa ini terbatas pada kurma yang dihasilkan di perkebunan Aliyah. Perkebunan atau perkampungan dari dataran tinggi Madinah ke arah Nejd (Jazirah Arab bagian tengah). Atau perkebunan di dataran rendah Madinah ke arah Tihamah. Menurut al-Qodhi Iyadh, daerah Aliyah yang paling dekat sejarak 3 mil dan yang paling jauh 8 mil dari Madinah. (Syarh Shahih Muslim, an-Nawawi, 14/3).
Habatusauda atau jintan hitam juga menjadi obat yang rutin dikonsumsi Rasulullah SAW. "Habatusauda mengandung obat bagi segala penyakit, kecuali kematian." (HR Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi).
Ada lagi jenis tumbuhan yang dikonsumsi Rasulullah untuk pengobatan, yakni kamah (cendawan). Menurut hadis yang bersumber dari Abu Said al-Khudri, Rasulullah SAW bersabda mengenai kamah yang termasuk mann (sejenis tumbuhan) dan airnya sebagai obat mata. Rasulullah menyampaikan kamah diiringi dengan penjelasan tentang kurma ajwa. "... Dan kurma ajwa berasal dari surga." (HR Ibnu Majah, Ahmad).
Kepada mereka yang demam, Nabi SAW kerap memerintahkan untuk mengobatinya dengan air. Rasulullah bersabda, "Demam berasal dari panasnya jahanam maka redakanlah dengan air." (HR al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad).
Meski demikian, Rasulullah mengatakan kepada penderita demam agar tidak mencaci dan mencerca penyakitnya. Panasnya tubuh karena demam merupakan cara Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan manusia. Sebagaimana embusan perapian pandai besi menghilangkan kotoran pada besi.
Rasulullah juga melakukan tindakan untuk pengobatan. Salah satu yang populer adalah dengan berbekam. Rasulullah berbekam dan memberi imbalan kepada jasa tukang bekam. Beliau SAW melakukan bekam di kedua sisi badan di samping leher dan di bahu depan. Beliau melakukan bekam dalam kurun waktu tujuh belas, sembilan belas dan dua puluh satu hari.
Dari Ibnu Mas'ud RA, ia berkata, "Rasulullah SAW berbicara tentang malam Isra saat beliau menunaikan perjalanan di malam hari bahwa tidaklah beliau melewati sekumpulan malaikat melainkan mereka menyuruh beliau dengan mengatakan, 'Perintahlah umatmu untuk melakukan bekam'." (HR at-Tirmidzi, Ahmad).
Pengobatan yang pernah dilakukan Rasulullah, yakni kay atau menempelkan besi panas pada daerah yang terluka. Meski demikian, Rasulullah tidak menyukainya karena menimbulkan rasa sakit. Karena itu, Imam Nawawi mengungkapkan, pengobatan kay menjadi pilihan terakhir karena menghasilkan rasa sakit yang sangat.
Rasulullah SAW melarang obat yang menimbulkan mudarat. Thariq bin Suwaid pernah bertanya kepada Nabi SAW tentang khamar. Beliau pun melarangnya. Pertanyaan serupa diulangi dengan jawaban yang sama.
Lantas, Thariq berkata kepada Rasulullah. "Wahai Nabiyullah khamar itu bisa menjadi obat." Nabi SAW menegaskan, "Tidak, akan tetapi khamar itu penyakit." (HR Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Diambil dari Ensiklopedi Hadits karya Abdullah bin Abdul Aziz bin Muhammad al-Luhaidan.
No comments:
Post a Comment