Sosok-sosok Perempuan Mulia, 'Ibunda' Rasulullah
Pada12 Rabiul Awal 571 M, tangis bayi yang baru lahir terdengar dari sebuah rumah di kampung Bani Hasyim di Makkah. Bayi itu lahir dari seorang perempuan Quraisy yang memiliki rahim teragung dan paling mulia, Aminah binti Wahab bin Abdulmanaf bin Zuhrah bin Kilab. Bayi Aminah langsung digendong seorang bidan yang bernama Syifa', ibunda sahabat Abdurrahman bin Auf. Bayinya laki-laki.
Aminah tersenyum lega. Tetapi seketika ia teringat mendiang suaminya, Abdullah bin Abdul Muthalib, yang telah meninggal enam bulan sebelumnya di Yastrib (Madinah). Bayi laki-laki itu oleh kakeknya diberi nama Muhammad (Yang Terpuji). Kelahiran bayi yatim yang kelak menjadi Rasul terakhir itu dituturkan dalam Al Qur'an,
أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَـَٔاوَىٰ
"Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? (QS Adh-Dhuha : 6)
Aminah, janda beranak satu itu. Suaminya hanya meninggalkan sebuah rumah dan seorang budak, Barakah Al-Habsyiyah (Ummu Aiman). Sementara sudah menjadi kebiasaan bangsawan Arab waktu itu, bayi yang baru dilahirkan akan disusukan kepada perempuan lain. Perempuan yang dipilih biasanya adalah perempuan dusun. Alasannya supaya si anak dapat hidup dialam yang segar dan mempelajari bahasa Arab yang baku.
Karena itu, dalam sejarah kehidupan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, beliau mendapati beberapa orang perempuan mulia yang menjadi sosok ibu asuhnya selain Aminah binti Wahab, sebagai ibu kandung Beliau. Siapa saja mereka?
1. Tsuwaibah
Tsuwaibah merupakan budak perempuan dari Abu Lahab, paman Rasulullah. Dirinya dimerdekakan setelah menyampaikan berita gembira mengenai kelahiran Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
Tsuwaibah menyusui dan merawat Nabi Muhammad hanya dalam beberapa hari saja. Sebab, Abdul Muthalib dan Aminah ingin Nabi Muhammad SAW disusui oleh seorang Badui. Jadi, selagi menunggu perempuan dari pedesaan datang ke Makkah, Tsuwaibah menyusui Nabi Muhammad saat balita. Karena jasa Tsuwaibah tersebut, tidak heran jika Rasulullah menganggapnya sebagai ibu.
2. Halimah As-Sa’diyah
Halimah As-Sa'diyah adalah perempuan dari Bani Sa’ad ibn Bakr yang tinggal di daerah pedesaan dan menjadi ibu susu Muhammad SAW sampai berusia 6 tahun. Semasa tinggal bersama Halimah, Muhammad belajar kasih sayang dan bahasa arab yang fasih. Halimah juga menyusukan Hamzah bin Abdul Muthalib, sehingga paman Nabi itu adalah saudara susuan bagi Rasulullah. Halimah meninggal di Madinah dan dikuburkan di perkuburan Baqi’.
‘Amir ibn Watsilah al-Kinani berkata, aku melihat Nabi membagi-bagikan daging di Ji’ranah. Waktu itu usiaku masih kecil, aku membawa tulang-tulang unta. Sekonyong-konyong datanglah seorang perempuan tua mendekati Nabi SAW, lalu beliau menghentikan aktivitasnya, menghamparkan sorbannya, dan perempuan itu duduk di atasnya. Aku bertanya, siapakah perempuan ini? Beberapa orang sahabat menjawab, dialah ibu yang menyusuinya dulu. (HR. Abu Dawud)
3. Ummu Aiman
Ummu Aiman adalah ibu asuh Rasulullah SAW. Nama aslinya adalah Barakah binti Tsa'labah bin Amru bin Hishan bin Malik bin Salman bin Amru bin Nu'man al-Habsyiyah. Ia menjadi salah satu dari shahabiyah Rasulullah.
Barakah menjadi budak milik ‘Abdullah bin Abdul Muthalib, tidak lain ayah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam Setelah menikah dengan Ubaid bin Harits, ia dikaruniai seorang anak bernama Aiman. Kemudian, masyarakat pun memanggilnya dengan Ummu Aiman dan nama itulah yang banyak dikenal hingga kini.
Ketika Aminah wafat, Muhammad diasuh oleh Ummu Aiman di bawah pengawasan kakeknya Abdul Muthallib. Baginda Nabi disebut sering memanggilnya dengan sapaan Ummah (ibu). Bahkan Rasulullah SAW sendiri pernah bersabda, "Ummu Aiman adalah ibuku setelah ibundaku". Ummu Aiman termasuk perempuan pertama yang masuk Islam.
4. Fatimah binti Asad
Fatimah binti Asad, istri dari Abu Thalib, paman Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Beliau adalah ibu angkat bagi Rasulullah SAW karena sesudah kakeknya meninggal, beliau tinggal dan diasuh oleh pamannya itu. Meski Abu Thalib tidak sempat mengucapkan syahadat, namun Fatimah binti Asad masuk Islam setelah suaminya meninggal. Beliau berbai’at dengan Rasulullah SAW dan menjadi muslimah yang ikut hijrah ke Madinah.
Rasulullah sering mengunjungi dan memberi Fathimah berbagai hadiah yang menyenangkan hatinya. Rasulullah diliputi kesedihan saat Fathimah wafat. Sebagai bentuk kasih dan penghormatan, Rasulullah masuk ke liang kubur Fathimah. Beliau melepaskan gamisnya lantas diselimutkannya ke jenazah Fathimah, lalu merebahkan diri di dalam kubur di sisi Fathimah.
“Kupakaikan gamisku kepadanya supaya dia memakai pakaian surga. Aku merebahkan diri di sisinya agar dia diringankan dari siksa kubur. Selain Abu Thalib, tiada yang perlakuannya lebih baik terhadapku daripada dirinya,”tutur Rasulullah.
Rasulullah tidak ada beda perlakuan terhadap ibu kandung dan ibu angkat atau ibu asuh ini. Sungguh, tiada mudah mengasuh dan membesarkan anak. Kasih sayang, perhatian, memenuhi kebutuhannya adalah sebagian cara membalas jasa para ibu–ibu angkat, apalagi kandung–yang telah banyak berkorban demi kebahagiaan dan keberhasilan hidup seorang anak manusia.
Wallahu A'lam
(wid)
Widaningsih
No comments:
Post a Comment