Sulaiman Al-Qanuni, Sultan yang Ditakuti Prancis dan Berhentinya Dansa 100 Tahun
Siapa yang tak kenal Sulaiman Al-Qanuni (1494-1566). Sultan ke-10 Kerajaan Utsmani (Ottoman) yang menjadi penguasa muslim tersukses pada abad ke-16 Masehi. Pemerintahan Sultan-Sulaiman Al-Qanuni merupakan masa keemasan Kerajaan Turki Utsmani. Proses menuju keemasan ini sudah dimulai sejak jatuhnya Konstantinopel oleh Sultan Muhammad Al-Fatih(Sultan Mehmed II) pada tahun 1453.
Sejarah Islam mencatat kiprah-keberhasilan Sulaiman Al-Qanunimenaklukkan Eropa, Persia hingga wilayah pesisir Arab. Beliau sukses menjadikan Turki Utsmani sebagai negara adikuasa dalam ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, dan militer. Sultan Sulaiman Al-Qanuni juga berjasa besar dalam penyebaran agama Islam di Eropa.
Ketika berkuasa, ia berhasil menyebarkan ajaran Islam hingga ke tanah Balkan meliputi Hongaria, Beograd, Austria, benua Afrika dan kawasan Teluk Persia. Beliau dielari "Al-Qanuni" karena berjasa dalam menyusun dan mengkaji sistem undang-undang Kerajaan Islam Utsmani.
Sulaiman Al-Qanuni lahir di Kota Trabzun, kawasan pantai Laut Hitam pada 6 November 1494 M. Beliau adalah putera Sultan Salim I. Sejak kecil sudah diajarkan ilmu sejarah, sastra, teologi serta taktik militer. Ketika menjadi Sultan, Sulaiman berhasil dalam ekspedisi militer ke Eropa, merebut Wina, Hungaria, hingga Persia, dan sepanjang wilayah pesisir Arab serta menguasai kembali wilayah Hijaz.
Sulaiman juga seorang seniman. Beliau pernah menulis salinan Al-Qur'an dengan tangannya sendiri, dan kini disimpan dengan baik di Masjid Agung Sulaiman. Beliau juga memperbaiki makam ulama ahli Hadis terkemuka, Abu Hanifah (Imam Hanafi), pendiri Mazhab Hanafi di Baghdad dan memperbaiki makam Maulana Jalaluddin ar-Rumi.
Dansa di Prancis Berhenti 100 Tahun
Dalam literatur sejarah, Dinasti Utsmani yang dipimpin Sultan Sulaiman pernah mengepung Kota Wina yang merupakan sekutu Raja Prancis pada abad ke-16. Dai yang juga pakar sejarah Islam Ustaz Budi Ashari mengatakan, Sultan Sulaiman pernah memberi peringatan keras kepada Raja Prancis.
"Suatu hari Sultan Sulaimanmendengar bahwa di Prancis, masyarakatnya menciptakan dansa antara para laki-laki dan kaum perempuan. Kemudian beliau mengirimkan surat," kata Ustaz Budi.
Sulaiman Al-Qonuni mengirim surat kepada raja Prancis yang berisi: "Telah sampai padaku berita bahwa kalian membuat dansa mesum antara laki-laki dan perempuan. Jika suratku ini telah sampai padamu, pilihannya: kalian hentikan sendiri perbuatan mesum itu atau aku datang kepada kalian dan aku hancurkan negeri kalian."
Setelah surat itu, dansa di Prancis berhenti selama 100 tahun. Kini negara yang sama kembali berulah dengan menghina Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم yang mulia. Adakah yang mampu berbuat seperti layaknya Sulaiman Al-Qanuni?
Ya, kita merindukan 'izzah kembali di tengah ummat ini. Semoga kiprah Sultan Sulaiman Al-Qanani ini menjadi inspirasi sekaligus motivasi untuk kita membangkitkan semangat dan persatuan.
(rhs)
Rusman H Siregar
No comments:
Post a Comment