Karamah Paling Agung yang Dimiliki Para Wali (Bagian 5/Habis)

Inilah Karamah Paling Agung yang Dimiliki Para Wali (Bagian 5/Habis)
Para Wali bukan orang yang mashum (terpeliharan dari kesalahan) seperti para Nabi, tetapi mereka orang yang terjaga sehingga tidak terus menerus berada dalam dosa. Foto ilustrasi/Ist
Pada artikel sebelumnya kita telah bahas pengertian karamah dan perbedaannya dengan mukjizat. Selain itu juga dijelaskan tentang keyakinan terhadap adanya karamah para Wali. 

Para ulama menjelaskan bahwa mukjizat adalah tanda-tanda kebenaran yang dikhususkan bagi Para Nabi, sedangkan karamah adalah peristiwa luar biasa (karunia Allah) yang diberikan kepada para Wali. Muncul pertanyaan, apakah karamah paling agung yang dimiliki para Waliyullah? 

Al-Qusyairi (ulama besar tasawuf lahir 376 Hijriyah) menyatakan bahwa di masa sekarang ini banyak kemampuan wali yang tampak. Padahal seorang wali tidak diperkenankan untuk memperlihatkan karamahnya, baik karena terpaksa atau sedikit keterpaksaan. Di antara karamah adalah dilahirkannya seorang manusia tanpa ayah dan ibu dan mengubah benda mati, binatang ternak, atau hewan-hewan lain.

Al-Qusyairi mengungkapkan, Wali adalah orang yang senantiasa menjaga ketaatan. Barangsiapa mencintai Allah Ta'ala, maka Dia akan menjaga dan melindunginya. Allah tidak akan membiarkannya berbuat maksiat. Dia akan melanggengkan pertolongan-Nya kepada orang yang taat, sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya: "Dan Dia melindungi orang-orang yang saleh" (QS 7, Al-A'raf Ayat 196). 

Para Wali bukan orang yang ma'shum (terjaga dari kesalahan dan dosa) seperti para Nabi. Tetapi mereka orang yang terjaga sehingga tidak terus menerus berada dalam dosa. 

Sahal bin 'Abdullah berkata, "Siapa yang zuhud terhadap dunia selama 40 hari dengan ketulusan dan kejujuran dari lubuk hatinya, maka muncullah karamah padanya. Bila tidak muncul karamah, berarti zuhudnya tidak benar." 

Lalu ada yang bertanya kepada Sahal, "Bagaimana cara karamah tampak padanya?" Sahal menjawab, "Dengan memperoleh segala yang diinginkannya."

Adapun karamah paling agung yang dimiliki para wali adalah langgengnya ketaatan dan terjaga dari kemaksiatan dan pelanggaran. Demikianlah pendapat Al-Qusyairi tentang karamah.

Syaikhul Akbar Sayyid Muhyiddin Ibnu 'Arabi mengemukakan dalam Kitabnya Mawaqi' al-Nujum wa Mathali' Ahl al-Asrar wa al-'Ulum bahwa Nabi Isa 'alaihissalam memperoleh kedudukan mulia dan penglihatan yang agung berupa kemampuan menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang buta dan orang sakit lepra dengan izin Allah. Demikian juga Nabi Ibrahim mampu menghidupkan burung-burung, mengumpulkan bagian-bagian burung yang telah terpotong-potong menjadi beberapa bagian, kemudian mencampur daging-dagingnya. Nabi Ibrahim memanggil potongan-potongan burung, dan burung-burung tersebut segera datang kepadanya, semua terjadi dengan seizin Allah. 

Bukan hal yang bertentangan dengan akal ketika Allah memuliakan seorang wali dengan memberinya karamah dan menampakkan karamah di tangannya. Setiap karamahakan diperoleh wali atau akan ditunjukkan melalui tangannya. Kemuliaan karamah merujuk kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Dengan mengikuti Rasulullah dan tetap menaati batas-batas yang ditetapkan olehnya maka karamah adalah hal yang benar. 

Dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat, ada yang berpendapat bahwa mukjizat Nabi صلى الله عليه وسلم adalah karamah bagi wali. Ada juga yang menolak pendapat ini, ada juga yang berpendapat bahwa wali memiliki karamah yang bukan merupakan mukjizat bagi Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. 

Tokoh-tokoh sufi tidak menafikan karamah karena mereka melihatnya ada pada diri mereka sendiri dan rekan-rekan mereka. Sebab mereka adalah orang yang mencapai tingkatan kasyf dan dzauq. Jika mereka mengungkapkan karamah-karamah yang mereka saksikan dan cerita-cerita dari orang-orang tsiqah (tepercaya) tentang karamah, pasti orang yang mendengarnya akan mendustakannya, bahkan mungkin mencelanya. 

Ini disebabkan kurangnya pemahaman mereka terhadap diri orang yang menampakkan karamah melalui tangannya, karena kepribadian dan sikap mereka yang memandang rendah terhadapnya. Kalau saja ia menyempurnakan pandangannya terhadap orang yang mampu dan dipilih oleh Allah untuk menunjukkan karamah, tentu kebingungan dan sikap mereka yang mendustakannya tidak akan muncul.

Imam Tajuddin al-Subki dalam Kitab Thabaqat-nya berbicara panjang lebar tentang ketetapan adanya karamah para wali dan menyatakan kepalsuan argumentasi para penentang karamah. Setelah menjelaskan beberapa karamah sahabat Nabi صلى الله عليه وسلم, ia berkata, "Peristiwa-peristiwa luar biasa yang muncul dari tangan para sahabat yang telah kami ceritakan akan diterima orang yang memiliki bashirah (penglihatan mata hati). Kami akan mengemukakan dalil-dalil khusus untuk mematahkan kekacauan pandangan para penentang karamah dan menangkis argumen mereka."

Demikian ulasan tentang karamah dan eksistensi para Waliyullah. "Apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia". (QS Yasin Ayat 82). 

Sumber:
Kitab Jami' Karamat Al-Aulia karya Yusuf bin Ismail an-Nabhani

Wallahu A'lam
(rhs) Rusman H Siregar

No comments: