Menikah di Usia 51 Tahun, Begini Nasehat Abdul Qadir Al-Jilani bagi Mereka yang Takut Kawin

Menikah di Usia 51 Tahun, Begini Nasehat Abdul Qadir Al-Jilani bagi Mereka yang Takut Kawin
Ilustrasi/Ist
SYAIKH Abdul Qadir al-Jilani baru menikah pada usia 51 tahun. Kendati demikian beliau dikaruniai banyak keturunan, yaitu 20 putera dan 20 puteri dari empat orang istri. 

Dalam kitabnya berjudul Futuh Al-Ghaib, beliau menyinggung perihal masalah perkawinan dan nasehat bagi mereka yang ingin kawin tapi dalam kondisi miskin.

Syaikh Abdul Qadil Al-Jilani mengatakan apabila timbul di dalam benakmu keinginan untuk kawin, padahal kau fakir dan miskin, dan kau tak mampu memenuhinya, maka bersabarlah dan berharaplah senantiasa akan kemudahan dari-Nya, yang membuatmu berkeinginan seperti itu, atau yang mendapati keinginan semacam itu di dalam hatimu, niscaya Ia akan menolongmu, (entah dengan menghilangkan keinginan itu darimu) atau dengan memudahkanmu menanggung beban hidupmu itu, dengan mengaruniaimu kecukupan, mencerahkanmu dan memudahkanmu di dunia dan akhirat. 

Lalu Allah akan menyebutmu sabar dan mau bersyukur, karena kesabaranmu dan keridhaanmu atas ketentuan-Nya. Maka ditingkatkan-Nya kesucian dan kekuatanmu. Dan Allah berjanji untuk senantiasa menambah karunia-Nya atas orang-orang yang bersyukur, sebagaimana firman-Nya : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim: 7)

Maka bersabarlah, tentanglah hawa nafsumu, dan berpegang teguhlah pada perintah-perintahNya. Ridhalah atas takdir Yang Maha Kuasa, dan berharaplah akan ridha dan karunia-Nya. Sungguh Allah sendiri telah berfirman: “Hanya orang orang yang bersabarlah yang akan menerima ganjaran mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar : 10)

Abdi Sang Raja
Selanjutnya, dalam risalah lain pada kitab yang sama, Syaikh Abdul Qadir bertutur apabila Allah Yang Maha Agung melimpahimu kekayaan, dan kekayaan itu memalingkanmu dari kepatuhan kepadaNya, niscaya Ia memisahkanmu dari-Nya di dunia dan di akhirat.

Mungkin juga Ia mencabut karuniaNya darimu, menjadikanmu papa dan melarat, sebagai hukuman atas kepalinganmu dari Sang Pemberi, dan keterpesonaanmu akan karuniaNya.

Tetapi, bila kau senantiasa patuh kepadaNya, dan tak terpengaruh oleh kekayaan itu, Allah akan menambahkan karuniaNya kepadamu, dan sedikit pun takkan menguranginya. "Harta adalah abdimu, dan kau adalah abdi Sang Raja. Karena itu, hidup di dunia ini berada di bawah kasih sayangNya, dan hidup di akhirat terhormat dan abadi, bersama-sama para shiddiq, para syahid, dan para saleh," demikian Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani.
(mhy)

Miftah H. Yusufpati

No comments: