Penerus dan Guru-Guru Paling Lama

Penerus dan Guru-Guru Paling Lama
Bahauddin Naqsabandi/Foto/Ilustrasi/ist/mhy
PENERUS

Zabit ibnu al-Munawwar, guru Sufi pencapaian tinggi, wafat, meninggalkan orang-orang yang tinggal di Balkh tanpa seorang guru sejati. Dari Turkistan, Elsayar yang patut dimuliakan, laki-laki berusia hampir empat puluhan, dikirim oleh Bahauddin menjadi pembimbing di tempat tersebut. (Baca juga:
Tiga Kunjungan ke Guru Bahauddin Naqsyabandi)Ketika Elsayar (berkah atas kesadarannya yang paling dalam!) tiba di Balkh dan pergi ke Khanqah, ia menemui pemimpin (Khalifah) yang tengah duduk dikelilingi muridnya, mengatur persoalan komunitas.

Ia diberi tempat di dapur. Hanya satu orang yang mengenalinya sebagai Penerus, tetapi Elsayar memintanya untuk diam.

"Di sini kita berdua adalah kelas rendah," katanya.

Satu bulan kemudian, ketika Syaikh Agung dari Khurasan mengunjungi Khanqah, ia melewati dapur dan berseru, "Teman Sejati ada di sini! Dan teman yang semu ada di mana-mana!"

Tidak seorang pun mengerti pernyataan ini sampai sebuah surat datang dari Khajagan, dialamatkan untuk Elsayar sebagai Penerus yang Ditunjuk.

Setelah itu ia diperlakukan dengan sangat.hormat. Azimzada, orang yang mengenali sang penerus, akhirnya menjadi kepala tempat ibadah.
***

GURU-GURU PALING LAMA

Bahauddin, dalam lamunan, membawa dirinya ke masa lalu.

Ia berkata pada sekelompok pencari yang berkunjung:

"Aku baru saja melihat, dan bersahabat dengan guru-guru di masa paling kuno, kendati mereka sudah lama wafat."

Mereka berkata padanya, "Tolong katakan pada kami, bagaimana penampakan mereka."

Katanya, "Seperti sikapmu terhadap ajaran, di mana mereka akan menganggap dirimu iblis."

"Persoalan-persoalan seperti itu, pernahkah kau melihat mereka, seharusnya kau menganggap mereka benar-benar tidak sesuai bersahabat denganmu. Janganlah bertanya tentang mereka." 
(mhy) Miftah H. Yusufpati

No comments: