Tiga Kisah Hikmah: Pertanggungjawaban, Kepalsuan, Pelajaran dan Kafilah
Tiga kisah hikmah berikut dinukil dari buku The Way of the Sufi karya Idries Shah dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Joko S. Kahhar dan Ita Masyitha dengan judul "Jalan Sufi: Reportase Dunia Ma'rifat".
Suatu malam, seorang pencuri yang berusaha memanjat jendela sebuah rumah yang hendak ia curi, terjatuh karena kusen jendela patah, membentur tanah dan mematahkan kakinya.
Ia pergi ke pengadilan menuntut pemilik rumah. Katanya:
"Tuntutlah tukang kayu yang memasangnya."
Tukang kayu menjawab:
"Tukang batu tidak membuat lubang yang cukup.""Kesalahanku disebabkan oleh perempuan cantik yang melintas ketika aku sedang mengerjakan jendela."
Perempuan tersebut ditemukan, katanya:
"Saat itu aku mengenakan baju yang bagus. Biasanya, tidak seorang pun memandangku. Itu kesalahan bajunya, yang dicelup dalam garis-garis aneka warna."
"Sekarang kita memiliki orang yang berbuat kejahatan," ujar hakim, "panggil orang yang mencelupnya, dan ia harus bertanggung jawab atas kerusakan kaki pencuri."
Ketika mereka menemukan pencelupnya, ia berbalik ke suami perempuan tersebut. Begitulah bahwa ia - pencuri itu sendiri.
KEPALSUAN
Suatu hari seorang laki-laki pergi ke guru Sufi dan menjelaskan bagaimana guru yang salah menentukan latihan-latihan untuk pengikutnya.
"Orang tersebut jelas seorang penipu. Ia meminta muridnya untuk 'tidak berpikir apa pun'. Mudah mengatakan, yang karena mengesankan banyak orang. Tetapi mustahil untuk tidak berpikir apa pun."
Guru berkata padanya:
"Mengapa engkau datang menemuiku?"
"Untuk menunjukkan kemustahilan orang ini, dan juga mendiskusikan mistisisme."
"Tidak sekadar mencari dukungan atas keputusanmu, bahwa orang ini adalah seorang penipu?"
"Tidak, aku sudah tahu itu."
"Tidak untuk menunjukkan pada kami yang duduk di sini bahwa engkau lebih tahu daripada orang biasa, orang yang mudah tertipu?"
"Tidak, sebenarnya aku ingin engkau memberiku petunjuk."
"Baiklah. Petunjuk paling baik yang dapat kuberikan padamu adalah saran -- jangan berpikir apa pun."
Orang ini segera mengundurkan diri dari pertemuan tersebut, percaya bahwa sang guru seorang penipu.
Tetapi seorang asing, yang ketinggalan permulaan peristiwa tersebut, dan memasuki ruangan tepat pada saat guru mengatakan:
"Petunjuk paling baik yang dapat kuberikan padamu adalah jangan berpikir apa pun," ia sangat terkesan.
"Tidak memikirkan apa pun; sebuah konsep yang luhur!" katanya pada diri sendiri.
Dan ia pergi setelah acara hari itu, tidak mendengar apa pun yang membantah pemikiran tentang tidak berpikir apa pun.
Hari berikutnya salah seorang murid bertanya pada guru, siapa diantara dua orang tersebut yang benar.
"Tidak ada," katanya, "Mereka masih harus belajar bahwa ketamakan mereka adalah selubung, rintangan. Jawaban mereka tidak dalam satu kata, satu kunjungan, satu solusi mudah. Hanya melalui kontak berkelanjutan dengan ajaran yang diserap orang-orang, sedikit demi sedikit, yang kemudian terakumulasi secara berangsur-angsur menuju sebuah pemahaman akan kebenaran. Maka pencari menjadi penemu."
"Guru Rumi berkata, 'Dua orang datang padamu, satu memimpikan Surga, lainnya Neraka. Mereka bertanya, manakah yang nyata. Apa jawabannya?' Jawabannya adalah menghadiri ceramah guru sampai engkau berada dalam keadaan serasi."
PELAJARAN DAN KAFILAH
Syeikh Rewgari dikunjungi oleh orang yang mengaku sudah lama dan benar-benar diterima sebagai murid.
Syeikh berkata kepadanya tentang kehidupannya dan persoalannya, dan kemudian menyuruhnya pergi, sambil mengatakan, "Jawabanmu akan dikirim kepadamu pada waktunya."
Kemudian syeikh memanggil salah seorang murid seniornya, dan berkata, "Pergilah ke rumah si Fulan (calon murid) dan tanpa menyebut namaku. Tawari ia pekerjaan yang aman dan menguntungkan di kafilah dagangmu."
Segera jawaban datang dari calon murid kepada syeikh.
"Aku mohon maaf karena tidak menunggu Anda, sejak keberuntungan yang diberikan kepadaku, posisi yang bagus, oleh salah seorang pedagang terbesar di kota ini, dan aku harus mencurahkan seluruh waktuku untuk pekerjaan ini, demi kepentingan keluargaku."
Syeikh Rewgari pada beberapa kesempatan dengan tepat mengetahui bahwa pengunjung yang datang padanya, hanya karena mereka menderita kekecewaan dalam hidup. Ini bukan contoh yang langka tentang tindakannya tersebut.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment