Bayazid Al-Bisthami, Uwais al-Qarni, Berhala, dan Uang

Bayazid Al-Bisthami, Uwais al-Qarni, Berhala, dan Uang
Ilustrasi/Ist
Kisah-kisah berikut dinukil dari Idries Shahdalam bukunya yang berjudulThe Way of the Sufidan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Joko S. Kahhar dan Ita Masyitha dengan judul "Jalan Sufi: Reportase Dunia Ma'rifat". 

BAYAZID AL-BISTHAMI

Bayazid bertemu seekor anjing, ia menarik jubahnya dari anjing tersebut agar tidak mengotori.

Si anjing, dalam bahasa manusia berkata: "Jika aku kering, tidak perlu lagi menghindariku. Jika aku basah, engkau dapat mencuci jubahmu. Tetapi kebendaanmu padaku tidak pernah dapat dicuci."

Bayazid berkata: "Wahai anjing yang mendapat pencerahan, kemarilah dan tinggallah bersamaku sebentar."

Anjing menjawab: "Itu tidak mungkin, karena dunia menggunakan diriku sebagai julukan (ejekan), dan engkau dihormati dunia sebagai suri-teladan."

Bayazid berseru: "Aduh! Aku tidak layak hidup dengan suatu makhluk yang dianggap oleh seluruh dunia sebagai makhluk yang rendah; bagaimana aku dapat mendekati Kebenaran, menghargainya sebagai yang Tertinggi dari semuanya?"

Saat ditanya, "Apakah menjadi Sufi itu?" 

Bayazid menjawab, "Melepaskan kenyamanan dan mencoba berusaha. Itulah praktek Sufi."

BERHALA
Seseorang berkata pada Uwais al-Qarni, bahwa seorang darwis duduk di pusara, berpakaian terbungkus dan menangis.

Uwais berkata: "Katakan padanya bahwa metode itu bisa jadi berhala; ia harus mementingkan praktik, karena itu rintangan."

UANG

Uwais al-Qarni ditawari sejumlah uang, ia mengatakan: "Aku tidak butuh itu, sebab aku sudah punya sebuah koin."

Lainnya berkata: "Berapa lama engkau akan menghabiskannya? -- itu tidak berarti."

Uwais menjawab: "Aku jamin bahwa aku akan hidup lebih lama daripada jumlah tersebut, dan aku akan menerima pemberianmu."

"Jangan sesali masa lalu dan jangan khawatirkan masa depan."

(Dzun-Nun al-Mishri)

Orang terpelajar yang mempunyai banyak teman mungkin seorang penipu, sebab jika ia mengatakan kebenaran pada mereka, mungkin mereka tidak lagi menjadi temannya.

(Sufyan ats-Tsauri)

Al-Junaid berbicara pada pengunjung sekitar sepuluh orang. Ia selalu berhenti bicara jika jumlah mereka terus bertambah, dan pendengarnya tidak pernah berubah dari duapuluh orang.

Ketika kita berbicara, kita berhati-hati agar tidak salah dalam tata bahasa. Bagaimanapun, ketika kita bertindak, kita membuat kesalahan dan tidak menggapai apa yang seharusnya menjadi tujuan kita.
(mhy) Miftah H. Yusufpati

No comments: