Buya Hamka, Soekarno dan Pramudya Ananta Toer
Soekarno dan Pramudya Ananta Toer adalah 2 orang yg paling jahat perlakuannya thdp Buya Hamka semasa era 60an.
Soekarno, yg bertemu Buya saat mrk msh sama2 berusia 30an, dan berteman baik sjk saat itu, tiba2 berubah di usia senja. Gara2 ideologi *NASAKOM* yg diusung Soekarno, dua kawan ini terpaksa harus berbenturan.
Buya Hamka yg seorang ulama, tidak pernah mengkritik dgn kata2 pedas. Ia selalu mengkritik dgn bahasa halus dan berwibawa. Tapi itu tidak menghalangi Soekarno utk "menghukum" beliau. Berbagai serangan balik dilancarkan Soekarno utk memukul dan menjerembabkan mantan sobatnya ini.
Berbagai fitnah mulai ditebar Soekarno, dan puncaknya adalah fitnah bhw Buya Hamka, ulama yg lembut dan berwibawa ini, sedang merencanakan pembunuhan Presiden Soekarno! Tuduhan yg gila dan terlalu mengada-ada.
Tapi apa boleh buat. Perintah presiden adalah titah mutlak. Buya pun ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Berbagai tindakan kejam dan sadis dialami Buya di penjara.
Kulit disudut rokok.
Badan direndam ke air, dan sesekali bak air tsb dialiri listrik.
Dll tindakan keji ala PKI dilakukan thdp Buya. Semua atas sepengetahuan Soekarno.
Tak hanya disitu.
Buya yg seorang penulis, biasa mendapat penghidupan keluarga dari hasil royalti buku2nya yg berjumlah puluhan. Saat beliau dipenjara, seluuuuruh buku-buku karyanya disita pemerintah. Termasuk buku yg baru saja selesai dicetak. Fresh from the oven. Tak luput dr sitaan.
Tak hanya buku2 agamanya saja yg dilarang. Bahkan sampai buku-buku novel yg ditulisnya 30an tahun lalu, tak luput dari sitaan pemerintah Soekarno. 'Di Bawah Lindungan Kabah', 'Merantau ke Deli', yg bernuansa roman pun kena operasi sita. Otomatis, biaya hidup buat istri dan anak-anak Buya pun terhenti. Istri buya mulai harus menjual perhiasan-perhiasan miliknya demi menyambung hidup.
Adapun Pramoedya Ananta Toer..
Tak kalah jahat juga ia dalam memfitnah Buya Hamka.
Melalui media-media miliknya, ia menuduh Buya begini dan begitu. Mulai dari menuduh Buya melakukan plagiarisme, sampai menebar propaganda bhw Buya berencana membunuh Presiden Soekarno.
Pramoedya dan Soekarno. Dua sekawan yg kompak dlm memfitnah Buya Hamka, lawan politik mereka.
Sampai akhirnya berakhirlah masa-masa kelam di penjara itu. Alhamdulillah OrLa akhirnya berakhir. Pemerintahan pun berganti. Sang presiden baru akhirnya melepaskan Sang Ulama dari penjara. Di saat inilah momen-momen epik dalam kehidupan 3 tokoh ini terjadi.
-----------------------
"Tok tok tok"..
pintu rumah Buya diketok sepasang orang asing. Laki dan perempuan. Mereka pun menyampaikan maksud kedatangannya.
"Maaf Buya. Ayah saya menyuruh saya datang ke Buya, meminta tolong buya untuk mengajar islam ke pacar sy ini. Dia nonmuslim, buya. Ayah saya tidak mau punya mantu nonmuslim, jd dia harus masuk islam dulu. Harus belajar islam dulu. Dan kata ayah, dia harus belajar islam langsung ke ahlinya. Yaitu Buya.." kata si gadis
Buya mengernyitkan kening. Heran. Dan kmdn bertanya, "siapa ayahmu, nak?"
Malu-malu si gadis menjawab..
"Pramoedya Ananta Toer, buya.."
Buya tercenung sejenak. Lalu tersenyum lebar. Wajah herannya brubah ceria. Dipersilakan pasangan itu masuk, dan pelajaran islam pun mulai dijadwalkan.
Ya, Pramoedya Ananta Toer yg itu.
Yg dulu memfitnah beliau.
Yg dulu tak henti-hentinya menebar hoax ttg beliau di media-media besar miliknya.
Yang dulu adalah pendukung utama Nasakom dgn hawa komunisnya.
Tak disangka, ia keder juga saat anak gadisnya naksir lelaki nonmuslim. Ketar ketir ia. Rupanya, sedikit iman msh ada di hatinya, yg membuatnya melarang si anak nikah, kecuali bila suaminya mau masuk islam. Tak tanggung2, guru islam yg dipilihnya adalah guru terbaik yg dimiliki Indonesia saat itu. Yaitu Buya Hamka...
Mantan lawan politiknya dulu..
Buya Hamka tersenyum.
Ia menyambut baik permohonan Pramoedya. Walau Pramoedya tidak pernah berkata "maaf", tapi datangnya si anak, bagi Buya adalah isyarat bhw Pramoedya menyesal, dan minta maaf padanya.
---------------------
Kisah lain adalah datangnya surat. Langsung dr presiden Soeharto. Dadakan. Isi suratnya adalah:
"Mohon Buya utk menjalankan amanat terakhir Soekarno. Yaitu mensholatkan jenazahnya"
Buya mengernyit. "Dia sudah meninggal?" Tanyanya pada utusan presiden. Segera setelah yakin, ia pun langsung berkemas, dan melesat ke rumah duka. Menjalankan amanat terakhir Soekarno. Ya, di jelang ajalnya, mantan lawan politiknya ini mmg sempat berkata, "kalau aku mati, tolong jenazahku disholatkan oleh Buya Hamka."
Beberapa kawan Buya saat itu protes. Buat apa mensholatkan Soekarno? Dia sdh berlaku kejam thdp Buya. Dia penjarakan Buya. Dia siksa Buya di penjara. Belum lagi dia cabut nafkah buat keluarga Buya. Kurang kejam apa dia? Kenapa kok Buya mau-maunya solatkan jenazahnya?
Buya hanya tersenyum.
Katanya, "Saya bersyukur atas peristiwa penjara itu. Kalau bukan krn dipenjara, Tafsir Al Azhar karya sy mungkin tidak akan pernah ditulis. Karya itu ditulis saat sy merasa tertekan di penjara." Katanya lembut. MasyaAllah, buyaaa...
Ya, masterpiece Buya Hamka, Tafsir Al Azhar, mmg ditulis semasa beliau dipenjara. Siksaan demi siksaan yg diterimanya membuatnya lebih dekat dan lebih dekat lagi dengn Alquran, dan menginspirasinya utk menulis tafsir ini. Tanpa siksaan berat yg diterimanya tiap hari, mgkn ia juga tidak akan terpikir utk menulis karya legendaris ini.
-----------------------
Dari Buya Hamka, kita belajar ttg kearifan. Ttg akhlak seorang muslim. Ttg sifat ramah dan pemaaf. Ttg berfikir positif di segala situasi.
Tidak mudah utk bisa menjadi pemaaf, bila kita berada di posisi Buya, yg kerap difitnah, bahkan disiksa fisik.
Tapi inilah Buya. Yang pemaaf dan berjiwa besar. Seperti Nabi Muhammad saw yg pemaaf, saat babak belur berdarah2 dilempari batu oleh warga Thaif. Saat malaikat gunung menawari beliau utk balas dendam, dengan cara membenamkan penduduk Thaif dlm bencana longsor, nabi malah melarang. Alih2 balas dendam, beliau malah mendoakan hidayah bagi orang2 yg telah menyiksanya ini. Sungguh sikap pemaaf yg epik..
Yg mampu diserap sempurna oleh Buya Hamka.
Tidak mudah pula berpikir positif, bila kita mendapat siksaan hidup luarbiasa keras.
Umumnya kita selalu mengeluh. Dan mengeluh. Dan mengeluh.
Lalu mulai mengumpat, mengutuk, dan mencerca orang yg sudah menjerembabkan kita pada siksaan berat ini.
Jarang sekali ada orang yg bisa memanfaatkan kondisi tertekan itu utk bisa lebih dekat lagi pada Allah, pada Alquran. Lebih jarang lagi yg mampu menulis karya masterpiece di tengah kondisi spt itu. Only one in a million person. Dan Buya Hamka adalah salah satu manusia langka itu.
MasyaAllah, pancaran iman beliau mmg luarbiasa.
Islam bukan sekedar agama ritual buatnya. Namun betul2 diserap sempurna dlm akhlaknya sehari-hari. Akhlak seorang muslim sejati.
Pancaran iman ini pulalah yg membuat 2 orang yg memusuhinya, berbalik merindukannya.
Ya, siapa sangka..
Dua orang yg pernah memfitnah dan menyiksanya, malah justru mengakui kapasitas iman dan ilmu beliau. Dan malah meminta tolong 2 hal vital dalam kehidupan pribadi mereka?
Ini tidak akan terjadi,
Seandainya dulu di masa bermusuhannya, Buya kerap melontarkan cercaan, olok-olok, dan kata2 pedas. Ya, buya mmg hanya melontarkan kritik thdp Nasakom saja. Tidak pernah ia menyerang pribadi 2 orang ini. MasyaAllah..
----------------------
_*Salam kami untukmu, Buya..*_
_*Betapa kami rindu pada sosok teduh sepertimu.*_
_*Engkau bagaikan salju yg mampu meredam sangarnya geliat api..*_
_*Engkau bagaikan mentari pagi yg mampu mengubah gelapnya malam menjadi terang ceria..*_
_*Engkau bagaikan embun yg mampu menyejukkan hati yg luka dengan sentuhan iman..*_
_*Ah, Seandainya engkau masih hidup, buya..*_
No comments:
Post a Comment