Kisah Bung Karno yang Bikin Takjub Raja Saudi

Sosok Presiden pertama RI Soekarno selalu punya cerita unik yang mengundang senyum dan kagum. Banyak kisahnya yang belum diketahui publik sejak menjabat 18 Agustus 1945 hingga 2 Maret 1967.

Salah satunya adalah kisah perjalanan spiritual Presiden Soekarno ke Saudi Arabia saat melaksanakan ibadah haji tahun 1955 silam. Cerita kali ini akan menyuguhkan sepenggal kisah menarik Bapak Proklamator RI ketika berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW.

Seperti diketahui, Indonesia dan Saudi Arabia adalah dua negara yang punya hubungan erat baik ideologi maupun sejarah. Indonesia dengan penduduk muslim terbesar di dunia menjadi mitra strategis bagi Saudi Arabia.

Di sisi lain, keberadaan Makkah dan Madinah sebagai kota suci merupakan kiblat bagi muslim di dunia termasuk warga muslim Indonesia. Keharmonisan Pemerintah Indonesia dan Kerajaan Saudi ini telah terjalin baik sejak dulu hingga sekarang.

Ini dibuktikan dengan kunjungan Raja Faisal bin Abdulaziz Al Saud ke Indonesia pada tahun 1970. Kala itu, Raja Faisal disambut Presiden Soeharto dan Ibu Tien Soeharto di Istana Merdeka Jakarta.

Kemudian, dilanjutkan oleh Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud yang datang ke Indonesia bersama rombongan pembesar kerajaan Maret 2017 lalu. Raja Salman disambut oleh Jokowi di Istana Bogor.

Sebelum Raja Faisal dan Raja Salman mengunjungi Indonesia, Bung Karno telah lebih dulu melakukan kunjungan ke negara kaya minyak itu. Jauh sebelum Bung Karno mengunjungi Saudi, ulama-ulama Indonesia juga telah menjalin hubungan khusus dengan Saudi dalam urusan dakwah dan syiar Islam.
Ulama Indonesia yang pernah belajar dan berkiprah di Saudi jumlahnya mencapai puluhan orang.

Dari puluhan ulama ini, ada tiga ulama yang sangat berpengaruh karena pernah menjadi imam besar di Masjidil Haram, Makkah. Ketiganya adalah Syekh Junaid Al-Batawi, Syekh Nawawi Al-Bantani, Syekh Khatib Al-Minangkabawi.


Bung Karno sendiri ketika berkunjung ke Saudi tanggal 18 Juli 1955, disambut sebagai tamu kehormatan oleh Raja Saud bin Abdul Aziz Al Saud. Sejarah Saudi Arabia mencatat, perbaikan jalur antara bukit Shafa dan Marwah adalah berkat saran Bung Karno kepada Raja Saudi.

Sebagai tokoh yang saat itu berpengaruh di negara-negara anggota Gerakan Nonblok, Bung Karno juga pernah menawarkan ide penanaman pohon ini kepada Saudi. Tak hanya mengirimkan ribuan bibit pohon, Bung Karno juga mengirimkan ahli tanaman dari Indonesia untuk mengembangbiakkan tanaman yang memang cocok tumbuh di daerah tandus tersebut.

Kini ‘Pohon Soekarno’ tumbuh dengan rimbun di berbagai wilayah di Arab Saudi, baik di Makkah, Madinah, Jeddah hingga kawasan Padang Arafah. Keberadaan pohon-pohon ini sangat membantu menurunkan suhu panas saat jemaah haji melaksanakan wukuf.

Pemerintah Arab Saudi juga secara khusus memelihara keberadaan ‘Pohon Soekarno’ itu. Bahkan di Arafah ada saluran air khusus yang ditanam dalam tanah untuk menyirami setiap batang pepohonan itu.

Pada tahun 1955, pengaruh Bung Karno memang begitu besar. Tidak saja di negara-negara Asia dan Afrika, tetapi hingga ke Eropa, Amerika, bahkan Timur Tengah, termasuk Saudi Arabia.

Raja Saudi sangat mengagumi Bung Karno sebagai pendorong kemerdekaan negara-negara Asia Afrika. Saat kunjungan Bung Karno ke Saudi, Raja Saud bin Abdul Aziz benar-benar memberikan sambutan super hangat. Saat berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW di Madinah Al Munawwarah, Bung Karno ditemani oleh Raja Saud.


Ada cerita menarik ketika berziarah ke makam punghulu para Nabi dan Rasul itu. Sayyid Husein Muthahar, pengarang lagu-lagu perjuangan seperti hari merdeka (17 Agustus tahun 45), hymne pramuka, syukur, menceritakan kisah Bung Karno yang begitu menghormati dan mencintai Rasululllah SAW.

Sayyid Muthahar yang ikut dalam rombongan Haji Bung Karno bercerita, saat Bung Karno berjalan di Kota Madinah bersama Raja Saud bin Abdul Aziz, Bung Karno bertanya kepada Raja Saudi, “Dimana makamnya Rasulullah SAW wahai raja?”.

Raja Saud bin Abdul Aziz menjawabnya, “Oh itu makam Rasulullah SAW sudah terlihat dari sini”. Saat itu juga Bung Karno melepaskan atribut-atribut pangkat kenegaraannya.

Raja Saudi pun heran dan bertanya balik kepada Bung Karno. “Kenapa Anda melepaskan itu semua?”.
Bung Karno menjawab dengan tegas: “Yang ada di sana itu Rasulullah SAW, pangkatnya jauh lebih tinggi dari kita, aku dan dirimu!”. Kemudian Bung Karno berjalan merangkak menghampiri makam Baginda Nabi SAW.

>Bung Karno bersama beberapa rombongan sempat mengheningkan cipta, dan berdoa di samping makam Nabi Muhammad SAW. Bung Karno pun tak kuasa menahan tangisnya di depan makam manusia agung itu.

Apa yang dilakukan Bung Karno saat ziarah ke Makam Nabi patut diapresiasi dan ini merupakan sebuah penghormatan sejati yang membuat takjub Raja Saudi.


Dr Soeharto, dokter pribadi yang ikut serta dalam rombongan haji Bung Karno menuturkan, betapa ia merasa beruntung. Sebab, tidak seperti kebanyakan jemaah haji yang lain, Bung Karno dan rombongan diperkenankan berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW di areal Masjid Nabawi, Madinah.

Raja Arab begitu menghormati Bung Karno. Sebelum pulang ke Indonesia, Raja Saud bin Abdul Aziz memberikan hadiah istimewa kepada Bung Karno.

“Ketika aku akan kembali ke Tanah Air, Raja Arab Saudi mengatakan, Presiden Soekarno, mobil Chrysler Crown Imperial ini telah Anda pakai selama berada di sini. Dan sekarang saya menyerahkannya kepada anda sebagai hadiah ” kata Soekarno menirukan ucapan Raja Saudi. Sebagai balasannya, Bung Karno pun mengundang Raja Saudi untuk berkunjung ke Indonesia.

Dalam perjalanan pulang itu, Bung Karno juga memberi pesan spiritual kepada Dr Soeharto dan didengar anggota rombongan yang lain. “To… kamu hendaknya jangan mempergunakan predikat haji, sebelum kamu betul-betul dapat mendirikan –tidak sekadar menjalankan– salat secara tertib sebagaimana yang diperintahkan,” demikian nasihat Bung Karno.(kl/sn)

No comments: