Kisah Khalifah Utsmaniyah Tuntun Kari Ann pada Islam

Kisah Khalifah Utsmaniyah Tuntun Kari Ann pada Islam.

Kisah Khalifah Utsmaniyah Tuntun Kari Ann pada Islam.

Foto: Mgrol120
Keyakinan Kari Ann Owen kini berlabuh pada Islam.

 Kari Ann Owen atau yang lebih dikenal dengan Sister Penomee merasa bersyukur ketika ia mendapati Islam sebagai agama yang sempurna. Kehidupan Amerika yang keras menuntunnya mencari jalan kebenaran, hingga akhirnya keyakinannya berlabuh pada Islam.

Sebelum memeluk Islam, perempuan Amerika Serikat ini merupakan seorang Yahudi. Dalam kumpulan kisah mualaf seperti dilansir di Muslim Library, Owen menuturkan kisah dan perjalanannya hingga memeluk Islam.

Perjalanannya hingga mengucapkan kalimat syahadat dimulai ketika sutradara yang dikaguminya, Tony Richardson, meninggal karena AIDS. Richardson kala itu sudah menjadi seorang yang brilian dan profesional yang diakui internasional ketika Owen hampir bertemu dengannya di belakang panggung pada drama Luther saat usia 14 tahun. Bagi Owen, bermain menulis selalu menjadi cara menemukan derajat dari rekonsiliasi spiritual dan emosional, baik di dalam dirinya maupun di antara dirinya dan dunia yang ia temukan agak brutal karena keadaan masa kecil. Alih-alih bertarung dengan dunia, ia membiarkan konfliknya melawannya dalam permainannya.

Ketika ia mulai meraih pujian di atas panggung (produksi dan pembacaan bertahap), mulai usia 17 tahun ia selalu mempertahankan harapan suatu hari ia akan mencapai impian masa kecilnya untuk belajar dan bekerja dengan Richardson. Namun sayang, Richardson mengikuti homoseksualitasnya dari Inggris ke Amerika dan sebuah komunitas yang kacau, hingga kemudian AIDS membunuhnya. 

Bersama kepergiannya, pergi pula bagian lain dari rasa yang dimiliki Owen. Kala itu, Owen mulai mengalihkan pandangannya di luar masyarakat Amerika dan Barat menuju budaya Islam untuk mencari bimbingan moral. Keyakinan Kari Ann Owen kini berlabuh pada Islam.

"Mengapa Islam dan bukan di tempat lain? Nenek moyang ibu kandung saya adalah orang-orang Yahudi Spanyol yang hidup di antara umat Islam sampai inkuisisi mengusir komunitas Yahudi pada 1492. Dalam ingatan sejarah saya, yang saya rasakan secara mendalam, panggilan muazin sedalam heningnya lautan dan goyangan kapal, hentakan kaki kuda melintasi gurun, pernyataan cinta di hadapan penindasan," kata Owen.

Saat itu pula, Owen merasakan lahirnya sebuah cerita dalam dirinya. Drama terbentuk ketika ia mulai belajar tentang kemanusiaan seorang khalifah Utsmaniyah terhadap pengungsi Yahudi pada saat nenek moyang mereka diusir. Owen mengungkapkan, Allah membimbingnya untuk mempelajari Islam.

Ia diajari tentang Islam oleh tokoh-tokoh yang beragam seperti Imam Siddiqi dari Asosiasi Islam South Bay, ukhti Hussein dari Rahima, dan saudara angkatnya Maria Abidin, yang merupakan penduduk asli Amerika dan Muslim serta seorang penulis majalah SBIA, IQRA.

Wawancara penelitian pertamanya adalah di sebuah toko daging halal di Distrik Misi di San Fransisco. Di sana, pemahamannya tentang kehidupan Islam sangat dipengaruhi oleh wanita Muslim pertama yang pernah ia temui. Sosok Muslimah itu adalah seorang pelanggan berjilbab yang berperilaku baik dan anggun. Muslimah tersebut juga membaca, menulis dan berbicara empat bahasa.

"Kecemerlangannya, ditambah dengan sikapnya yang luar biasa tidak sombong, memiliki dampak mendalam pada awal pengetahuan saya tentang bagaimana Islam dapat mempengaruhi perilaku manusia," ujarnya.

Perjalanan penelitiannya kemudian memperkenalkan lebih banyak tentang Islam ketimbang sekumpulan fakta karena Islam adalah agama kehidupan. Owen menuturkan, ia belajar bagaimana Muslim berperilaku dengan martabat dan kebaikan yang membuat mereka di atas pasar budak Amerika dalam kompetisi seksual dan kekerasan.

Keyakinan Kari Ann Owen kini berlabuh pada Islam.

Ia juga belajar pria dan wanita Muslim sebenarnya sejajar satu sama lain, secara verbal dan fisik. Owen lantas belajar pakaian sopan, yang dianggap sebagai keadaan spiritual, dapat membuat perilaku manusia lebih maju dan memberi pria dan wanita perasaan dari nilai spiritual mereka sendiri.

Seperti kebanyakan wanita Amerika, Owen dibesarkan di dunia yang memperhatikan penampilan. Di sana, tidak hanya ada penyakit seksual dari keluarganya, tetapi juga penilaian negatif terus-menerus terhadap penampilannya oleh teman-temannya dari mulai usia di bawah tujuh tahun.

"Saya diajari sejak usia sangat dini oleh masyarakat Amerika bahwa nilai kemanusiaan saya hanya terdiri dari daya tarik saya kepada orang lain. Dalam suasana ini, anak laki-laki dan perempuan, sering tumbuh sangat membenci satu sama lain, mengingat keinginan yang putus asa untuk penerimaan teman sebaya, yang tampaknya hampir jika tidak sepenuhnya bergantung tidak pada kebaikan atau belas kasihan atau bahkan kecerdasan seseorang, tetapi pada penampilan dan persepsi penampilan itu oleh orang lain," ujarnya.

Kendati dari pengalaman hidupnya itu, Owen mengku tidak mengharapkan atau mencari kesempurnaan manusia di antara umat Islam. Namun, ia mengungkapkan mendapati perbedaan sosial yang sangat dalam di antara umat Islam.

Keyakinan Kari Ann Owen kini berlabuh pada Islam.

Ia mengaku mencintai dan menghormati Islam yang ia ketahui melalui perilaku dan perkataan teman-temannya yang ia kenal di American Muslim Intent on Learning and Activism (AMILA) dan di tempat lainnya. Melalui Islam, ia menemukan kebebasan dari konflik emosional yang menurutnya kejam dan sebuah rasa spiritualitas yang begitu dekat.

Owen mengungkapkan, ia begitu mengagumi penghargaan Islam atas pendidikan seks yang sama, hak-hak perempuan dan laki-laki dalam masyarakat, atas pakaian yang sopan, dan atas ketenangan dan pernikahan. "Betapa luar biasa merasakan satu setengah miliar Muslim berbagi keyakinan agama saya dalam pengembangan karakter pernikahan, dan juga dalam keputusan saya untuk tetap bebas narkoba dan alkohol," katanya.

Owen lantas mengungkapkan anugerah terbesar Islam dalam arti yang lebih luas. Menurutnya, Islam meminta manusia menganggap diri mereka sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah dengan kewajiban bertanggung jawab dalam hubungan mereka dengan orang lain. Melalui ibadah dan amal serta komitmen terhadap ajaran Islam, ia mengatakan ada peluang baik membesarkan anak-anak yang akan bebas dari kekerasan dan eksploitasi.

 

Owen juga merasa lebih tenang dan bersyukur dalam Islam lantaran anugarah pernikahannya yang bahagia dengan suaminya, Silas. Terlebih ketika ia dan suaminya mengadopsi seorang anak. Ia berharap teman-teman Muslim tetap bersikap hangat. Pasalnya, ia ingin anaknya pun dibesarkan dalam kehadiran agama melalui perilaku orang-orang di sekitarnya.

No comments: