Penilaian Buruk Khalifah Umar Tentang Enam Orang Calon Penggantinya

Begini Penilaian Buruk Khalifah Umar Tentang Enam Orang Calon Penggantinya
Ilustrasi/Ist
Kata-kata Zubair bin Al-Awwam tampaknya membuat merah telinga Khalifah Umar bin Khattab r.a . yang sabar itu. Sambil memandang tajam ke arah Zubair, Umar berkata: "Tentang dirimu, Zubair…, kau itu adalah orang yang lancang mulut, kasar dan tidak mempunyai pendirian tetap. Yang kausukai hanyalah hal-hal yang menyenangkan dirimu sendiri, dan engkau membenci apa saja yang tidak kausukai. Pada suatu ketika engkau benar-benar seorang manusia, tetapi pada ketika yang lain engkau adalah setan! Bisa jadi kalau kekhalifahan kuserahkan kepadamu, pada suatu ketika engkau akan menampar muka orang hanya gara-gara gandum segantang."

Khalifah Umar menghentikan perkataannya sebentar, seolah-olah mengambil nafas untuk mengumpulkan kekuatan dan mengendalikan emosinya. Kemudian ia meneruskan: "Tahukah engkau, jika kekuasaan kuserahkan kepadamu? Lalu siapa yang akan melindungi orang-orang pada saat engkau sedang menjadi setan ? Yaitu pada saat engkau sedang dirangsang kemarahan?" 

Tanpa menunggu jawaban Zubair, Khalifah Umar r.a. menoleh ke arah Thalhah bin Ubaidillah , yang segera menundukkan kepala setelah melihat sorot mata pemimpin yang berwibawa itu.

Bukan rahasia lagi di kalangan kaum muslimin pada masa itu, bahwa sudah beberapa waktu lamanya Khalifah Umar r.a. memendam rasa jengkel terhadap tokoh yang satu ini. Peristiwanya bermula pada waktu Khalifah Abu Bakar r.a . masih hidup. Ketika itu Thalhah mengucapkan suatu kata kepada Abu Bakar r.a yang sangat tidak mengenakkan perasaan Umar bin Khattab r.a. 

Setelah memandang Thalhah sejenak, Khalifah Umar r.a. bertanya: "Sebaiknya aku bicara atau diam saja?"

"Bicaralah!" sahut Thalhah dengan nada acuh tak acuh. "Toh anda tidak akan berkata baik mengenai diriku!"

"Aku mengenalmu sejak jari-jarimu luka pada waktu perang Uhud," kata Khalifah Umar r.a. kepada Thalhah. "Dan aku juga mengenal kecongkakan yang pernah muncul pada dirimu. Rasulullah wafat dalam keadaan beliau tidak senang kepadamu. Itu akibat kata-kata yang kau ucapkan ketika ayat Al-Hijab turun."

Menurut catatan yang dibuat oleh Syeikh Abu Utsman Al Jahidz, perkataan Thalhah yang dimaksud ialah ucapan kepada salah seorang sahabat. Kata-kata Thalhah itu akhirnya sampai juga ke telinga Rasulullah s.a.w.: "Apa arti larangan itu baginya (yakni bagi Rasulullah s.a.w.) sekarang ini? Dia bakal mati. Lalu kita bakal menikahi perempuan-perempuan itu!" 

Habis berbicara tentang pribadi Thalhah, Khalifah Umar r.a. melihat kepada Sa'ad bin Abi Waqqash . Kepadanya Umar r.a. berkata: "Engkau seorang yang mempunyai banyak kuda perang. Dengan kuda-kuda itu engkau telah berjuang dan berperang. Banyak sekali senjata yang kau miliki, busur dan anak panahnya. Tetapi kabilah Zuhrah (asal Saad), kurang tepat untuk memangku jabatan Khalifah dan memimpin urusan kaum muslimin." 

Tibalah sekarang giliran Khalifah Umar r.a. menilai pribadi Abdurrahman bin 'Auf , yang rupanya sudah siap mendengarkan penilaiannya. "Jika separoh kaum muslimin imannya ditimbang dengan imanmu," kata Khalifah Umar r.a., "maka imanmulah yang lebih berat. Tetapi kekhalifahan tidak tepat kalau dipegang oleh seorang yang lemah seperti engkau. Kabilah Zuhrah (asal Abdurrahman bin 'Auf juga) kurang kena untuk urusan itu." 

Buku "Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib r.a." karya H.M.H. Al Hamid Al Husaini menceritakan Abdurrahman tidak sepatah kata pun menanggapi penilaian Khalifah Umar r.a. atas dirinya. Ia membiarkan Khalifah berbicara lebih lanjut mengenai diri Ali bin Abi Thalib r.a . "Ya Allah, alangkah tepat dan baiknya kalau anda tidak suka bergurau!" kata Khalifah Umar r.a. dengan nada suara yang agak meninggi. Kemudian dengan suara merendah dikatakan: "Seandainya anda nanti yang akan memimpin ummat, anda pasti akan membawa mereka menuju kebenaran yang terang benderang."

Imam Ali r.a. tampak terjengah dan tersipu-sipu mendengar ucapan orang yang sangat dikaguminya. Juga ia tidak memberikan tanggapan terhadap penilaian yang positif atas dirinya. 
Khalifah Umar r.a. akhirnya dengan serius menoleh ke arah Utsman bin Affan r.a. Tangannya sudah makin melemah dan tenaganya sudah sangat berkurang. Tetapi ia memaksakan diri untuk menilai orang keenam yang ada di hadapannya itu. "Aku merasa seakan-akan orang Quraiys telah mempercayakan kekhalifahan kepada anda," kata Khalifah dengan suara lembut, "karena besarnya rasa kecintaan mereka kepada anda."

Wajah Khalifah Umar r.a. mendadak kelihatan sendu, seolah-olah sedang menahan perasaan getir yang menyelinap ke dalam kalbu. "Tetapi aku melihat nantinya anda akan mengangkat orang-orang Bani Umayyah dan Bani Mu'aith di atas orang-orang lain. Kepada mereka anda akan menghamburkan harta ghanimah yang tidak sedikit."

Suara Khalifah meninggi pula: "Akhirnya akan ada segerombolan 'serigala' Arab datang menghampiri anda, lalu mereka akan membantai anda di atas pembaringan." 

Dengan nada peringatan yang sungguh-sungguh, Khalifah Umar r.a. mengakhiri kata-katanya: "Demi Allah, jika anda sampai melakukan apa yang kubayangkan itu, gerombolan 'srigala' itu pasti akan berbuat seperti yang kukatakan. Dan kalau yang demikian itu benar-benar terjadi, ingatlah kepada kata-kataku ini! Semua itu akan terjadi" (Bersambung)
(mhy) 
Miftah H. Yusufpati

No comments: