Rahasia Jasad tak Dimakan Tanah

ilustrasi: kuburan

Ibnu Qotadah berkata: Telah sampai kepadaku berita bahwa orang yang tidak melakukan kesalahan jasadnya tidak dimakan tanah 

DALAM tausiah singkat Prof. Baharuddin Omar dalam penelitiannya mengatakan: Untuk mengetahui jasad yang telah membusuk dapat dilihat dari jenis lalat yang hinggap pada jasad tersebut. Karena jasad tidak bisa bertahan secara normal lebih dari 3 hari yang kemudian setelah itu akan disantap oleh serangga seperti cacing, ulat, lalat dan lain-lain.

Sebenarnya hal tersebut merupakan fenomena yang normal terjadi. Karena dalam tubuh sesesorang mengandung bermacam unsur seperti air, darah dan daging. Secara hukum akal memang yang demikian pasti berlaku. Namun dalam keyakinan orang islam jasad yang dikubur tidak selalu mengalami pembusukan. Ada di antara jasad tersebut tetap utuh walau sudah menahun di dalam tanah.

Imam ibnu Katsir dalam al-Bidāyah wa an-Nihāyah bertutur: Khalid bin Dinar Abu ‘Aliyah bercerita: Ketika penaklukkan kota Tustar mereka menemukan jasad yang sudah berumur lebih dari 300 tahun di dalam sebuah ruangan. Jasad tersebut tidak mengalami kerusakan sedikitpun bahkan rambut yang tumbuh di sekujur tubuhnya tidak satupun yang rontok dan kulitnya pun masih segar.

Dalam kitab al-Hayātu al-Barzakhiatu minal Mauti ilal Ba’tsi diceritakan bahwa ketika banjir bandang tahun 46 hijriah melanda bukit Uhud sebagian kuburan para syuhada terbongkar akibat derasnya curah hujan. Di antara kuburan yang ikut terbongkar ialah kubur Amar bin al-Jumuh dan Abdullah bin Amru al-Anshar.

Mendengar kabar tersebut sejumlah para sahabat bergegas untuk menguburkannya kembali. Betapa kagetnya mereka sebagian jenazah para syuhuda itu tidak mengalami kerusakan sedikit pun bahkan mereka seolah-olah baru dimakamkan beberapa waktu lalu.

Cerita jasad yang tidak dirusak tanah dan serangga tidak hanya kisah yang terdokumentasi rapi di dalam buku-buku sejarah. Di zaman sekarang pun kisah yang serupa lumrah didengar.

Pada beberapa waktu lalu di sebuah stasiun televisi swasta memberitakan bahwa ada jenazah seseorang perempuan yang telah dikubur belasan tahun terbongkar oleh luapan sungai masih utuh dan terlihat segar.

Kejadian ini pun membingunkan sebagian orang. Spekulasi pun bermunculan. Ada yang mengatakan bahwa dalam jasad tersebut terdapat suatu zat yang menyebabkan serangga tanah enggan memakannya. Ada pula yang berkeyakinan bahwa dalam jasad tersebut masih tersimpan ilmu hitam.

Dr. Abdul Hamīd Qudhāh dalam al-Mikrūbāt wa Karāmatu as-Syuhadā’ menjelaskan dengan baik dimana ia berkata: Sebab jasad seseorang tidak dimakan oleh serangga sehingga tidak mengalami pembusukan ialah karena Allah swt memuliakan jasad tersebut. Allah swt memuliakannya karena di dalam dada mereka terdapat kalam-Nya yang suci.

Rasulullah ﷺ bersabda:

عَنْ جَابِرَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا مَاتَ حَامِلُ القُرْآنِ أَوْحَى اللَّهُ إِلىَ الأَرْضِ لِأَكْلِ لَحْمِهِ قَالَ فَتَقُوْلُ الأَرْضُ وَكَيْفَ آكِلُ لَحْمَهُ وَكَلاَمَكَ فِي جَوْفِهِ.

“Artinya: Dari Jabir bin Abdullah berkata, Rasulullah ﷺ bersabda: Apabila penghafal al-Qur’an meninggal maka Allah berfirman kepada bumi, wahai bumi janganlah engkau memakan jasad orang ini (para penghafal al-Qur’an), lalu bumi itu berkata: Wahai Tuhan, bagaimana aku memakan jasadnya sementara kalammu ada di dalam kerongkongannya.” (Ibnu Asakir).

Ibnu Rajab al-Hanbali (w 795 H) dalam Syarhu as-Shudūr bi Syarhi Hāli al-Mautā wa al-Kubūr berkata: Qotadah berkata: Telah sampai kepadaku berita bahwa orang yang tidak melakukan kesalahan jasadnya tidak dimakan tanah. Dan ini lah pendapat sebagian ulama, kata imam al-Lāqqānī dalam Umdatul Murīd li Jauharati at-Tauhīd.

Dalam riwayat lain dituturkan bahwa ada orang-orang telah lama wafat jasadnya tidak mengalami perubahan sedikit pun selain jenggotnya yang menyentuh tanah.

Rasulullah ﷺ bersabda:

عَنْ جَابِرٍ قَالَ دُفِنَ مَعَ أَبِي رَجُلٌ فَكَانَ فِي نَفْسِي مِنْ ذَلِكَ حَاجَةٌ فَأَخْرَجْتُهُ بَعْدَ سِتَّةِ أَشْهُرٍ فَمَا أَنْكَرْتُ مِنْهُ شَيْئًا إِلَّا شُعَيْرَاتٍ كُنَّ فِي لِحْيَتِهِ مِمَّا يَلِي الْأَرْضَ

“Artinya: Dan [Jabir] ia berkata; terdapat seorang laki-laki yang di kubur bersama ayahku. Dan dalam hatiku terdapat keinginan untuk mengeluarkannya. Kemudian setelah enam bulan aku keluarkan jasad ayahku, dan aku tidak mendapati perubahan sedikitpun darinya selain beberapa rambut yang ada di jenggotnya dan menyentuh tanah.” (HR: Abu Daud).

Badruddīn al-‘Ainī(w 855 H) dalam Umdatul Qārī Syarhu Shahīhi al-Bukhārī berkata: Ayah Jabir adalah orang yang merelakan jiwanya melayang di medan jihad. Artinya ayah Jabir ini meninggal sebagai syuhada.

Abdullah al-‘Azzām dalam Ayātullah fi Jihād al-Afghān berkata: Di antara tanda cinta Allah swt kepada para syuhada ialah jasadnya dijaga sampai hari kiamat.

Dengan riwayat-riwayat ini maka terjawablah sudah mengapa sebagian jasad yang telah dikubur tidak dimakan tanah atau jasadnya tetap utuh. Selama hidup mereka adalah orang-orang yang menjaga kalam Allah swt serta mengamalkannya dan orang-orang merelakan dirinya terbunuh sebagai syahid di jalan-Nya.*/Wandi Bustami, penulis alumni Al Azhar, asatidz Tafaqquh Study Club

No comments: