Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani Menjawab Mereka yang Marah kepada Tuhan
Manusia disuruh meminta kepada Tuhan, bukan kepada manusia. Akan tetapi tak semua permintaan kita kepada Tuhan itu dikabulkan. Lalu, sebagian dari kita menjadi marah karenanya.
Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani dalam hal ini menasehati: Kenapa marah kepada Tuhan, karena doa-doa belum diterima?
"Bebas atau terikatkah engkau? Jika kau berkata bahwa kau seorang bebas, berarti kau tidak beriman. Jika kau bilang bahwa kau seorang budak, kubertanya, salahkah Tuhan menunda penerimaan doamu. Ragukah kau akan kearifan dan kasih-Nya kepadamu dan kepada seluruh ciptaan, dan akan pengetahuan-Nya tentang segala hal mereka? Kau salahkankah Dia?" ujarnya dalam kitab Futuh Al-Ghaib.
Jika kau tak menyalahkan-Nya dan menerima kearifanNya dalam menangguhkan penerimaan doamu, kata Syaikh, maka wajib bagimu bersyukur kepada-Nya, sebab Ia telah memilihkan yang terbaik
Jika kau salahkan Dia, berarti kau tak beriman, sebab kau menisbahkan kepada-Nya ketakadilan, dan mustahil Dia tak adil. Ingat, Dia adalah Pemilikmu, Pemilik segalanya. Sang pemilik berkuasa penuh atas milik-Nya.
Maka “Ketakadilan” tak layak bagi-Nya. Sebab ketakadilan ialah keikutcampuran dalam milikan orang lain, tanpa seizin pemiliknya.
Nah, jangan kesal terhadap-Nya, karena kehendak-Nya yang mewujud melaluimu meski tak kau sukai dan, secara lahiriah, merugikanmu, maka wajib bagimu bersyukur, bersabar, ridha kepada-Nya, dan mencampakkan kekesalan dan ketak-patuhan benak dan kedirianmu – halhal yang akan menyesatkanmu dari jalan Allah.
Wajib pula bagimu senantiasa berdoa, berbaik sangka terhadap-Nya, menanti saat-saat yang baik, yakin akan janji-Nya, menunjukkan sikap baik terhadap-Nya, bersesuaian dengan perintah-Nya, senantiasa mengesakan-Nya, segera melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauh dari melakukan hal-hal yang dilarangNya.
Dan, salahkan dirimu sendiri, yang berbuat kekejian dan ketakpatuhan terhadap-Nya, hal ini lebih baik. Nisbahkanlah ketakadilan kepada dirimu sendiri, hal ini lebih layak.
Waspadalah akan keserasian dengan diri, sebab hal ini adalah musuh Allah dan kawan musuhmu, yakni si Iblis nan terlaknat.
Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah. Waspadalah, waspadalah. Kutuklah dirimu sendiri, nisbahkanlah ketakadilan kepadanya, bacakanlah kepadanya firman Allah:
“Adakah Allah menyiksamu, jika kamu bersyukur lagi beriman?” (QS.4:147)
“Ini dikarenakan perbuatan-perbuatanmu sebelumnya, sesungguhnya Allah adil terhadap hamba-hamba-Nya.” (QS.3:181)
“Sesungguhnya Allah tak menzalimi, tapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri.” (QS.10:44)
Bacakanlah bagi dirimu kata-kata ini, ayat-ayat lain Al-Quran dan sabda-sabda Nabi. Berperanglah melawan dirimu demi Allah. "Jadilah komandan pasukan-Nya, sebab kedirianmu adalah musuh terbesar di antara musuh-musuh terbesar Allah," demikian Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment