Wafatnya 3 Putri Ibnu Hajar Al-Asqalani Akibat Wabah Virus
Dalam pengantarnya, Ahmad Isham menjelaskan tentang latar belakang yang pernah menimpa kehidupan al-Asqalani, di mana ketiga putrinya wafat karena diakibatkan thaun atau wabah. Kedua putri al-Asqalani, Fatimah dan Aliyah dijelaskan wafat pada 819 Hijriah atau sekitar 1416 M. Setelah itu, putrinya yang bernama Zaidatun juga wafat dalam keadaan hamil pada 833 Hijriyah.
Dalam kitab ini memang didiskusikan apakah al-Asqalani mengarang kitabnya ini karena dipengaruhi wafatnya ketiga putrinya tersebut atau tidak. Sangat mungkin musibah tersebut menjadi salah satu alasan al-Asqalani untuk mengarang kitab ini. Selain itu, al-Asqalani dalam manuskrip ini juga membahas tentang definisi penyakit penular. Di dalam berbagai literatur Islam yang disebut penyakit menular itu memang ada dua istilah yaitu thaun dan waba’. Namun, yang menarik dalam kitab Badzlu al Maun ini, al-Asqalani membedakan pengertian keduanya.
“Apa bedanya thaun dengan waba’, jadi thaun itu lebih khusus ketimbang waba’. Jadi waba’ itu lebih umum, kalau thaun itu lebih spesifik seperti covid-19. Semuanya itu disebut waba’ dalam bahasa Arab. Intinya setiap thaun itu bawa’, tidak setiap waba’ itu thaun,” kata guru besar Filologi Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Omaf Fathurrahman.
Jadi, berdasarkan definisi yang diberikan al-Asqalani dalam manuskrip tersebut, menurut dia, belum tentu yang disebut thaun ini sama halnya dengan Covid-19 yang ada sekaarnag. “Tetapi secara umum, yang disebut at-thaun itu salah satu jenis penyakit yang menular yang sampai menimbulkan pandemik,” ujar Kang Oman.
Dalam manuskrip kuno ini, menurut Kang Oman, Al-Asqalani mendefinisikan thaun sebagai satu jenis penyakit yang bisa menimpa kebanyakan manusia, tidak pendang bulu, tidak bandang gender, dan bisa menular dengan berbagai cara.
“Katanya, memang ini agak berbeda dengan banyak penyakit-penyakit yang lain yang biasa sepeti sakit kepala, jantung, sakit perut, yang tidak menular,” ucapnya.
Ibnu Hajar kehilangan ketiga putrinya akibat wabah virus Abad Pertengahan
Thaun sangat berbahaya dari segi penyebarannya, sehingga dalam konteks virus Covid-19 sekarang ini masyarakat Muslim hendaknya juga mengikuti penjelasan dari ahli medis untuk disiplin dalam melakukan fisical distancing ataupun sosial distancing. Karena, hal ini juga telah diajarkan pada abad ke-14 silam oleh al-Asqalani.
Selain itu, dalam manuskrip Arab ini juga dijelaskan tentang penyebaran thaun kala itu ke beberapa penjuru dunia, seperti ke Arab, Eropa, dan Cina. Wilayah-wilayah terdampak thaun tersebut sekarang juga menjadi wilayah yang terdampak virus Corvid-19.
“Jadi thaun ini tidak hanya menimpa dunia Islam saja, hampir seluruh dunia. Makanya disebut pandemi. Jadi, thaun yang terjadi pada ke-9 Hijriah dan yang mencapai puncaknya pada abad 14 ini juga sampai ke Eropa dengan sangat mematikan,” kata Kang Oman.
Pada akhir abad ke-19, thaun tersebut kemudian menyebar ke hampir seluruh penjuru dunia, termasuk ke China Selatan. Sedangkan manusia yang wafat akibat thaun ini mencapai 10 juta orang. Sayangnya, belum diketahui apakah thaun tersebut juga menyebar ke nusantara atau tidak.
Karena, lanjut Kang Oman, sumber manuskrip tentang thaun tersebut sampai saat ini belum ditemukan. Hanya saja, dalam penelitian yang pernah dilakukan, pandemi juga pernah terjadi di Hindia Belanda pada 1918 M, yang dikenal dengan Flu Spanyol.
“Sudah ada beberapa peneitian, tapi yang terkait dengan manuskrip ini perlu dicari lagi mungkin,” jelas Kang Oman.
No comments:
Post a Comment