Hitam Maupun Putih Sama Sesatnya? Beda Dukun dan Sihir Dengan Karomah

Hitam Maupun Putih Sama Sesatnya? Ini Beda Dukun dan Sihir Dengan Karomah
Ilustrasi/Ist
DUKUN bukan hanya yang notabene beraliran hitam, yang biasanya ditandai dengan mengenakan belangkon atau ikat kepala dan pakaian serba hitam. Tidak lupa menyelipkan sebilah keris di pinggang serta menyalakan kemenyan dan dupa di depannya. Namun, termasuk mereka juga adalah yang menamakan diri “ dukun putih ”.

Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi dalam bukunya berjudul "Jihad Melawan Perdukunan" mengingatkan yang kedua ini kerap berbusana bak seorang wali, dengan serban di kepala dan jubah putih, serta tidak lupa bersenjatakan seuntai tasbih yang biji bijinya terkadang mengalahkan besarnya bola pingpong. "Mereka semua sama!" tegasnya. Maksudnya, sama sesatnya dengan dukun yang beraliran hitam.

Dia berharap seorang muslim hendaknya bersikap cerdas dalam menilai sesuatu. Hendaknya dia tidak mudah terkecoh dengan tipuan penampilan. Justru dia tetap menjadikan substansi sesuatu sebagai tolok ukur penilaian. "Sebagai dampak kebodohan umat terhadap agama Islam atau terlalu liciknya tipu muslihat seorang paranormal dalam menjalankan aksinya, dengan berkedok sebagai seorang ustaz, kiai, atau habib, atau praktik pengobatan, ritual kesesatan ini semakin tumbuh subur di tengah masyarakat," tuturnya.

"Dengan menggunakan simbol-simbol dan amalan-amalan yang berbau Islam yang diambil dari ayat-ayat suci al-Qur‘an, kesesatan ritual mereka semakin tidak tampak," lanjutnya..

Apalagi penampilan mereka terkesan begitu islami, misalkan dengan serban, gamis, dan berjenggot dan memenuhi ruang praktiknya dengan ayat-ayat al Qur‘an atau tulisan Asma‘ul Husna yang dipajang di dinding, yang membuat orang awam semakin terkecoh dan tidak bisa mengelak, apalagi mengatakan bahwa pengobatan yang dilakukan si paranormal itu menyimpang, karena bacaan yang dibaca si pasien adalah lafal Islam, seperti: Bismillah, Allahu Akbar, dan sebagainya.

“Bagaimana mungkin berlandaskan ayat-ayat al-Qur‘an dan tidak merugikan orang dikatakan menyimpang?” Begitu keyakinan mereka.

Buku Membongkar Dunia Klenik dan Perdukunan Berkedok Karomah karya Ustaz Zainal Abidin bin Syamsuddin menyebut ada banyak contoh ritual yang dipergunakan oleh paranormal yang berkedok sebagai ustaz, kiai, atau habib berkaromah, di antaranya adalah:

1. Terapi dengan amalan-amalan zikir yang tidak ada tuntunannya dari al-Qur‘an maupun sunnah Nabi . Misalnya dengan membaca zikir-zikir aneh, seperti: membaca ayat-ayat surat al-Ikhlash dengan lafal kul kul kul…hu… hu hu hu… dan sebagainya dengan jumlah tertentu.

2. Terapi dengan menjalani ritual puasa, seperti puasa mutih, puasa 40 hari, puasa 100 hari, dan sebagainya.

3. Ritual memindahkan penyakit pasien kepada hewan ternak (kambing), ayam, telur ayam, dan sebagainya.

4. Memberi minuman air putih yang sudah dibacai mantra-mantra.

5. Memberikan rajah yang sudah ditulis di kertas atau di kain, yang dapat dikenakan atau dimasukkan dalam minuman atau diminum oleh pasien.

6. Memberikan jimat atau benda keramat, seperti: cincin, gelang, kalung, sabuk, susuk, dan sebagainya.

7. Transfer energi atau tenaga dalam disertai dengan zikir dan amalan khusus.

8. Ruqyah jama’ah yang dilakukan oleh sebagian kelompok yang kurang paham tentang perbedaan sunnah dan bid’ah.7

Beda Dukun dan Sihir dengan Karomah
Abu Ubaidah Yusuf menjelaskan para dukun dan tukang sihir banyak yang menampakkan aksi-aksi luar biasa, yang disiarkan di media massa dan layar kaca yang disaksikan oleh banyak penonton setia. Sebagian orang karena kejahilan tentang agama menilai hal itu sebagai karomah padahal hal itu adalah sihir dan penipuan yang amat nyata.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam kitab Bughyatul Murtab menulis bahwa, “ Fitnah Dajjal itu tidaklah terbatas pada orang-orang yang hidup di zamannya saja, bahkan fitnah Dajjal yang sesungguhnya adalah setiap kebatilan dan penyimpangan terhadap syari’at yang dibarengi dengan keluarbiasaan."

"Barangsiapa percaya dengan kesesatan yang memiliki kedigdayaan tersebut," katak Ibnu Taimiyah, "Maka dia terkena fitnah Dajjal. Fitnah jenis ini banyak sekali pada setiap waktu dan tempat. Namun, fitnah Dajjal yang diberitakan Nabi SAW dalam banyak hadisnya adalah fitnah yang paling dahsyat.”

Abu Ubaidah Yusuf mengakui, antara karomah dan sihir ada kemiripan dari sisi sama-sama keluarbiasaan dan kedigdayaan. Namun, harus diingat bahwa kedigdayaan dan keluarbiasaan yang muncul pada seseorang tidak mesti menunjukkan kebaikan. Akan tetapi, kebaikan seseorang harus diukur dengan barometer syari’at.

Tidakkah engkau lihat bahwa Dajjal juga memiliki keluarbiasaan, tetapi apakah hal itu menunjukkan dia shalih dan baik?!! Jadi, dalam hal ini harus dibedakan antara karomah dan istidraj.

Karomah adalah ke luarbiasaan yang Allah SWT anugerahkan kepada hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa. Adapun kedigdayaan yang muncul dari orang yang menyimpang, penyihir, dan para Dajjal, maka hal itu disebut istidraj dan tipu daya Iblis.

Imam Syafi’i v telah menyingkap kedok mereka: Ibnu Abi Hatim berkata: Menceritakan kepada kami Yunus: Aku berkata kepada Syafi’i: Kawan kita Laits mengatakan, “Seandainya saya melihat pengekor hawa nafsu berjalan di atas air, saya tidak akan menerimanya.”

Syafi’i berkata, “Dia masih kurang, seandainya saya melihatnya dapat berjalan di udara, saya tidak akan menerimanya.” (Siyar A’lam Nubala‘ 3/3282 oleh adz-Dzahabi)

Alangkah indahnya ucapan seorang penyair:

Bila engkau lihat seorang dapat terbang
Dan berjalan di atas lautan
Padahal dia tidak menaati undang-undang syari’at

Maka ketahuilah bahwa dia adalah ahli bid’ah yang dimanjakan. Jadi, sehebat apa pun kejadian luar biasa yang dipertontonkan para dukun tidak bisa dikatakan sebagai karomah dan pelakunya tidak bisa dikatakan sebagai wali Allah, sebab banyak perbedaan antara sihir dan perdukunan dengan karomah:

1. Sihir dan perdukunan terjadi dengan bantuan setan, sedangkan karomah biasanya adalah kebetulan.

2. Sihir dan perdukunan itu dilakukan orang fasik, sedangkan karomah dari orang shalih yang konsisten dalam beragama.

3. Sihir dan perdukunan melakukan pelanggaran-pelanggaran syari’at berupa kekufuran dan kejahatan, sedangkan karomah tidak mungkin demikian. (Lihat Fathul Bari 10/223 oleh Ibnu Hajar, al-Furqan Baina Auliya‘ ar-Rahman wa Auliya‘ asy-Syaithan hlm. 61–64 oleh Ibnu Taimiyyah, Karamatul Auliya‘, Dirasah Aqadiyyah hlm. 237–245 oleh Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-’Anqari).
(mhy) Miftah H. Yusufpati

No comments: