Nabi Dawud Kepincut Isri Orang, Lalu Membunuh Suaminya dengan Cara Begini

Nabi Dawud Kepincut Isri Orang, Lalu Membunuh Suaminya dengan Cara Begini
Ilustrasi/Ist
Pengetahuan tentang kisah memang asyik lagi menarik. Tetapi sayang, pengetahuan yang mulia ini telah ternodai oleh goresan tangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dengan memutarbalikkan fakta sejarah yang sebenarnya, lalu menebarkan kisah kisah yang tidak shahih .

Ironisnya, justru kisah-kisah itulah yang banyak beredar, laris manis, dan banyak dikomsumsi masyarakat, padahal kebanyakan kisah-kisah tersebut banyak yang mengandung kerusakan aqidah , celaan kepada para Nabi dan ulama serta dampak negatif lainnya.

"Maka hendaknya bagi kita untuk berhati-hati dan mengoreksi terlebih dahulu tentang keshahihan kisah sebelum kita menyampaikannya," urai Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi dalam bukunya yang berjudul " Waspada Terhadap Kisah-kisah tak Nyata "

Selanjutnya, ia menunjuk kisah yang sudah banyak beredar padahal diragukan kebenarannya. Salah satunya dalah kisah tentang Nabi Dawud.
Kisahnya
Nabi Dawud melihat seorang perempuan bernama Areya. Dia-pun jatuh hati karena keelokannya. Namun sayangnya, wanita tersebut telah bersuami, maka sebagai panglima perang Nabi Dawud memerintahkan kepada suami Areya untuk ikut perang sehingga dia terbunuh. Setelah suaminya terbunuh, maka Nabi Dawud-pun menikahi wanita tersebut.

Menurut Abu Ubaidah Yusuf, kisah ini sangat masyhur sekali dalam kitab-kitab kisah Nabi dan tafsir. Diriwayatkan oleh al-Hakiim at-Tirmidzi dalam Nawadirul Ushul sebagaimana dalam Tafsir al-Qurthubi 15/167 dan Ibnu Abi Hatim dari jalur Yazid ar-Roqqosyi dari Anas bin Malik.

Abu Ubaidah memasukkan kisah ini batil. As-Suyuthi berkata: “Kisah ini diriwayatkan Ibnu Abi Hatim dari hadis Anas secara marfu’. Namun dalam sanadnya terdapat Ibnu Lahi’ah yang keadaannya telah dimaklumi bersama, dan juga Yazid ar-Roqosyi, dia seorang yang lemah. (Lihat Al-Iklil fi Istinbat Tanzil, hlm. 221.)

Al-Hafizh Ibnu Katsir mengatakan para ahli tafsir menyebutkan tentang ayat ini sebuah kisah yang kebanyakannya diambil dari israiliyyat, tidak shahih dari Nabi tentangnya suatu hadis yang bisa diikuti.

Namun Ibnu Abi Hatim meriwayatkan di sini suatu hadis yang tidak shahih sanadnya, karena diriwayatkan dari Yazid ar Roqosyi dari Anas, sedangkan Yazid sekalipun dia termasuk orang shalih tetapi dia adalah lemah menurut para imam ahli hadits”. (Tafsir Al-Qur’anil Azhim 4/34)

Tinjauan Matan Kisah
Matan kisah ini juga bathil sebagaimana tampak jelas bagi orang yang berakal.

Ibnul Arabi mengatakan kisah ini jelas sekali bathil, karena Dawud tidak mungkin menumpahkan darah orang lain untuk kepuasan hawa nafsunya. (Tafsir Al-Qurthubi 15/176)

Abu Hayyan berkata: “Allah menjadikan Nabi Dawud sebagai khalifah di muka bumi, hal ini menunjukkan tentang tingginya kedudukan beliau dan terpilihnya beliau, sekaligus membantah orang yang menisbatkan kepada beliau kisah yang tidak pantas dengan kenabian”.

Imam Ibnu Hazm membongkar kisah ini secara tajam dalam kitabnya Al-Fishal, bahkan beliau mensifati para pembuat kisah ini sebagai “pendusta yang berpedoman dengan khurafat Yahudi”.

Beliau berkata: “Demi Allah, semua orang pasti tidak ingin untuk mencintai istri tetangganya dan berencana untuk membunuh suaminya agar bisa menikahi istrinya tersebut dan meninggalakan salat karena melihat burung. Semua ini adalah perbuatan orang-orang bodoh, bukan orang yang baik."

"Lantas bagaimana dengan Rasulullah yang mendapatkan wahyu kitab?! Allah membersihkan beliau untuk terlintas dalam benaknya hasrat keji ini, apalagi melakukannya!”.

Syaikh al-Albani berkata: “Kisah tentang terfitnahnya Nabi Dawud karena dia melihat istri prajuritnya (Areya) sangat masyhur dan tersebar dalam kisah para Nabi dan sebagian kitab tafsir."

"Seorang muslim yang berakal tidak akan meragukan tentang bathilnya kisah ini, karena dalam kisah tersebut terdapat hal-hal yang tidak pantas dengan kedudukan para Nabi, seperti beliau berusaha untuk membunuh suaminya agar dia menikahi istrinya setelah kematiannya," lanjutnya.

"Kisah ini juga diriwayatkan secara ringkas dari Nabi, maka harus disebutkan di sini dan diperingatkan,” ujarnya lagi.

Setelah menyebutkan hadis, beliau berkata: “Nampaknya, kisah ini adalah israiliyyat yang dinukil oleh ahli kitab yang tidak meyakini kema’shuman para Nabi”. (Silsilah Ahadits adh-Dha’ifah: 313, 314).

Alangkah bagusnya ucapan al-Biqa’i dalam Tafsirnya 5/434: “Kisah tersebut dan yang semisalnya adalah kedustaan orang-orang Yahudi”. Lanjutnya: “Sebagian orang Yahudi yang telah masuk Islam pernah bercerita padaku bahwa mereka sengaja membuat cerita tersebut karena Isa termasuk keturunan beliau (Dawud) agar mereka mendapatkan celah untuk mencelanya”.

Para ulama telah ramai-ramai menjelaskan kebathilan kisah ini. Lihatlah dalam Tafsir al-Alusi 19/159, Faidhul Bari ‘ala Shahih Bukhari 4/38-39, al-Israiliyyat wal Maudhu’at Abu Syuhbah hlm. 369, al-Israil iyyat fi Tafsir wal Hadits Muhammad Husain adz-Dzahabi 130, 139, 148 dan lain-lain.

(mhy) Miftah H. Yusufpati

No comments: