Zionis Dibelakang Upaya Ciptakan Pemerintahan Tunggal Dunia
Oleh elit dunia, Amerika Serikat dipaksa untuk menyetujui pendiriannya. Presiden Woodrow Wilson akhirnya pasrah dengan menghendaki agar Amerika Serikat meratifikasi perjanjian tersebut tanpa diskusi, perubahan, maupun modifikasi, dalam bentuk apapun.
Agen-agen Rothschild di Amerika menilai bahwa rakyat Amerika telah siap untuk menerima isi perjanjian rahasia yang disusun pada tahun 1915 ini. Dan penerimaan warga Amerika terhadap isi perjanjian ini memang sangat diharapkan oleh keluarga Rothschild.
Perjanjian ini “wajib mereka terima,” dan jika kenyataannya tidak demikian, hal ini pastilah akan menimbulkan permasalahan baru bagi Rothschild.
Pada tanggal 22 September 1919 Profesor I. Shotwell, seorang Fabianist Amerika, meminta agar Senat meratifikasi perjanjian ini. Desakan yang sama juga dikemukakan oleh Charles McParland, Sekretaris Jenderal Dewan Gereja Dunia.
Saya menyebutkan fakta ini untuk memberikan gambaran kepada Anda mengenai betapa berjayanya International Socialism di Amerika Serikat.
Zionisme adalah landasan dasar organisasi tersebut. Terkait dengan gerakan kaum Zionis di Amerika, Walter Laqueur dalam bukunya History of Zionism mengisahkan :
Pada tahun 1917 organisasi Zionis mulai berdiri di Amerika Serikat… Setelah sebelumnya gerakan ini menunjukkan pengaruhnya di Eropa Timur… kini gerakan ini mulai menunjukkan taringnya di Amerika. Lokasi benua Eropa memang sangat jauh dari Amerika dan keadaan kaum Yahudi yang ada di Amerika pun sama sekali luput dari perhatian publik. Gerakan ini tampaknya berakar dari “Bagian Timur” dunia.
Pada awalnya penggagas gerakan ini tidak memiliki cukup uang, prestise, dan pengaruh politik. Pemimpin gerakan ini pada mulanya hanyalah orang-orang Yahudi keturunan seperti Rabbi Stephen Wise… Perubahan besar terjadi pada awal masa peperangan Eropa, yaitu pada saat Brandeis diangkat sebagai pemimpin gerakan ini. Brandeis adalah salah satu pengacara Amerika Serikat yang paling disegani, di kemudian hari ia akan memegang jabatan sebagai Hakim Mahkamah Agung Amerika Serikat. Ia dipilih setelah berhasil mengalahkan Jacob de Haas, seorang Yahudi Inggris yang masih memiliki hubungan kekebaratan dengan Herzl, yang bermukin di Amerika Serikat pada tahun 1901.
Brandeis, menurut para pemimpin zionis lainnya, adalah sosok yang asing terhadap gaya hidup kaum Yahudi, ia sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi Yahudi. Namun begitu ia bergabung dengan organisasi Zionis tersebut, ia bersedia untuk mendedikasikan seluruh waktu dan energinya bagi perkembangan energi tersebut. Ia menjabat sebagai ketua gerakan ini sejak tahun 1914 hingga masa ia terpilih menjadi hakim di Mahkamah Agung. Berkat jerih payah Louis Brandeis lah akhirnya gerakan ini mampu berubah menjadi sebuah gerakan politik. Sejak masa kepemimpinannya, kaum Zionis mulai mendapatkan pengakuan.
Ada beberapa pernyataan penting yang dapat disarikan dari buku karangan Laqueur:
Zionisme pada awalnya bukanlah gerakan yang didukung oleh warga negara Amerika Serikat keturunan Yahudi.
Warga negara Amerika Serikat keturunan Yahudi pada mulanya tak peduli akan peperangan yang terjadi di Eropa.
Brandeis bukanlah seorang pemeluk agama Yahudi yang taat.
Gerakan Zionis sebelum Brandeis hanyalah sebuah gerakan Sosialis East Side Bolshevik yang tidak memasukkan unsur keagamaan. Ketika kita menyebutkan kata Yahudi Zionis, konteksnya akan mirip dengan kata “Kristen Rusia.”
Sebagian besar warga Amerika Serikat keturunan Yaudi pada awalnya tidak tertarik untuk berimigrasi ke Israel sampai Brandeis memikat mereka dengan propagandanya. Sebenarnya mereka tidak pernah menganggap Palestina sebagai “tanah air” mereka, sebab mereka percaya bahwa Negara Yahudi tidak akan terbentuk kecuali ketika Sang Juru Selamat telah kembali.
Dengan pandangan objektif dan itikad baik saya terhadap bangsa Yahudi, saya menelusuri ribuan halaman yang menuliskan tentang kisah hidup Brandeis. Hasil penelusuran saya mengungkapkan bahwa Brandeis sama sekali tidak pernah berubah menjadi sosok yang relijius. Satu-satunya hal yang berhasil saya temukan adalah De Haas telah mengubah sosok Brandeis menjadi seorang Zionis sejati.
Dan Zionisme adalah sebuah gerakan politk, bukan agama. Dan sejak saat itu Brandeis menjelma menjadi pengikut yang jauh lebih fanatik dibandingkan St. Paul dan agama Kristen yang dipeluknya. Brandeis pun akhirnya duduk sebagai presiden sementara the World Federation of Zionist, sebuah organisasi politik non keagamaan dan non-Yahudi.
Mungkin peristiwa paling bersejarah yang pernah diikuti oleh keluarga Rothschild adalah “Deklarasi Balfour,” sebuah tonggak yang menandai berdirinya Negara Israel di tanah Palestina, yang telah menjadi harapan kaum Zionis selama bertahun-tahun, Namun hingga tahun 1914 tak ada kemajuan apapun yang diraih oleh kaum Zionis.
Mereka tak pernah berhasil mendirikan negara Israel di tanah Palestina, sebagaimana yang nyaris diwujudkan oleh Herzl pada tahun 1897. Menurut the Congressional Records dan dokumen-dokumen yang tersimpan di Museum Inggris serta buku the War Memoirs yang ditulis oleh Robert Lansing, sang Duta Besar Amerika Serikat untuk London, dan tulisan Ramsey McDonald, Perang Dunia I adalah telah memberikan kesempatan emas kepada Herzl untuk mewujudkan pendirian negara Zionis di Palestina.
Lansing mendorong Amerika Serikat untuk melibatkan diri dalam PD I pada tahun 1915 dan atas instruksi Rothschild ia mengajak Presiden Wilson untuk bergabung mewujudkan mimpinya. Tekanan yang diberikannya kepada Wilson sangatlah hebat hingga mampu membuat Amerika Serikat ambil bagian dalam peperangan di Eropa tanpa menghiraukan pendapat 87 persen rakyat Amerika Serikat yang tidak sependapat dengan keputusan tersebut.
Kesan yang diberikan oleh kebanyakan ahli sejarah adalah sebagian besar warga Yahudi memiliki keinginan untuk mendirikan “Kampung Halaman Warga Yahudi” di Palestina. Setelah melakukan riset secara seksama saya berhasil menyimpulkan pernyataan ini tak lebih dari sekedar propaganda. Sebab sebagian besar kaum Yahudi relijius yang tinggal di Rusia dan Inggris justru beranggapan bahwa kampung halaman bangsa Yahudi tidak akan pernah didirikan hingga hari kedatangan Sang Juru Selamat.
Untuk mematahkan pendapat kaum Yahudi relijius ini Weisman berpidato di London pada tanggal 20 Mei 1917. Dalam pidatonya ia menyebutkan bahwa pemerintah Inggris mendukung rencana yang akan dilancarkan oleh kaum Zionis terhadap Palestina.
Tentu saja ia tak punya kapasitas untuk membuat pernyataan semacam itu. Namun ia percaya pengaruh dan prestise yang dimiliki oleh Lord Rothschild pasti akan membantunya untuk melancarkan ambisinya. Warga Yahudi relijius non-Zionis yang dipimpin oleh Claude Montefiore sangat kecewa mendengar pernyataan tersebut, terlebih lagi saat Weizman menyebutkan bahwa warga Yahudi relijius hanyalah sebuah “kaum minoritas”.
Menurut buku A History of Zionism, selembar surat yang ditandatangani oleh Montefiore dan David Alexander, ketua the British Broad of Deputies, telah dikirimkan kepada surat kabar the London Times. Surat kabar ini kemudian memuat surat tersebut pada tanggal 24 Mei 1917 dengan judul Palestine and Zionism, View of Anglo-Jewry:
Mereka menekankan bahwa mereka memprotes keras teori kaum Zionis mengenai sebuah bangsa tanpa teritori, sebab mereka memiliki keyakinan jika kaum Zionis tetap melancarkan aksinya maka seluruh warga Yahudi akan dicap sebagai kaum yang anarkis; dan isu ini akan melibatkan agama.
Para penandatangan surat tersebut juga menyatakan bahwa mereka tidak setuju jika bangsa Yahudi yang bermukim di Palestina diberi hak politik dan ekonomi khusus sebab hal tersebut bertentangan dengan prinsip kesamaan derajat bagi seluruh umat manusia. Pemberian hak khusus ini dikhawatirkan hanya akan memicu konflik antara warga Yahudi di Palestina dengan warga negara Palestina yang berasal dari ras yang berbeda.
Prediksi dan kata-kata yang disampaikan oleh warga Yahudi non-Zionis tersebut dapat dibuktikan pada saat ini, berbagai peristiwa mengenaskan dan huru-hara terus terjadi di Palestina. Beberapa tahun kemudian pendapat mereka disuarakan kembali oleh sebuah organisasi Yahudi relijius, Friends of Jerusalem (Naturei Karta). Dalam sebuah iklan yang memenuhi 12 lembar halaman New York Times mereka menyerukan bahwa negara Israel adalah negara yang tidak punya legitimasi. Negara ini didirikan melalui sebuah pengingkaran terhadap ajaran Yahudi dan Taurat, serta merupakan sebuah penghinaan bagi kaum Yahudi Ortodoks.[em]
Referensi: Rotschild Dynasti (DR. John Coleman, Change Publication)
No comments:
Post a Comment