6 Penyakit yang Ditimbulkan Karena Pujian Menurut Imam Al Ghazali

6 Penyakit yang Ditimbulkan Karena Pujian Menurut Imam Al Ghazali
Pujian seseorang kepada orang lain biasanya disampaikan dengan kata-kata manis. Ada yang ikhlas, ada pula dicampuri dengan pamrih tertentu. Pamrih inilah, umumnya berkonotasi negatif, yang sesungguhnya yang amat berbahaya. Foto ilustrasi/ist

Fitrah manusia adalah senang dengan segala sesuatu yang bersifat pujian . Memuji atau dipuji ini, ternyata memiliki bahaya dibaliknya, yakni bisa menimbulkan penyakit. Penyakit apa itu?

Pujian seseorang kepada orang lain biasanya disampaikan dengan kata-kata manis . Ada yang betul-betul ikhlas memberikannya karena seseorang itu layak dipuji, namun ada pula dicampuri dengan pamrih tertentu. Pamrih inilah, umumnya berkonotasi negatif , yang sesungguhnya yang amat berbahaya.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pada dasarnya sangat melarang umatnya untuk memuji orang lain, terlebih di hadapan orang tersebut secara langsung. Perbuatan memuji orang lain berdampak mencelakakan saudaranya sendiri.

“Dari Abu Bakar, ia menceritakan bahwa ada seorang pria yang disebutkan di hadapan Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam, lalu seorang hadirin memuji orang tersebut. Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam lalu bersabda, “Celaka engkau, engkau telah memotong leher temanmu (berulang kali beliau mengucapkan perkataan itu). Jika salah seorang di antara kalian terpaksa/harus memuji, maka ucapkanlah, ”’Saya kira si fulan demikian kondisinya.” -Jika dia menganggapnya demikian-. Adapun yang mengetahui kondisi sebenarnya adalah Allah dan janganlah mensucikan seorang di hadapan Allah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Lantas penyakit apa yang ditimbulkan dari bahaya pujian ini? Menurut Imam Ghazali, pujian itu bisa mendatangkan enam penyakit : empat kepada pemujinya, dan dua kepada yang dipuji.

1. Bahaya bagi yang memberi pujian

- Orang yang memberi pujian cenderung berlebihan dalam memuji, hingga berbohong. Apalagi jika ada maunya.
- Sering terjadi, orang yang memuji tidak tahu betul tentang orang orang yang dipujinya sehingga timbul pujian pujian semu.
- Orang yang memuji belum tentu menyenangi orang yang dipujinya. Dia hanya menunjukkan senang sesaat dan ada maksud atau harapan tertentu. Akibatnya bisa jatuh pada kemunafikan.
- Bisa jadi yang dipuji itu sebenarnya adalah orang zalim atau orang fasik dan ini dilarang. Sebab jika orang zhalim atau orang fasik dipuji maka yang memuji telah ikut mendorongnya untuk meneruskan kezhaliman dan kefasikannya.

2. Bahaya bagi yang menerima pujian

- Bisa mendatangkan ujub dan sombong bagi yang dipuji.
Ujub dan sombong adalah dua penyakit hati yang berbahaya. Salah satu pemicu penyakit ujub dan sombong ini salah satunya pujian yang tidak disikapi secara baik. Seseorang yang memiliki dua jenis penyakit ini maka pada gilirannya akan sulit menerima kebenaran dan akhirnya meremehkan orang lain.

- Bisa menimbulkan sikap lemah.
Seseorang yang dipuji umumnya akan berbesar hati dan merasa sudah lebih dari orang lain. Akibatnya bisa melemahkan semangatnya untuk memperbaiki diri. Padahal yang dipujikan kepadanya belum tentu benar semua.
Doa Ketika Mendapat Pujian

Karena itu, ketika kita dipuji atau mendapat pujian, hendaknya langsung berdoa. Seperti yang selalu dilakukan Abu Bakr Ash Shidiq tatkala beliau dipuji oleh orang lain. Doa yang selalu dipanjatkan Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu, yakni :
.
اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ

Allahumma anta a’lamu minni bi nafsiy, wa anaa a’lamu bi nafsii minhum. Allahummaj ‘alniy khoirom mimmaa yazhunnuun, wagh-firliy maa laa ya’lamuun, wa laa tu-akhidzniy bimaa yaquuluun.

[Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka] ( Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman)

Jadi, jika kita sedang melakukan suatu amalan maka hendaklah kita tidak bercita-cita ingin mendapatkan pujian makhluk. Cukuplah Allah Ta'ala saja yang memuji amalan kebajikan kita. Dan seharusnya yang dicari adalah ridho Allah, bukan komentar dan pujian manusia.

Wallahu A'lam
(wid) Widaningsih

No comments: