Masjid Tertua di Bumi Majapahit, Tempat Para Kiai Menyusun Strategi Melawan Penjajah
Masjid Darussalam , merupakan salah satu masjid tertua di Bumi Majapahit. Masjid yang berdiri di Jalan Raya Gemekan, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto
, Jawa Timur itu dibangun pada era penjajahan kolonial Belanda tahun 1893.
Masjid berusia 128 tahun ini pertama kali dibangun oleh Bupati Mojokerto pertama Kromodjojo Adinegoro III. Hal itu sesuai dengan prasasti pembangunan yang terpasang di dalam masjid. Meski telah usang, namun hingga kini prasasti masih terus melekat di dinding masjid.
Konon, bupati yang memiliki nama kecil Raden Ersadan itu memang terkenal dengan kebijaksanaannya. Selain itu ia juga disebut-sebut seorang pribadi yang religius. Dalam prasasti itu disebutkan, peletakan batu pertama dilakukan sang bupati tanggal 15 Januari tahun 1893.
"Masjid ini memang dibangun oleh Bupati Mojokerto pertama, Kromodjojo Adinegoro III. Pembangunannya menggunakan uang pribadi beliau, ceritanya seperti itu," kata Takmir Masjid Darussalam, H Mansyur Thohir, Kamis (22/4/2021).
Tak hanya sebagai tempat ibadah, Masjid Darussalam merupakan saksi bisu perjuangan para panji-panji Islam saat melawan penjajah. Di tempat ini, dulu acap kali digunakan untuk berkumpul para kiai untuk mengatur strategi melawan penjajah Belanda. Baik sebelum perang kemerdekaan maupun sesudahnya.
"Dulunya di sini juga sebagai kantor KUA (Kantor Urusan Agama) juga. Disebelah masjid itu ada gedungnya dulu," imbuh Mansyur sembari menunjukan kondisi dalam Dasjid Darussalam yang kini difungsikan sebagai tempat belajar mengaji anak-anak.
Mansyur mengungkapkan, bangunan Masjid Darussalam ini sudah dua kali mengalami renovasi. Pertama ditahun 1990. Renovasi menyentuh pintu, lantai, teras masjid dan ruangan jemaah putri. Awal pembangunan, pintu menggunakan kayu model persegi panjang dengan dua daun.
Lima pintu itu terletak di depan tiga unit, sementara dua lainnya terletak di samping kanan dan kiri sebagai akses jemaah menuju ke tempat wudlu. Sementara teras masjid dulunya hanya selebar 2 meter, kemudian diperluas. Sementara untuk bagian yang lain dibiarkan seperti apa adanya.
"Tapi sekarang sudah tidak difungsikan untuk bangunan yang lama. Karena sekarang sudah dipindah ke bangunan baru yang di depan itu. Bangunan ini hanya digunakan untuk kegiatan TPQ saja," jelas Mansyur.
Meski sudah tidak difungsikan lagi, namun kekokohan bangunan Masjid Darussalam masih begitu sempurna. Empat pilar utama yang terbuat dari batang pohon jati utuh masih kuat menopang bangunan utama masjid dan joglo tempat azan. Ditambah lagi mimbar khotbah, serta tempat azan di lantai dua, yang masih terlihat baik.
Begitu pula dengan tempat wudhu di sisi selatan masjid berbentuk segi enam dengan bak air berbentuk segi delapan, sampai saat ini juga masih terawat. Meskipun tempat wudlu tersebut juga sudah tidak difungsikan lagi. Karena semua aktivitas ibadah sudah beralih ke bangunan masjid yang baru, sekitar 15 meter di depan bangunan lama.
"Rencananya memang akan dibongkar semua nantinya. Namun ada sebagian yang akan tetap ditinggalkan. Termasuk bangunan soko guru ini nantinya akan dibuat sebagai gapura masuk, sehingga tidak menghilangkan nilai sejarahnya," ujar Mansyur.
(shf)
Tritus Julan
No comments:
Post a Comment