Jumlah Orang Yahudi Semakin Banyak di Negara Muslim?

Sejumlah negara Islam di Timur Tengah membuka pintunya untuk Yahudi. Ilustrasi Yahudi

Sejumlah negara Islam di Timur Tengah membuka pintunya untuk Yahudi. Ilustrasi Yahudi

Foto: Reuters/Ronen Zvulun
Sejumlah negara Islam di Timur Tengah membuka pintunya untuk Yahudi
Seorang Rabi Yahudi sekaligus Presiden dari Foundation for Ethnic Understanding Marc Schneier menjelaskan, saat ini ada 100 ribu orang Yahudi tinggal di negara-negara Muslim. Mereka tersebar di 14 negara di tiga benua. angka yang jauh dari ratusan ribu orang Yahudi yang sebelumnya tumbuh subur di negara-negara Afrika, Asia, dan Eropa di mana Islam dominan. 

Schneier yang juga penulis buku bersama Imam Shamsi Ali di 'Sons of Abraham: A Candid Conversation About the Issues That Divide and Unite Yahudi and Muslim' ini terkejut perkembangan orang Yahudi di negara Muslim. Hal ini adanya harmoni antardua umat. 

“Kebangkitan Yahudi di dunia Muslim ini benar-benar luar biasa.  Ketika saya meluncurkan kampanye Foundation for Ethnic Understanding untuk membangun hubungan Muslim-Yahudi 15 tahun yang lalu, salah satu tujuan saya adalah untuk mendorong kembalinya komunitas Yahudi yang hidup dalam damai dan harmoni di negara-negara Muslim,” kata dia dilansir dari The National News, Senin (3/5). 

“Orang Yahudi sering kali menanggapi dengan tidak percaya pada gagasan tersebut, melihat potensi untuk hidup berdampingan dibayangi konflik pahit abad ke-20. Tapi apa yang kita lihat hari ini di Uni Emirat Arab (UEA), misalnya, menunjukkan bahwa era baru sudah dekat,” ujar dia.

  Menurutnya, orang-orang Yahudi saat ini dapat dengan bangga berkontribusi pada kehidupan Emirat.  Pemerintah Uni Emirat Arab juga secara resmi telah meresmikan sinagoga di Abu Dhabi dan Dubai. Restoran kosher juga telah dibuka, dan puluhan ribu turis Israel juga disambut.

Uni Emirat Arab disebutnya memang menjadi yang paling banyak dalam menyerukan semangat toleransi baru ini, tetapi UEA tidak sendirian.  Bulan lalu, sebuah upacara merayakan perbaikan dan pembukaan kembali sinagoga berusia seabad di Manama, Bahrain dilakukan.  

Pejabat Maroko menghadiri acara penerangan Menorah Hanukkah pada Desember, dan pemerintah yang baru-baru ini menjalin kembali hubungan diplomatik dengan Israel telah mengintegrasikan sejarah komunitas Yahudi Maroko ke dalam kurikulum sekolah umum.

Di Mesir, Kementerian Pendidikan menyetujui mata pelajaran baru di sekolah umum yang berpusat pada "nilai-nilai umum" dalam tiga agama Ibrahim yaitu Islam, Yudaisme, dan Kristen.  Keputusan ini akan memberi siswa Mesir kesempatan pertama mereka untuk mempelajari ayat-ayat dari Taurat dan belajar tentang budaya Yahudi.  Dan di Azerbaijan, negara Islam dengan komunitas Yahudi terbesar, infrastruktur sinagog dan institusi komunitas Yahudi berkembang secara signifikan. 

Turki juga telah mengambil langkah-langkah penting.  Meskipun mengalami hubungan yang sulit dengan Amerika Serikat dan Israel dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Turki telah membangun kembali lima sinagog bersejarah dalam setengah dekade terakhir. Pemerintah juga telah memberlakukan undang-undang yang memungkinkan pekerja sektor publik dan swasta untuk mengambil libur Yahudi tanpa dampak. 

Schneier menjelaskan, satu pesan datang dengan lantang dan jelas dalam semua aktivitas ini, negara-negara Islam ingin memelihara dan menumbuhkan komunitas Yahudi mereka.  Tapi yang juga menggembirakan adalah bagaimana komunitas Yahudi di negara-negara ini menjalin persahabatan dengan sesama warga Muslim.  

Perbaikan dalam interaksi Muslim-Yahudi ini terjadi pada saat Uni Emirat, Bahrain, Maroko, dan Sudan menjalin hubungan baru dengan Israel.  Tetapi pemulihan hubungan agama berjalan lebih dalam dari pada politik, seperti yang ditandai oleh komunitas yang telah bergerak lebih dekat satu sama lain di tempat lain.  Pada akhirnya, apa yang kita lihat pada tingkat pribadi adalah hasil dari kesepakatan Muslim-Yahudi yang lebih banyak daripada diplomasi Arab-Israel. 

“Dalam realitas baru ini, Muslim dan Yahudi menjadi mitra dan teman tepercaya, menurunkan permusuhan lama antara Israel dan dunia Islam dan Arab menjadi anakronisme.  Transformasi ini seharusnya menawarkan harapan untuk rekonsiliasi antara Israel dan Palestina,” sebutnya.    

Sumber: thenationalnews 

No comments: