Nagarakretagama Sembunyikan Islam? Gajah Mada Muslim?

Kompleks Makam Troloyo di Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan. Ini merupakan kompleks makam Islam pada era Majapahit.

Kompleks Makam Troloyo di Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan. Ini merupakan kompleks makam Islam pada era Majapahit.

Foto: troppen museum
Nagarakretagama Sembunyikan Islam di Majapahit?
Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika.
Nagarakretagama berbohong soal Islam? Pernyataan dari pengamat politik-keagamaan, Fachry Ali, pada malam akhir pekan lalu menyentak kesadaran. Bayangkan, tanpa angin, hujan, atau guntur menggelegar, di tengah khusyuk 'ngaji sejarah' soal Islam di Jawa, Fachry menyampaikan soal ini.

''Saya hanya mengutip guru saya Profesor Merle Calvin (MC) Ricklefs. Kala kuliah di Monash University Australia dahulu, dia mengatakan begitu. Apa sebabnya? Ya, karena Ricklefs menganggap Kakawin (Kumpulan Puisi Jawa kuna) Nagarakretagama berbohong karena menyembunyikan kenyataan bahwa Islam sebenarnya sudah eksis di Majapahit,'' kata Fachry.

Tak hanya itu, Fachry kemudian melanjutkan pernyataannya dengan penyesalannya terlambat mengenal sosok dan pemikiran Ricklefs yang beberapa waktu lalu baru meninggal dunia. ''Saya juga katakan kepada guru saya soal penyesalan itu. Kalau saya terlambat mengenal pemikiran Ricklefs. Saya  terlebih dahulu kenal pemikiran lain, seperti Clifford Geertz --Soal Trikotomi Santri, Priyayi, Abangan. Akibatnya, saya sempat berpikir kurang utuh soal Islam di Jawa. Tapi, sudahlah karena telanjur, dan saya bersyukur punya guru masyhur, yakni MC Ricklefs,'' ujarnya lagi.

                         ****

Memang  dilihat dari kamus populer yang bisa terus diperbarui pad zaman milenial. 'Wikipedia' di sana tertulis: Kakawin Nagarakretagama itu menguraikan keadaan di Keraton Majapahit dalam masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk (bertakhta 1350-1389 M) sebagai raja agung di tanah Jawa dan juga Nusantara. Pada masa dia inilah disebut sebagai masa puncak Kerajaan Majapahit. Naskah kakawin ini terdiri atas 98 pupuh, dibagi dalam dua bagian, yang masing-masing terdiri atas 49 pupuh.

Bagi bangsa Indonesia, Nagarakretagama yang menurut penulisnya, Empu Prapanca, menyebut ciptaannya sebagai 'Deçawarnana', sangat penting artinya. Melalui kitab puisi Jawa kuna ini idealita kebesaran Majapahit --dan kemudian oleh Sukarno dan M Yamin menjadi idealita Indonesia -- ditanamkan. Dan, ini masuk akal sebab  Nagarakretagama memang berisi puja-puji atas kebesaran Majapahit yang uniknya dalam kitab itu hanya berisi catatan perjalanan Hayam Wuruk ke wilayah seputar Jawa Timur saja, dan ini pun utamanya bertujuan untuk membuat berbagai pekuburan (candi makam) bagi para leluhurnya.

''Memang benar bila ada pernyataan bahwa Prapanca membesar-besarkan Majapahit sebab wilayahnya tak besaryang banyak diidealkan karena dapat dianggap sebesar Jawa Timur saja. Itu masuk akal sebab Majapahit bukan sebuah wilayah kekuasaan ala sebuah kekaisaran (imperium). Majapahit hanya mempunyai pengaruh yang luas. Ini bersesuaian dengan model pengakuan wilayah dalam kekuasaan Jawa yang bukan berdasar pada teritorial (wilayah), melainkan pada penguasaan 'cacah' (jumlah penduduk/tenaga kerja). Kekuasaan Jawa beda dengan Eropa yang punya model kekuasaan berdasar atas penguasaan wilayah dengan batas-batas yang jelas,'' ujar Fachry.

‘’Jadi, Nagarakretagama menggelapkan sejarah Islam karena tidak menyertakan fakta perkembangan Islam di Majapahit. Ricklef menulis ini dalam bukunya yang terbit pada 2006: Mystic Synthesis in Java: A History of Islamization from the Fourteenth to the Early Nineteenth Centuries’. Silakan baca soal ini dalam kaitannya Isam di Jawa dalam buku hasil penelitiannya itu,’’ lanjut Fachry.

Fakta lain soal Nagarakretagama juga diketahui bahwa Kakawin ini ternyata baru kemudian ditemukan dan menjadi kajian pemerintah kolonial setelah ditemukan oleh JLA Barandes, seorang ahli sastra Jawa Belanda. Dia memperoleh naskah ini kala ikut menyerbu istana Raja Lombok pada 1894. Konon, ketika penyerbuan ini dilaksanakan, para tentara KNIL membakar istana dan Brandes menyelamatkan isi perpustakaan raja yang berisikan ratusan naskah lontar. Salah satunya adalah lontar Nagarakretagama tersebut. Naskah ini disimpan di perpustakaan Universitas Leiden Belanda dan beberapa waktu lalu diserahkan untuk disimpan di Perpustakaan Nasional.

                         

                 *****

Nah, terkait soal disembunyikannya Islam di Nagarakretagama dengan kontroversi yang belakangan muncul terkait klaim bila Maha Patih Gajah Mada beragama Islam, Fachry menganggap bisa jadi itu benar atau mungkin saja. Ini berbekal kenyataan bahwa memang banyak bangsawan Majapahit yang sudah menganut agama ini kala itu.

''Bisa saja dan mungkin. Semua pendapat terbuka? Dan, bila Kakawin itu ada di Lombok memang dapat dipahami sebab berada dalam jaringan pemuka agama Hindu yang kala itu meninggalkan Jawa dan tinggal di Bali hingga Lombok,'' kata Fachry menegaskan.

Dan, apakah Nagarakretagama hanya menyembunyikan fakta soal Islam di Majapahit? Bila ditelusuri, ternyata tidak juga. Sebab, peristiwa 'Perang Bubat' pun tidak ditulis oleh Empu Prapanca dalam karyanya ini.

Mengapa? Ini karena peristiwa peperangan di mana laga Bubat memalukan kredibilitas Majapahit karena kalah dalam pertempuran dengan kerajaan Sunda ketika berselisih soal putri Dyahpitaloka. Kala itu Gajah Mada terkena sanksi atas peristiwa kalah perang itu.

Maka itulah, yang kemudian dapat dimengerti bila Kakawin ini memang lebih banyak menulis soal pencitraan kebesaran Hayam Wuruk dan Majapahit meski --sekali lagi -- Empu Prapanca hanya mengisahkan wilayah Majapahit yang hanya sepotong dari 'klaim ideal yang begitu luas' yang benar-benar dikuaasi Hayam Wuruk, yakni sebatas luas wilayah Jawa Timur.

Alhasil, dari Kitab Nagarakretama pun juga dapat diambil pelajaran, bila sejarah memang ditulis oleh pemenang (penguasa). Konsekuensinya: bila pemenang berganti, sejarah juga akan ditulis dan dikaji kembali. Rol

No comments: