5 Jalan Menuju Neraka yang Amat Banyak Diminati

 

Kelak di Hari Kiamat, ada dialog amat menarik antara penghuni surga dengan penghuni neraka. Keduanya terlibat perbincangan amat nyata yang seharusnya menjadi perhatian kaum Muslimin dan umat manusia. Di antara dialog tersebut, para penghuni surga bertanya kepada penghuni neraka, “Amalan apa yang menjadikan sebab bagimu hingga dimasukkan ke dalam neraka?”

Dari sekian banyak dialog tersebut, ada satu fragmen yang amat jelas sebagaimana disebutkan dalam surat al-Mudatstsir [74] ayat 42-47. Dalam rangkaian ayat tersebut, penghuni neraka mengetahui sebab keterjerumusannya hingga menikmati siksa tak terperi.

Tidak Mendirikan Shalat

Para penghuni neraka menjawab pertanyaan penghuni surga dengan mengatakan, “Dahulu, kami tidak termasuk orang-orang yang mendirikan shalat.” (Qs. al-Mudatstsir [74]: 43)

Shalat merupakan bukti utama keimanan seorang hamba. Amalan ini merupakan yang pertama dihisab. Baik dan buruknya shalat amat berpengaruh terhadap baik dan buruknya amalan lain. Shalat juga menjadi pembatas antara iman dan kekafiran.

“Shalat,” tulis Sayyid Quthb dalam Fi Zhilal al-Qur’an saat menafsirkan ayat ini, “merupakan implementasi akidah yang paling penting dan dijadikan sebagai simbol serta petunjuk iman.” Konsekuensinya, siapa yang meninggalkan shalat dihukumi kufur, dan tiada tempat bagi mereka kecuali di dalam neraka.

Uniknya, tidak semua orang yang mendirikan shalat akan dimasukkan ke dalam surga. Sebab shalat mereka tidak berbekas. Padahal, shalat memiliki dua dimensi, shalih individu dan shalih sosial.

Tidak Memberi Makan Orang Miskin

“Dan kami,” lanjut penghuni neraka dalam surat al-Mudatstsir [74] ayat 44, “tidak memberi makan kepada orang miskin.”

Inilah dimensi sosial dari shalat. Orang-orang beriman yang mendirikan shalat dengan benar akan memiliki kepekaan sosial yang amat tinggi. Mereka menjadi yang terdepan dalam amal-amal pelayanan umat. Sebaliknya, siapa yang shalatnya belum tepat, kesibukannya hanya diri sendiri.

Enggan memberi makan kepada orang miskin, padahal mampu melakukannya, menurut Sayyid Quthb, disebabkan oleh sikap sombong di dalam hati mereka. Sikap sombong ini pula yang menjadi sebab hingga ia merendahkan orang-orang yang secara materi berada di bawah kemampuannya. Pada waktu yang bersamaan, mereka merasa lebih baik, lebih beruntung, dan layak mendapatkan kemuliaan dunia, padahal semuanya hanya dititipkan kepadanya.Kisahhimah

No comments: