Hatta dan Cikal Bakal Koperasi
Mohammad Hatta atau Bung Hatta memang bukan pencetus pertama Koperasi di Indonesia. Namun atas sumbangsihnya menggali kembali sistem ekonomi yang cocok untuk Indonesia, hingga sukses dan dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia sampai hari ini.
Bung Hatta sejak lama menaruh perhatian terhadap sistem ekonomi untuk negara Indonesia yang baru berdiri saat itu. Bahkan buah pikirannya terkait koperasi antara lain dituangkannya dalam buku yang berjudul “Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun” pada tahun 1971.
Sebagaimana diketahui, ekonomi bangsa yang menemui keterpurukan di zaman Hindia Belanda setelah kemerdekaan menjadikan Mohammad Hatta semakin gencar membahas mengenai koperasi. Tepat pada tanggal 12 Juli 1951, Ia mengucapkan pidato di radio mengenai Hari Jadi Koperasi.
Dan selang 5 hari kemudian Ia diangkat menjadi Bapak Koperasi Indonesia bertepatan dengan kongres II di Bandung. Selanjutnya ide-ide tentang koperasi disatukan sampai pada akhirnya kongres gerakan koperasi pertama diselenggarakan di Tasikmalaya pada tanggal 12 Juli 1947 dihadiri oleh 500 utusan dari Jawa Sumatera Kalimantan dan Sulawesi.
Bermula dari koperasi anak muda, mulanya mereka menggagas sebuah organisasi sosial dan pendidikan yang bergerak di bidang olahraga, peminjaman buku, dan koperasi. Dinamakan Perkumpulan Banda Muda (Perbamoe). Adalah Hatta, Sutan Sjahrir dan Iwa Kusuma Sumantri, ketiganya menjadi donatur tetap.
Bung Hatta dipercaya mengurus bidang koperasi Perbamoe. Dari sinilah dia mencontohkan model urundaya masyarakat untuk kesejahteraan bersama.
“Kita akan memonopoli semua hasil bumi yang turun dari perahu kemudian didistribusikan pada masyarakat setempat,” kata Bung Hatta.
Bung Hatta dan Pebamoe memiliki cara tersendiri dalam menarik minat masyarakat Banda terhadap koperasi. Bila ada perahu datang, muatannya diambil langsung oleh koperasi Perbamoe untuk dijual kembali ke penduduk. Dengan memotong rentetan jalur distribusi ini, harga asli barang tidak akan berbeda jauh dengan harga jualnya.
Alhasil, penduduk bisa mendapatkan barang dengan harga lebih murah, petani maupun nelayan tidak merugi, dan koperasi tetap memperoleh keuntungan yang cukup untuk kas perkumpulan. Dari kas itulah Perbamoe mendapat modal untuk menyewa rumah lengkap dengan perabotannya untuk sekretariat.
Kas itu pula yang digunakan Bung Hatta, Bung Sjahrir, dan Mr. Iwa untuk membangun perpustakaan yang koleksi bacaannya bisa dinikmati oleh semua orang.
“Koperasi merupakan bentuk usaha yang berdasarkan atas azas kekeluargaan, karena koperasi yang menyatakan kerjasama antara para anggotanya sebagai suatu keluarga dan menimbulkan tanggung jawab bersama sehingga pada koperasi tidak ada majikan dan tidak ada buruh,” kata Bung Hatta seperti dikutip Y. Harsoyo, dkk dalam “Ideologi Koperasi: Menatap Masa Depan”.*
No comments:
Post a Comment