Jasa Imam Al-Ghazali dalam Perang Salib yang Tak Terungkap
Posisi Al-Ghazali dalam Perang Salib menjadi jelas, setelah diterbitkannya Kitab Al-Jihad karya Ali al-Sulami, imam di masjid Ummayyah Damaskus, dan tokoh perumus serta penggerak jihad melawan tentara Salib. Dalam naskah kitab yang diringkas Niall Christie, al- Sulami banyak mengutip ucapan Imam al- Syafii dan Al-Ghazali tentang jihad.
Diantaranya, Al-Ghazali menyatakan, bahwa jihad adalah fardu kifayah. Jika satu kelompok yang berjuang melawan musuh sudah mencukupi, maka mereka dapat berjuang keras melawan musuh.
Al-Sulami tidak menyebutkan sumber kutipan ungkapan Al- Ghazali tersebut. Al-Ghazali juga tidak menuliskan kutipan itu dalam Kitab Ihya’ Ulumiddin. Adalah sangat mungkin bahwa Ali al-Sulami, yang ketika itu menjadi imam di Masjid Umayyad di Damaskus, menghadiri kuliah Al-Ghazali di Masjid tersebut. Dalam Ihya’-nya, Al-Ghazali menjelaskan hampir seluruh aspek kehidupan manusia dalam perspektif Islam.
Ia menulis begitu banyak topik, seperti masalah ilmu, ibadah, etika sosial, hal-hal yang merusak (al-muhlikat), dan juga yang menyelamat kan (al-munjiyat).
Dalam bukunya, Dr Majid Irsan Kailani menjelaskan posisi pemikiran Al-Ghazali dalam perjuangan kaum Muslim untuk merebut kembali Yerusalem. Dengan menganalisis Kitab Ihya’, menurutnya, dapat disimpulkan, buku ini disiapkan Al-Ghazali untuk melakukan reformasi intelektual dan moral kaum Muslim dalam perspektif yang lebih luas dari sekadar masalah Perang Salib ketika itu.
*Naskah cuplikan dari artikel karya Dr Adian Husaini yang tayang di Harian Republika 2011
No comments:
Post a Comment