Kisah Haji Tukang Sepatu dan 600 Jamaah yang Tidak Diterima Ibadahnya

Kisah Haji Tukang Sepatu dan 600 Jamaah yang Tidak Diterima Ibadahnya
ilustrasi ibadah haji. Foto istimewa
Cerita ini penuh dengan hikmah, seseorang yang tidak berhaji namun mendapat pahala ibadah haji . Sebaliknya, mereka yang tengah menjalankan ibadah haji, tetapi tidak diterima amalannya. Bagaimana cerita selengkapnya?

Kisahnya disampaikan Abdullah bin al-Mubarak al-Hanzhali al-Marwazi, seorang ulama ahli hadis terkemuka, asal Khurasan. Selain ulama dia juga adalah seorang pengusaha sukses yang gemar menjalankan ibadah haji dan berjihad di jalan Allah.
Dinukil dari buku "198 Kisah Haji Wali-Wali Allah", karya Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny, dikisahkan, ketika Abdullah bin al-Mubarak akan pergi haji tahun ini, karena tahun berikutnya dia pergi berjihad. "Demikian seterusnya berselang-seling. Itulah kesibukannya selama bertahun-tahun.

Di Makkah, Abdullah bin Al Mubarak juga memulai usaha dagang yang keuntungannya selalu dia bagi-bagikan kepada para muridnya dan fakir miskin di sekitar kota Makkah. Setelah membagi baginya, dia akan menghitung biji kurma yang mereka makan. "Siapa yang paling banyak makan kurma makan diberi hadiah satu dirham olehnya setiap bijinya," katanya.

Pada suatu saat, tibalah waktu musim haji bagi Abdullah bin al-Mubarak rah. Dia berniat menunaikannya, hingga terkumpulan bekal sebesar 500 dinar. Maka diapun berangkat menuju Makkah dan menunaikan haji dengan sebaik mungkin. Setelah selesai menunaikan ibadah haji, Abdullah bin al-Mubarak tertidur dan bermimpi melihat dua malaikat turun dari langit dan kedua malaikat itu berdialog di antara mereka. Abdullah mendengar dengan jelas percakapan malaikat itu.

"Berapa jumlah orang yang menunaikan ibadah haji pada tahun ini?" tanya salah satu malaikat.

Malaikat satunya pun menjawab, "Enam ratus ribu."

Lalu malaikat sebelumnya bertanya kembali, "Berapa yang diterima hajinya?"

"Tidak ada yang diterima," jawab malaikat yang satunya.

Abdullah lantas gemetar dan menangis ketika mendengar percakapan dua malaikat itu. Dalam mimpinya, ulama tersebut berpikir, "Semua orang yang ada di sini telah datang dari berbagai penjuru bumi. Dengan kesulitan yang besar dan keletihan semuanya menjadi sia-sia?"

Tak sampai di situ, ternyata dua malaikat itu melanjutkan percakapan. "Kecuali hanya seorang tukang sepatu di Damaskus yang dipanggil Ali bin Muwaffaq. Dia tidak datang menunaikan ibadah haji, tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni. Bahkan berkat dialah ibadah seluruh jamaah haji ini diterima oleh Allah."

Setelah mendengar percakapan tersebut, Abdullah Ibnu Mubarak langsung terbangun. Dirinya memutuskan untuk berangkat ke Damaskus menemui Ali bin Muwaffaq setelah seselai menunaikan ibadah haji. Sesampainya di Damaskus, Abdullah mencari-cari kediaman Muwaffaq hingga akhirnya berhasil dan tiba didepan rumahnya.

Ia mengucapkan salam sambil lalu mengetuk pintu. Lalu dibukakanlah pintu itu dan Abdullah menceritakan perihal mimpinya. Tak disangka, cerita tersebut langsung saja membuat Muwaffaq menangis hingga jatuh pingsan.

Atas permintaan Abdullah, ketika tersadar Muwaffaq menceritakan perihal hajinya. Dirinya bercerita bahwa selama 40 tahun memiliki keinginan untuk melaksanakan ibadah haji. Maka, dari hasil berjualan sepatu telah terkumpul dana sebesar 350 dirham.

Pada saat itu, istrinya yang tengah mengandung mencium aroma sedap dari masakan tetangganya. Sang istri memohon kepada Muwaffaq agar dapat mencicipi masakan tersebut walau hanya sedikit.

Untuk memenuhi keinginan sang istri, pergilah Muwaffaq ke tetangganya di sebelah rumah. Sesampainya Muwaffaq langsung mengutarakan maksud kedatangan dirinya.

Mendengar hal itu tetangganya justru menangis dan berkata, "Sudah tiga hari ini anakku tidak makan apa-apa. Hari ini aku melihat keledai mati tergeletak dan memotongnya kemudian memasaknya untuk mereka. Ini bukan makanan yang halal bagimu," ujarnya sambil tetap menangis.

Cerita tetangga tersebut membuat hati Muwaffaq sedih dan terharu. Dirinya memutuskan kembali ke rumah dan mengambil tabungan hajinya. Lalu diberikan kepada tetangganya yang sangat membutuhkan.

Muwaffaq berkata, "Belanjakan uang ini untuk anakmu." Dalam hati dirinya berkata, "Inilah hajiku."

"Demikian perjalanan hajiku," pungkas Ali Ibnu Muwaffaq kepada Abdullah bin al Mubarak.

Setelah mendengarkan cerita Muwaffaq, Abdullah berkata. "Malaikat berbicara dengan nyata di dalam mimpiku dan Penguasa Kerajaan surga adalah benar keputusan-Nya" ujar Abdullah bin Mubarak membenarkan mimpinya.

Wallahu A'lam
(wid)< Widaningsih/Sindo

No comments: