Kisah Hasan Al Basri, Cara Islami Oposisi atas Penguasa Zalim

 kisah hasan al basri

ilustrasi (Shutterstock)

Hasan Al Basri adalah tabiin yang alim. Imam Adz Dzahabi menyebutnya sebagai pelopor di bidang hadits dan tafsir. Ia juga ahli fiqih ternama.

“Al Hasan termasuk orang yang paling tahu tentang halal dan haram,” kata Qatadah.

Saat usianya sudah tua, ada fitnah yang terjadi di negeri kaum muslimin. Salah satu penguasa yang menjabat Menteri Pertahanan Bani Umayyah saat itu adalah Hajjaj bin Yusuf Ats Tsaqafi. Ia dikenal sebagai tokoh kontroversial. Dialah yang bertanggung jawab atas kematian ribuan jiwa.

Kezalimannya diakui mayoritas orang. Namun karena takut, banyak orang yang justru memuji dan mendukungnya. Bahkan ada orang yang disebut ulama turut bergabung dalam gerbong kekuasaannya.

Hasan Al Basri berbeda. Bersama sejumlah ulama yang lurus, ia mengambil jalan oposisi. Bagaimana caranya?

Ulama yang dikenal kewara’annya ini melarang kaum muslimin bergabung menjadi pasukan Hajjaj bin Yusuf Ats Tsaqafi. Ia melihat Hajjaj adalah fitnah bagi kaum muslimin. Karenanya ia mengingatkan mereka.

Tidak Memberontak

Hasan Al Basri juga mengingatkan pemerintahan Hajjaj agar kembali ke jalan yang lurus. Berbuat adil dan tidak bertindak zalim. Pendek kata, ia beroposisi dengan amar ma’ruf nahi munkar. Namun ia tetap bersabar tidak mendukung perbuatan makar.

Kezaliman Al Asy’at membuat sebagian orang tidak mampu bersabar. Mereka memberontak dan menyerang Al Hajjaj.

“Wahai Abu Said,” kata mereka saat mendatangi Hasan Al Basri. Mereka tahu ulama itu tidak mendukung penguasa zalim. “Bagaimana pendapatmu jika kita memerangi orang zalim yang telah banyak mengalirkan darah dan mengambil harta secara tidak sah? Ia juga meninggalkan shalat.”

“Aku berpendapat, sebaiknya kalian tidak perlu memeranginya. Karena jika fitnah yang dilakukan Hajjaj adalah hukuman dari Allah, maka kalian tidak bisa menghalangi hukuman Allah itu dengan pedang dan kekuatan kalian. Dan jika fitnah Hajjaj ini adalah cobaan, maka bersabarlah hingga Allah berkenan memberikan keputusan-Nya. Karena Dialah Dzat yang Maha Bijaksana.”

Rupanya mereka tak puas dengan perkataan Al Hasan. Mereka tetap menyerang Hajjaj.

Hasan Al Basri Ditangkap

Peperangan pun terjadi antara pasukan Hajjaj  dan pasukan Al Asy’at. Pasukan Hajjaj lebih kuat, jumlahnya lebih besar dan senjatanya lebih lengkap.

Setelah mengalahkan pasukan Al Asy’at, Hajjaj melakukan penangkapan orang-orang yang dianggapnya melawan penguasa. Salah satunya adalah Hasan Al Basri.

“Seret orangtua ini,” kata pasukan Al Hajjaj. Menjadi pemandangan menyedihkan ketika ulama berusia 80 tahun lebih diseret tentara ke jalanan. Padahal ia hanya meluruskan kezaliman dengan kata-kata. Ia sama sekali tak mendukung jalan kekerasan.

Hasan Al Basri tetap bersabar. Ulama yang telah berguru kepada sejumlah Sahabat Nabi tak melawan. Hanya berusaha lolos dari kezaliman mereka. Saat dikumpulkan di tepi sungai bersama sekian banyak orang yang ditangkap, Hasan Al Basri menutupkan surban hitam. Begitu pasukan Hajjaj tidak memperhatikannya, ia menceburkan diri ke sungai.

“Allah Subhanahu wa Ta’ala berkenan menyelamatkannya setelah hampir saja dia terbunuh,” kata Al Aun seperti dikutip Syaikh Ahmad Farid.

Kisah Hasan Al Basri mengajarkan kepada kita. Beliau mengambil jalan oposisi terhadap penguasa kaum muslimin yang zalim. Namun tetap bersabar. Tidak mendukung kekerasan dan tidak berbuat makar. [Muchlisin BK/Kisahikmah]

No comments: