Perbuatan yang Dosanya Lebih Besar dari Zina dengan Ibu Kandung

Mari memohon ampun kepada Allah Ta’ala atas semua dosa dan salah yang kita lakukan; disengata atau tidak, besar ataupun kecil. Semoga dengan tulusnya permohonan ampun, Allah Ta’ala ampuni dosa dan kesalahan, serta tempatkan kita pada derajat yang tinggi di sisi-Nya.

Sungguh, dosa amat mudah dilakukan bagi mereka yang lalai dan enggan belajar dalam menjaga diri. Bahkan dari lisan yang nampak remeh, banyak dosa yang ditimbulkan dan bisa menyeret pelakunya ke dalam neraka Jahannam. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam kepada Muadz bin Jabal.

“Apakah kami akan dituntut dari apa yang kami ucapkan?” Tanya Muadz suaktu ketika. Kemudian Nabi menjawab, “Celakalah ibumu, wahai Muadz.” Lanjut Nabi sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dengan derajat Hasan, “Apakah ada yang menjerumuskan manusia ke dalam neraka kalau bukan hasil dari (perkataan) lisan-lisan mereka?”

Dosa yang ditimbulkan oleh lisan bisa berbentuk ucapan mubah yang berlebihan, mengatakan sesuatu yang sia-sia, menggunjing, mencela, caci maki, ghibah, hingga fitnah. Bahkan, dalam salah satu haditsnya, Nabi menyebut satu perbuatan lisan yang lebih besar dosanya dari zina dengan ibu kandung.

“Riba memiliki tujuh puluh dua cabang dosa,” demikian disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Dari tujuh puluh dua cabang dosa itu, yang paling rendah adalah, “Seperti seorang laki-laki yang menggauli ibunya sendiri.”

Bukankah di atas dosa yang paling rendah dari riba’ itu masih ada tujuh puluh satu cabang dosa yang lebih berat? Dosa apakah gerangan dan apakah puncaknya? Sebagaimana termaktub dalam Shahih al-Jami’ ash-Shaghir, Nabi menutup sabdanya ini dengan mengatakan, “Sedangkan yang paling tinggi tingkatannya adalah seorang muslim yang mencemarkan harga diri saudaranya.”

Itulah puncaknya, seorang muslim yang sibuk berkata-kata buruk tentang sahabatnya. Ia tak lelah kabarkan kepada dunia bahwa saudara muslimnya itu penuh dengan kekurangan, menceritakan keburukannya, sebarkan fitnah, membicarakan semua yang diketahui tentang saudaranya, tidak menghiraukan perasaannya dengan berkata kasar dan semena-mena, juga senantiasa menyebarkan kebencian di kalangan kaum muslimin dan manusia.

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Semoga Allah Ta’ala menjaga lisan dari ketergelinciran. Semoga Allah Ta’ala jadikan lisan ini sebagai sarana untuk masuk ke dalam surga-Nya. [Pirman]

No comments: