Teks Pidato saat Rasulullah Meminang Khadijah (Bagian 2)

 

ilustrasi @wikislampedia

Dalam lamaran penuh berkah itu, Abu Thalib menyampaikan pidatonya sebagaimana diriwayatkan oleh Abul Abbas al-Mubarrid sebagaimana dikutip oleh Mahmud al-Mishri dalam “Sirah Shahabiyah Jilid I”

“Segala puji bagi Allah Ta’ala yang telah menjadikan kita sebagai keturunan Ibrahim, keturunan Ismail, berasal dari Ma’ad dan unsur keturunan dari Mudhar. Kita telah dijadikan sebagai pemelihara rumah-Nya (Ka’bah) dan pengatur tanah suci-Nya. Dia telah memberi kita rumah (Ka’bah) yang terjaga, tanah suci yang aman sejahtera dan kita menjadi pemimpin manusia.

Saya harus menyampaikan, sesungguhnya keponakanku ini (Muhamad bin Abdullah), jika dibandingkan dengan lelaki mana pun, maka dia akan lebih unggul darinya. Baik dalam kebaikan, keutamaan, kemuliaan, kematangan berpikir, keagungan dan kehebatan.

Meskipun jika dilihat dari segi harta dan kekayaan, maka dia tidaklah berarti apa-apa. Akan tetapi, harta hanyalah bayangan yang akan sirna, benda yang akan hilang dan pinjaman yang akan dikembalikan kepada pemilik sebenarnya.
Muhmmad adalah seorang lelaki yang telah kalian ketahui latar belakang keluarganya. Ia bermaksud hendak meminang Khadijah binti Khuwailid.

Untuk itu, ia memberikan mahar sebesar 20 ekor unta yang dipinjam dari hartaku dan akan dikembalikan sebatas kemampuannya, cepat ataupun lambat.

Demi Allah, dia (Muhammad bin Abdullah) akan mmeiliki peran yang sangat besar dan kedudukan yang agung di masa yang akan datang, maka terimalah pinangannya untuk menikah dengan Khadijah.”

Mahasuci Allah yang telah menyatukan dua insan amat mulia dalam sejarah umat manusia ini. Inilah naskah pidato yang singkat, padat dan menyeluruh. Di dalamnya ada taaruf singkat dari sosok yang melamar kepada keluarga yang dilamar. Di dalamnya tercermin sebuah kewibawaan yang dibalut rapi dengan kejujuran.

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa mahar yang diberikan oleh Rasulullah Saw kepada Khadijah adalah 12,5 uqiyah emas.

Kemudian selepas lamaran itu, menikahlah dua insan dalam naungan cinta Ilahi. Sejarah kehidupan keduanya akan senantiasa harum dan menghiasi langit zaman. Namanya akan terus memesona dan tak bosan untuk terus dibincang dan diambil ibrahnya.

Syaikh Mahmud al-Mishri menutup uraian tentang proses lamaran ini dengan megatakan, “Khadijah menunjukkan dirinya sebagai seorang istri yang sangat mencintai suaminya sekaligus sebagai ibu yang sangat penyayang, lembut dan baik terhadap anak-anaknya,” pungkasnya, “semoga Allah Ta’ala meridhainya.” [Pirman]

No comments: