10 Kompetensi Rasulullah ﷺ sebagai Pendidik

muh. abdus syakur/hidayatullah.com
[Ilustrasi] Guru di Pondok Modern Darussalam Gontor.
Rasulullah ﷺ berdasarkan maklumat Allah SWT merupakan suri tauladan yang paling baik bagi manusia (QS: 33:21). Keteladanan dari segala aspek kehidupan Rasulullah ﷺ dapat dijadikan sebagai referensi utama dalam kehidupan ini. Salah satu aspek fundamental kehidupan adalah bidang pendidikan.

Rasulullah ﷺ merupakan sosok tauladan sebagai pendidik. Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya:

هُوَ ٱلَّذِى بَعَثَ فِى ٱلْأُمِّيِّۦنَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا۟ مِن قَبْلُ لَفِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ

Artinya: “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS: Surat Al-Jumu’ah Ayat 2)

Dalam hadits, Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa salah satu tugas diutusnya beliau adalah sebagai pengajar sebagaimana sabdanya;

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ… قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَبْعَثْنِي مُعَنِّتًا وَلَا مُتَعَنِّتًا وَلَكِنْ بَعَثَنِي مُعَلِّمًا مُيَسِّرًا.[1] (رواه مسلم)

“Dari jabir bin Abdillah telah berkata…, Rasulullah ﷺ bersabda; Sesungguhnya Allah yang maha tinggi tidak mengutusku untuk memaksa orang atau menjerumuskannya, akan tetapi Dia mengutusku sebagai seorang pengajar dan orang memudahkan urusan.” (HR: Muslim)

Berikut 10 kompetensi Rasulullah ﷺ sebagai pendidik berdasar yang beliau sabdakan:

Mempermudah dan tidak mempersulit urusan

عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ

لَمَّا بَعَثَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ قَالَ لَهُمَا يَسِّرَا وَلَا تُعَسِّرَا وَبَشِّرَا وَلَا تُنَفِّرَا وَتَطَاوَعَا

“dari Sa’id bin Abu Burdah dari Ayahnya dari Kakeknya dia berkata; “Ketika beliau mengutusnya bersama Mu’adz bin Jabal, beliau bersabda kepada keduanya: “Mudahkanlah setiap urusan dan janganlah kamu mempersulit, berilah kabar gembira dan jangan kamu membuatnya lari, dan bersatu padulah!” (HR: Muslim).

Dari hadits tentang Rasulullah di atas, seyogyanya pendidik memberikan kemudahan-kemudahan kepada murid dalam memahami pelajaran sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.

Memberikan penjelasan sampai tuntas (tidak terpotong-potong)

النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ مَتَى السَّاعَةُ فَمَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ لَمْ يَسْمَعْ حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ أَيْنَ أُرَاهُ السَّائِلُ عَنْ السَّاعَةِ قَالَ هَا أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا قَالَ إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ

Ketika Nabi ﷺ berada dalam suatu majelis membicarakan suatu kaum, tiba-tiba datanglah seorang Arab Badui lalu bertanya: “Kapan datangnya hari kiamat?” Namun Nabi ﷺ tetap melanjutkan pembicaraannya. Sementara itu sebagian kaum ada yang berkata; “beliau mendengar perkataannya akan tetapi beliau tidak menyukai apa yang dikatakannya itu, ” dan ada pula sebagian yang mengatakan; “bahwa beliau tidak mendengar perkataannya.” Hingga akhirnya Nabi ﷺ menyelesaikan pembicaraannya, seraya berkata: “Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi?” Orang itu berkata: “saya wahai Rasulullah!”. Maka Nabi ﷺ bersabda: “Apabila sudah hilang amanah maka tunggulah terjadinya kiamat”. Orang itu bertanya: “Bagaimana hilangnya amanat itu?” Nabi ﷺ menjawab: “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka akan tunggulah terjadinya kiamat.” (HR: Al-Bukhari).

Dari konteks hadits di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Rasulullah menyelesaikan penjelasan secara tuntas. Kemudian setelah selesai baru menjawab pertanyaan orang yang baru datang.

Demikian seyogyanya seorang pendidik meniru Rasulullah dalam memberikan pembelajaran/penjelasan disampaikan secara tuntas sehingga murid memahami dengan jelas dan tidak terputus.

Membantu dan Menutupi Aib

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ : « مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ » رواه مسلم

Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang membantu seorang muslim (dalam) suatu kesusahan di dunia maka Allah akan menolongnya dalam kesusahan pada hari kiamat, dan barangsiapa yang meringankan (beban) seorang muslim yang sedang kesulitan maka Allah akan meringankan (bebannya) di dunia dan akhirat.” (HR: Muslim).

Dalam pendidikan pastilah kita temukan banyak kekurangan pada murid. Kekurangan atau aib yang terdapat pada murid bukan untuk dijadikan bahan candaan atau diumbar dihadapan murid maupun guru yang lainnya.

Dari hadits di atas dalam konteks Rasulullah mengajarkan supaya kita sebagai pendidik ,menjaga aib/kekurangan yang ada pada murid. Hal ini dengan harapan kita dapat memperbaiki aib atau kekurangan yang terdapat pada diri murid.

Mendo`akan anak didik

Dalam dunia pendidikan dan dakwah, doa seorang guru memiliki peran yang sangat besar dalam proses perubahan menuju arah yang lebih baik. Dalam hadits diceritakan doa Nabi ﷺ bagi kaum Anshar.

Beliau berkata, “Ya Allah, ampunilah kaum Anshar, dan anak-anak kaum Anshar, dan anak-anak dari anak-anak kaum Anshar.” (HR: Bukhari dan Muslim)

Pelajaran yang dapat dipetik dari hadits di atas dalam pendidikan bahwasanya seorang guru hendaknya mendo`akan anak didiknya sebagaimana yang telah dilakukan Rasulullah mendo`akan Ibnu Abbas maupun kaum Anshar beserta keturunanya. Hal ini seyogyanya dilakukan guru karena bisa jadi dengan wasilah do`a guru mempermudah perjalanan murid dalam memperoleh dan mengamalkan ilmu.

Murah Senyum

تَبَسُّمُكَ فِى وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ

“Senyummu di hadapan saudaramu adalah (bernilai) sedekah bagimu.“ (HR: Tirmidzi)

Rasulullah adalah orang yang mudah dan banyak senyum. Maka sebagai guru seyogyanya kita mudah dan banyak senyum kepada murid sehingga menumbuhkan kenyamanan dan penerimaan yang baik sehingga dengannya bisa mempermudah proses pembelajaran.

Berwajah berseri-seri

Dari Abu Dzar, Nabi ﷺ bersabda,

لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

“Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun juga walau engkau bertemu saudaramu dengan wajah berseri.” (HR: Muslim no. 2626).

Berdasar hadits di atas seyogyanya pendidik memiliki wajah yang berseri-seri yang menunjukkan semangat dan bahagia dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dengan demikian maka murid juga merasa bergairah dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran.

Kasih sayang

Dalam riwayat lain Rasulullah ﷺ bersabda;

مَنْ لا يَرحم لا يُرحم

“Barang siapa tidak menyayangi maka tidak akan disayangi.” (HR: Bukhari dan Muslim).

Berdasar riwayat di atas maka Rasulullah ﷺ adalah guru yang penyayang. Demikian seyogyanya para guru meneladani sifat kasih saying yang dengannya membuat murid dekat dengan guru yang dengannya menjadi salah satu syarat memudahkan pembelajaran.

Jujur

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَاِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ اِلَى الْبِرِّ اِنَّ الْبِرِّيَهْدِيْ اِلَى الْجَنَّةِ (رواه البخارى ومسلم)

Artinya : “Hendaknya kamu selalu jujur karena kejujuran itu akan membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu akan membawa ke dalam surga.” (HR: Bukhari dan Muslim).

Berdasar hadits di atas Rasulullah ﷺ mengajarkan kejujuran beserta keutamaan yang akan didapatkan. Demikian halnya seorang pendidik harus senantiasa memelihara kejujuran, sehingga dengannya dapat membawa kebaikan bagi diri maupun murid-muridnya.

Adil

Dikisahkan bahwa Rasulullah menolak permohonan amnesti Usamah ibn Zaid untuk perempuan Bani Makhzum (Sarah) yang melakukan pencurian. Orang-orang Quraisy juga memohonkan hal serupa. Rasulullah marah kepada Usamah ibn Zaid dan bersabda, “Apakah engkau hendak memberi pertolongan kepada (pelanggaran) hukum Allah?” Kemudian beliau berdiri dan berkhutbah, “Sesungguhnya umat manusia sebelum kalian binasa karena jika ada bangawan mencuri, mereka membiarkannya. Akan tetapi jika rakyat lemah yang mencuri, mereka tegakkan hukum kepadanya. Demi Zat yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya, seandainya Fatimah putri Muhammad mencuri, niscaya aku akan memotong tangannya.” (HR: Al-Bukhari).

Dari kisah di atas, seyogyanya pendidik tidak membeda-bedakan muridnya karena alasan apapun yang akhirnya dapat menimbulkan kesenjangan antara satu dengan yang lainnya.

Memberi hadiah/reward

تَهَادُوا تَحَابُّوا

“Hendaklah kalian saling memberi hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR: Bukhari)

Dalam dunia pendidikan sering terdengar istilah reward, ternyata jauh sebelumnya Rasulullah ﷺ telah mencontohkan perihal tersebut. Demikian seyogyanya pendidik memberi hadiah yang dengannya bisa menumbuhkan kasih sayang dan cinta sehingga bisa memotivasi murid untuk belajar.*/Sumarno, dosen STIT Mumtaz Karimun

Rep: Admin Hidcom
Editor: Insan Kamil

No comments: