Ketika Rasulullah SAW Gusar Karena Pamannya Diacam Orang Lain

Ketika Rasulullah SAW Gusar Karena Pamannya Diacam Orang Lain
Di Madinah terjadi pertengkaran antara seseorang dengan Abbas, yang berakar sejak zaman Jahiliah, di mana orang itu memaki-maki ayah Abbas. Foto/Ilustrasi/Ist
RASULULLAH SAW sangat mencintai pamannya, Abbas bin Abdul Muthalib . Kecintaan ini ditunjukkan dengan jelas ketika beliau sangat gusar tatkala sang paman mendapat ancaman orang lain.

Pada suatu hari, Abbas bin Abdul Muthalib pergi berhijarah ke Medinah bersama Naufal ibnul Harits. Ahli sejarah berbeda pendapat tentang tarikh hijrah paman Nabi SAW ini, namun mereka sependapat bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam telah memberikan sebidang tanah kepadanya berdekatan dengan tempat kediamannya.

Di Madinah terjadi pertengkaran antara seseorang dengan Abbas, yang berakar sejak zaman Jahiliah, di mana orang itu memaki-maki ayah Abbas. Gangguan orang itu terhadap Abbas terjadi berulang-ulang sehingga menyakitkan hatinya, lalu ia ditamparnya. Kabilah orang itu tidak senang hati, mereka siap-siap akan menuntut balas. Mereka berkata, "Demi Allah, kami akan menamparnya seperti ia menampar saudara kami!"

Ancaman mereka itu terdengar oleh Rasulullah SAW, lalu beliau mengumpulkan kaum muslimin dan naik ke atas mimbar, seraya memanjatkan puja dan puji kepada Allah Subhanahu wataala dan bersabda, "Wahai para hadirin, tahukah kalian, siapa orang yang paling mulia di sisi Allah Subhanahu wataala?"

"Engkau, ya Rasulullah!" jawab hadirin.

"Tahukah kalian bahwa Abbas itu dariku dan aku darinya? Janganlah kalian mengumpat orang-orang yang sudah mati, jangan sampai menyakiti kita yang masih hidup."

Kabilah orang itu datang menghadap Rasulullah seraya berkata, "Ya Rasulullah, kami mohon perlindungan Allah dari kegusaranmu, maafkanlah dosa kami, ya Rasulullah."

Pernyataan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tersebut menguatkan keterangan Abu Majas radhiallahu 'anhu tentang sabdanya, "Abbas adalah saudara kandung ayahku. Barangsiapa yang menyakitinya sama dengan menyakitiku." (Bersambung)

(mhy) 
Miftah H. Yusufpati

No comments: