Misteri Roh Manusia
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengungkap roh dengan gaya penulisan yang dialogis.
Kalau buku sekadar mengungkap masalah fikih, akidah, manajemen, motivasi, itu biasa. Namun ulama Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (abad ke-14 Masehi) menulis buku tentang roh. Ini merupakan pembahasan yang metafisis sekali karena roh merupakan sesuatu yang tak terlihat.
Allah menyatakan bahwa roh adalah urusan-Nya atau min amri rabbi (Al-Isra: 85). Ibnu Qayyim berani membahas urusan Tuhan dalam bukunya berjudul Ar-Ruh.
Ulama yang bernama lengkap Muhammad bin Abi Bakar bin Ayub bin Sa'ad Zur'i itu lahir di Damaskus (Suriah) pada 691 H/1292 M, dan wafat pada 751 H/1352 M. Ayahnya merupakan seorang kurator (qayyim) di Madrasah al-Jauziyah, kota setempat. Dari jabatan bapaknya itulah, sebutan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah diambil.
Semasa hidupnya, Ibnu Qayyim belajar kepada banyak ulama. Bidang-bidang keilmuan yang dikuasainya, antara lain, ialah fikih Mazhab Hambali, tafsir, hadis, ushul fikih, nahwu, tasawuf, dan teologi. Di antara banyak gurunya, Ibnu Taimiyah menjadi yang paling memengaruhinya. Selama 16 tahun dirinya menimba ilmu dan hikmah dari syaikhul Islam kelahiran Harran itu.
Salah satu kajian yang digelutinya mengenai roh. Pertanyaan-pertanyaan tentang roh sebenarnya sudah ada jauh sebelumnya, yakni sejak zaman Rasulullah SAW dan para sahabat. Allah SWT pun memerintahkan rasul-Nya untuk menjawab, “Roh itu adalah urusan Rabb-ku” (QS al-Israa: 85).
Bagaimanapun, perkara roh tetap menyita perhatian Muslimin dari generasi ke generasi. Banyak di antaranya yang bertanya-tanya. Umpamanya, ketika manusia mati, di mana rohnya berada? Benarkah roh antarinsan bisa saling bertemu?
Sebagai seorang alim, Ibnu Qayyim merasa perlu untuk memberikan penjelasan, berdasarkan kapasitas ilmu yang dimilikinya, tentang topik tersebut. Pemaparan itu tidak hanya melalui dakwah lisan, tetapi juga tulisan. Salah satu karyanya yang membahas perihal itu ialah Kitab ar-Ruh.
Risalah itu telah diterjemahkan ke dalam beragam bahasa. Versi bahasa Indonesianya pun cukup banyak beredar. Di antaranya yang cukup komprehensif dan enak dibaca adalah terbitan Turos, yakni Rahasia Ruh dan Kematian (2020). Buku itu diteliti (tahqiq) oleh Syekh Muhammad Ayyub al-Ishlahi.
Buku ini bisa menjadi salah satu rujukan tentang perjalanan roh. Apalagi, kepakaran penulisnya, Ibnu Qayyim, tidak perlu diragukan lagi. Sebagai salah seorang ulama dari salaf as-salih, ia sangat bepegang teguh pada firman Allah dan sabda Nabi Muhammad SAW. Karena itu, setiap argumen yang diungkapkannya dalam kitab ini selalu didasarkan pada Alquran dan hadis.
Dalam menyajikan uraiannya, Ibnu Qayyim menggunakan metode dialogis, yakni tanya-jawab. Kitab ar-Ruh memuat sebanyak 21 pertanyaan, beserta jawabannya, mengenai perkara roh menurut Islam. Tidak hanya itu, tetapi juga hal-hal lain yang masih bersangkut paut dengan eksistensi roh.
Ibnu Qayyim memulai dengan pertanyaan, apakah roh berada di langit atau bumi? Apakah roh berada di surga atau neraka? Apakah roh dititipkan di badan yang bukan badannya yang dulu ditempati, lalu dia disiksa atau diberi kenikmatan di dalam badan itu? Ataukah, roh berdiri sendiri dalam artian terlepas dari badan?
Untuk memberikan gambaran, ia menyuguhkan wawasan terkait orang yang sudah mati. Bilakah keadaan roh yang sebelumnya berada dalam jasad (hidup) si almarhum? Dalam buku ini, Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa roh ternyata bisa mengetahui kedatangan orang-orang yang menziarahi kuburan almarhum. Betapa bahagianya roh itu atas kunjungan mereka. Turut pula mengamini doa yang dipanjatkan di sisi kubur, dan menjawab pula salam yang disampaikan.
Menurut Ibnu Qayyim, Rasulullah SAW telah menetapkan syariat bagi umat beliau. Jika kaum Muslimin melalui kuburan saudara-saudara seiman, hendaklah mengucapkan salam. Misalnya, perkataan “Assalamu’alaikum dara qaumin mu’minin” (kesalamatan atas kalian, wahai penghuni kubur orang-orang Mukmin).
Pada pertanyaan selanjutnya, Ibnu Qayyim memberikan pengetahuan tentang saling bertemunya arwah-arwah orang yang sudah mati. Ia menjelaskan, roh terbagi menjadi dua golongan, yaitu yang diazab dan yang diberi nikmat oleh Allah Ta’ala.
Kitab Ar-Ruh mampu menjawab spekulasi-spekulasi soal roh yang didasarkan pada dalil-dalil Alquran, hadis nabi, dan beberapa pendapat ulama secara lengkap dan mudah dipahami.
Ia menuturkan, roh-roh yang diazab akan terus disibukkan oleh siksaan yang diterima. Dengan begitu, mereka tidak dapat saling mengunjungi. Adapun roh yang diberi nikmat berada dalam keadaan bebas dan sama sekali tidak dikekang. Mereka pun bisa saling bertemu serta mengingat berbagai hal yang dulu pernah dilakukan di dunia.
Setiap roh bersama pendampingnya sebagaimana amalnya di dunia. Roh Nabi SAW, sebut Ibnu Qayyim, berada di ar-Rafiq al-A’la, yaitu tempat yang sangat tinggi. Allah berfirman,yang artinya, “Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” (QS an-Nisa’: 69).
Lebih lanjut, Ibnu Qayyim juga berupaya memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kompleks yang sering kali muncul terkait eksistensi roh. Sebagai contoh, di manakah tempat roh sejak kematian sampai hari kiamat? Apakah di langit atau di bumi? Apakah roh tinggal di surga atau neraka atau tidak keduanya?
Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penting tersebut, ia mengungkapkan, ada sebagian pendapat bahwa roh orang-orang Mukmin ada di sisi Allah SWT, yakni di surga. Termasuk dalam golongan ini ialah para syuhada maupun non-syuhada, asalkan mereka tidak tertahan masuk ke dalam surga lantaran suatu dosa besar atau perkara utang. Pendapat ini dikutipnya dari keterangan Abu Hurairah RA dan Abdullah bin Amr.
Namun, ada pula golongan lain yang menyatakan, roh orang-orang Mukmin berada di serambi surga, tepat di depan gerbangnya. Dengan begitu, aroma semerbak, bayangan nikmat dan pelbagai rezeki dari surga bisa sampai kepada mereka. Sementara, opini lainnya mengatakan, roh kaum beriman berada di dalam kuburnya masing-masing. Seorang imam ahlussunnah waljama’ah, Imam Malik, berfatwa, “Telah sampai keterangan kepadaku yang menjelaskan bahwa roh dibebaskan lepas sehingga ia dapat pergi ke mana pun sekehendaknya.”
Banyak pendapat para ulama yang diungkapkan Ibnu Qayyim dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, termasuk tentang keberadaan roh-roh orang kafir setelah kematiannya. Ibnu Qayyim menyampaikan berbagai pendapat tersebut berikut kebenaran dan kekeliruannya, serta mencari pendapat manakah yang sesuai dengan dalil Alqur’an dan Sunnah.
Berbagai pertanyaan dan bahasan Ibnu Qayyim dalam bukunya ini sangatlah “berat.” Namun, buku tersebut agaknya mampu memberikan ulasan yang cukup lengkap sehingga rasa penasaran para pembaca dapat sedikit terobati. Penasaran mengenai perjalanan dan keadaan roh, terutama setelah datangnya kematian.
Mungkin pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam buku ini terasa sangat sensitif. Namun, pada kenyataannya beberapa pertanyaan tersebut kerap muncul di benak kita. Dengan membaca buku ini, paling tidak kita akan mampu mengetahui jawabannya berdasarkan Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW.
Inilah buku referensi terlengkap soal roh yang wajib dibaca oleh setiap muslim setidaknya sekali seumur hidup. Karena, buku ini mampu menjawab spekulasi-spekulasi soal roh yang didasarkan pada dalil-dalil Alquran, hadis nabi, dan beberapa pendapat ulama secara lengkap dan mudah dipahami.
Buku ini hadir untuk menghapuskan dahaga manusia tentang roh yang selama ini masih dianggap rahasia, misterius, dan tak jarang dipandang tabu. Melalui buku ini, Ibnu Qayyim mengajak kita untuk mengetahui ke mana dan bagaimana keadaan roh seseorang setelah ia meninggal dunia.
DATA BUKU:
Judul: Rahasia Ruh dan Kematian (terjemahan atas Kitab ar-Ruh)
Penulis: Ibnu Qayyim al-Jauziyyah
Penahkik : Syekh M Ayyub al-Ishlahi
Penerjemah: Fuad SN
Penerbit : Turos Khazanah Pustaka Islam
Tebal : 593 halaman
No comments:
Post a Comment