Tiga Cara Meningkatkan Ketakwaan kepada Allah Ta'ala

Tiga Cara Meningkatkan Ketakwaan kepada Allah Taala
ilustrasi. Foto istimewa
Seorang muslim sejatinya diperintahkan untuk selalu meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata’ala dengan sebaik-baiknya takwa. Karena hanya dengan iman dan takwa yang sebenar-benarnya itulah, sebagai hamba Allah subhanahu wata’ala, kita akan mendapatkan jaminan kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan di akhirat.

Lantas, dengan apa kita meningkatkan takwa kita kepada Allah subhanahu wata’ala? Aktivis dakwah, Ustadz Sodiq Fajar SPd.I, menjelaskan tiga perkara untuk dapat meningkatkan ketakwaan kepada Allah Ta'ala. Tiga hal tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dengan menjaga sholat lima waktu.

Kenapa harus menjaga sholat wajib lima waktu? Sebab, sholat lima waktu adalah perkara yang pertama-tama akan ditanyakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Sholat adalah perkara yang pertama kali kita akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ

“Sungguh, amalan yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka ia akan selamat. Namun jika sholatnya buruk, maka ia akan merugi.” (HR. Abu Daud no. 864)
Selain itu, sholat juga merupakan perkara yang menjadi batas antara status iman dan kufur dari seorang hamba. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ ‌تَرْكُ ‌الصَّلَاةِ

“Batas antara seseorang dengan syirik dan kufur adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim No. 82)

Dalam sabda beliau yang lain,

الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلَاةُ، فَمَنْ ‌تَرَكَهَا ‌فَقَدْ ‌كَفَرَ

“Perjanjian antara kita dengan mereka adalah shalat, siapa yang meninggalkannya maka dia kafir.” (HR. Ahmad No. 22937)

Dengan tegas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan, barang siapa meninggalkan sholat, maka dia kafir. Jika seseorang telah kafir, maka sudah jelas tempat kembalinya adalah neraka, bukan Surga. Kekal selama-lamanya.

Merasakan panasnya dunia saja kita sudah kesakitan. Lalu bagaimana jika gara-gara meninggalkan shalat, kita merasakan panasnya akhirat yang tidak hanya dalam hitungan jam, namun selama-lamanya. Padahal sehari di akhirat itu panjangnya setara dengan seribu tahun di dunia. Na’uzubillahi min zalik.

Sungguh, kita akan sangat merugi jika sampai melalaikan sholat lima waktu. Sungguh sangat merugi jika waktu kita habis untuk mengurusi urusan duniawi hingga lupa mengerjakan sholat.

Padahal, mengerjakan sholat itu hanya butuh waktu yang sangat sedikit. Kira-kira hanya sepuluh menit setiap shalat, dikalikan lima. Hanya lima puluh menit dalam sehari. Sementara kita memiliki waktu 24 jam dalam sehari. Hanya terkurangi 1 jam untuk sholat. Lalu 23 jam sisanya bisa kita manfaatkan untuk melakukan aktivitas lain yang hukumnya boleh untuk dilakukan.

Namun kenyataannya, sholat lima waktu yang hanya butuh sepuluh menit pada setiap pelaksanaannya ini tetap saja kita lalaikan.

2. Menjadikan Al-Qur'an sebagai panduan hidup

Kenapa menjadikan Al-Qur'an sebagai panduan hidup menjadi salah satu cara untuk meningkatkan takwa kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala?

Karena Al-Qur'an adalah wahyu Allah subhanahu wata’ala yang memuat petunjuk-petunjuk utama agar seorang hamba menjalani kehidupan di dunia ini sesuai dengan perintah Allah subhanahu wa ta’ala, sesuai dengan tujuan Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan manusia.

Menjadikan Al-Qur'an sebagai panduan hidup tentu diawali dengan membacanya. Lalu memahami isinya. Kita harus mau mengkaji isinya. Bukan hanya dengan mengharap keutamaan dari membaca surat-surat tertentu atau ayat-ayat tertentu yang sering kita jumpai keterangannya.Memang itu termasuk salah satu yang disyariatkan, tetapi baru sebagian kecilnya saja, belum mencakup keseluruhan syariat.

Tujuan Allah subhanahu wata’ala menurunkan Al-Qur'an adalah sebagaimana termaktub dalam firman-Nya,

هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ

“Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 2)

Untuk mencapai tujuan tersebut, tidak cukup hanya sekeadar mencari keutamaan membaca surat atau ayat tertentu saja yang memiliki keutamaan tertentu.

Tujuan diturunkannya Al-Qur'an sebagai petunjuk hanya dapat dicapai dengan memelajari isinya. Memahami makna yang terkandung pada setiap ayatnya.

Caranya bagaimana? Tentu saja diawali dengan rajin membacanya. Lalu rajin menghadiri majelis ilmu yang membahas kajian makna dan tafsir al-Quran. Ngaji kepada kyai dan alim ulama. Mari kita hadiri majelis-majelis ilmu yang ada di sekitar kita. Mari kita belajar bersama, ngaji syariat, di taman-taman surga itu.

Kalaulah sampai akhir hayat nanti kita belum selesai mengkaji isi al-Quran secara keseluruhan, semoga kehadiran kita di majelis-majelis ilmu ini menjadi bukti di hadapan Allah subhanahu wata’ala bahwa kita telah berusaha dengan niat yang ikhlas dan sungguh-sungguh dalam mempelajari isi al-Qur'an.

3. Peduli kepada sesama muslim, menjaga ukhuwah Islamiyah

Cara meningkatkan takwa yang ketiga adalah dengan menjaga ukhuwah Islamiyah dan memupuk rasa peduli kepada sesama muslim. Sejatinya, muslim satu dengan muslim lainnya ibarat satu tubuh. Bagian satu dengan bagian lainnya saling membutuhkan dan saling melengkapi.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR. Muslim)

Di tengah beratnya ujian berupa wabah covid-19 seperti sekarang ini, menjaga ukhuwah Islamiyah sangatlah penting. Banyak saudara kita, tetangga atau mungkin kerabat dekat yang saat ini terkena dampak dari ujian wabah covid-19 ini. Sebagai seorang muslim, kita harus peka, apakah saudara kita, tetangga kita, kerabat kita ada yang sedang butuh uluran tangan kita. Barang kali ada tetangga kita yang kehilangan pekerjaannya, maka mari segera kita bantu. Barang kali ada saudara atau tetangga kita yang kehabisan pangan karena harus isolasi mandiri, maka mari kita bantu.

Kehidupan yang saling membantu dan tolong menolong seperti ini mari kita bangun dengan landasan iman kepada Allah subhanahu wata’ala; bahwa syariat Islam memerintahkan kepada kita untuk saling membantu dan menolong, memupuk ukhuwah Islamiyah sesama muslim.

Bentuk lain dari menjaga ukhuwah Islamiyah adalah dengan saling menasihati. Barang kali ada saudara kita yang lalai terhadap ibadah wajib, mari kita ingatkan supaya segera melaksanakan ibadah wajib tersebut. Barang kali ada saudara kita yang lain sehingga melakukan perbuatan yang berbuah dosa, mari kita ingatkan supaya ia sadar bahwa perbuatan yang sedang ia lakukan adalah perbuatan dosa.

Ukhuwah Islamiyah yang terbangun dengan baik, akan melahirkan umat yang satu, kokoh, dan tidak terpecah belah. Semoga Allah subhanahu wata’ala meridhai kita semua sebagai hamba yang terus berusaha meningkatkan takwa kepada-Nya.

Wallahu a'lam
(wid) 
Widaningsih

No comments: