Al-Barra' bin Malik (2-Habis): Doa Syahid yang Terkabul
Al-Barra' bin Malik adalah pembantu Rasulullah SAW . Ia termasuk sahabat Nabi yang didoakan Rasulullah agar doanya dikabulkan oleh Allah SWT. Al-Barra' bin Malik senantiasa berdoa bisa syahid di jalan Allah.
Itu sebabnya ia tak pernah absen dalam setiap pertemuan dengan kaum kafir dan munafik. Dalam perang Yamamah, yakni perang antara pasukan Islam dengan pasukan nabi palsu Musailamah, Al-Barra' bin Malik terkena 80 kali tusukan tombak. Ia belum juga syahid. Ia terus mengobarkan semangan jihad bagi pasukan muslimin.
Itu sebabnya ia tak pernah absen dalam setiap pertemuan dengan kaum kafir dan munafik. Dalam perang Yamamah, yakni perang antara pasukan Islam dengan pasukan nabi palsu Musailamah, Al-Barra' bin Malik terkena 80 kali tusukan tombak. Ia belum juga syahid. Ia terus mengobarkan semangan jihad bagi pasukan muslimin.
Al-Barra' pulih dari luka-luka pada perang Yamamah. Selanjutnya ia maju lagi bersama pasukan tentara Islam dalam pembebasan Negeri Persia.
Dalam salah satu peperangan di Irak, orang-orang Persi mempergunakan setiap cara yang rendah dan biadab yang dapat mereka lakukan sebagai perlindungan. Mereka menggunakan penggaet-penggaet yang diikatkan ke ujung rantai yang dipanaskan dengan api, mereka lempar dari dalam benteng mereka, hingga dapat menyambar kaum muslimin dan menggaetnya secara tiba-tiba sedang korban tidak dapat melepaskan dirinya.
Barra' dan abangnya Anas bin Malik mendapat tugas bersama sekelompok muslimin untuk merebut salah satu benteng-benteng itu. Tetapi tiba-tiba salah satu penggaet ini jatuh dan menyangkut ke tubuh Anas, sedang ia tidak sanggup memegang rantai untuk melepaskan dirinya, karena masih panas dan bernyala. Barra' menyaksikan peristiwa yang seram ini. Dengan cepat ia menuju saudaranya yang sedang ditarik ke atas alat penggaet dengan talinya yang panas menuju lantai dinding benteng. Dengan keberanian yang luar biasa dipegangnya rantai itu dengan kedua tangannya, lalu direnggut dan disentakkannya sekuat-kuatnya, hingga akhirnya Anas dapat melepaskan diri dari rantai itu, dan selamatlah saudaranya itu dari bahaya.
Telapak tangan Bara' bin Malik pun terkelupas. Dagingnya meleleh karena terbakar. Yang tinggal hanyalah kerangkanya, memerah coklat hangus terbakar.
Sang pahlawan menghabiskan waktu yang cukup lama untuk memulihkan luka bakarnya sampai sembuh betul.
Di perang ini Bara' lolos dari maut. Selanjutnya Bara' terlibat pada pertempuran Tutsur. Di sinilah balatentara Islam berhadapan dengan balatentara Persi. Dan di sini pula Barra' dapat merayakan pestanya yang terbesar.
Dalam salah satu peperangan di Irak, orang-orang Persi mempergunakan setiap cara yang rendah dan biadab yang dapat mereka lakukan sebagai perlindungan. Mereka menggunakan penggaet-penggaet yang diikatkan ke ujung rantai yang dipanaskan dengan api, mereka lempar dari dalam benteng mereka, hingga dapat menyambar kaum muslimin dan menggaetnya secara tiba-tiba sedang korban tidak dapat melepaskan dirinya.
Barra' dan abangnya Anas bin Malik mendapat tugas bersama sekelompok muslimin untuk merebut salah satu benteng-benteng itu. Tetapi tiba-tiba salah satu penggaet ini jatuh dan menyangkut ke tubuh Anas, sedang ia tidak sanggup memegang rantai untuk melepaskan dirinya, karena masih panas dan bernyala. Barra' menyaksikan peristiwa yang seram ini. Dengan cepat ia menuju saudaranya yang sedang ditarik ke atas alat penggaet dengan talinya yang panas menuju lantai dinding benteng. Dengan keberanian yang luar biasa dipegangnya rantai itu dengan kedua tangannya, lalu direnggut dan disentakkannya sekuat-kuatnya, hingga akhirnya Anas dapat melepaskan diri dari rantai itu, dan selamatlah saudaranya itu dari bahaya.
Telapak tangan Bara' bin Malik pun terkelupas. Dagingnya meleleh karena terbakar. Yang tinggal hanyalah kerangkanya, memerah coklat hangus terbakar.
Sang pahlawan menghabiskan waktu yang cukup lama untuk memulihkan luka bakarnya sampai sembuh betul.
Di perang ini Bara' lolos dari maut. Selanjutnya Bara' terlibat pada pertempuran Tutsur. Di sinilah balatentara Islam berhadapan dengan balatentara Persi. Dan di sini pula Barra' dapat merayakan pestanya yang terbesar.
Penduduk Ahwaz dan Persi telah berhimpun dalam suatu pasukan tentara yang amat besar hendak menyerang Kaum Muslimin. Amirul Mu'minin Umar bin Khatthab menulis surat kepada Sa'ad bin Abi Waqqash di Kufah agar mengirimkan pasukan tentara ke Ahwaz. Selain itu, Khalifah Umar juga menulis surat pula kepada Abu Musa al Asy'ari di Basrah agar mengirimkan juga pasukan ke Ahwaz, sambil berpesan dalam surat itu: "Angkatlah sebagai komandan pasukan Suhail bin 'Adi dan hendaklah ia dampingi oleh Barra' bin Malik... !"
Dan bertemulah pasukan yang datang dari Kufah dengan yang datang dari Basrah untuk menghadapi tentara Persi di suatu pertempuran yang seru dan seram.
Di kalangan tentara Islam terdapat dua orang bersaudara utama yaitu Anas bin Malik dan Barra' bin Malik. Pertempuran dimulai dengan perang tanding satu lawan satu; Barra' sendiri menjatuhkan sampai seratus penantang dari Persi.
Kemudian berkecamuklah perang yang baur di antara kedua pasukan dan dari kedua belah pihak berjatuhan korban yang tak sedikit.
Sebagian sahabat mendekati Barra' sementara perang sedang berlangsung itu; mereka menghimbaunya sambil berkata:
Wahai Barra' bersumpahlah kamu kepada Tuhanmu, agar la mengalahkan musuh dan menolong kita...!"
Maka Barra' mengangkat kedua tangannya ke arah langit dengan berendah diri lalu berdo'a: "Ya Allah, kalahkan mereka.... dan tolonglah kami atas mereka ...,dan pertemukanlah daku hari ini dengan Nabi-Mu!"
Dilayangkannya pandangannya yang lama kepada saudaranya Anas yang berperang berdampingan dengannya, seakan-akan hendak mengucapkan selamat tinggal. Dan menyerbulah Kaum Muslimin dengan keberanian yang tak takut mati, suatu keberanian yang tak dikenal dunia kecuali dari mereka. Dan mereka pun memperoleh kemenangan. Suatu kemenangan yang nyata! div id="content" itemprop="articleBody">Di tengah-tengah para syuhada yang jadi kurban pertempuran, terdapatlah Barra' dengan wajahnya menampilkan senyuman, senyum manis saperti cahaya fajar. Tangan kanannya sedang menggenggam segumpal tanah berlumuran darah, yaitu darahnya yang suci. Dan pedangnya masih tergeletak di sampingnya. Kuat tak terpatahkan.
Dan bertemulah pasukan yang datang dari Kufah dengan yang datang dari Basrah untuk menghadapi tentara Persi di suatu pertempuran yang seru dan seram.
Di kalangan tentara Islam terdapat dua orang bersaudara utama yaitu Anas bin Malik dan Barra' bin Malik. Pertempuran dimulai dengan perang tanding satu lawan satu; Barra' sendiri menjatuhkan sampai seratus penantang dari Persi.
Kemudian berkecamuklah perang yang baur di antara kedua pasukan dan dari kedua belah pihak berjatuhan korban yang tak sedikit.
Sebagian sahabat mendekati Barra' sementara perang sedang berlangsung itu; mereka menghimbaunya sambil berkata:
"Masih ingatkah engkau, hai Barra' akan sabda Rasul tentang dirimu: Berapa banyak orang yang berambut kusut masai dan berdebu dan punya hanya dua pakaian lapuk hingga tidak diperhatikan orang sama sekali, padahal seandainya ia memohon kutukan kepada Allah bagi mereka, pastilah akan diluluskannya! Dan di antara orang-orang itu ialah Barra' bin Malik!
Wahai Barra' bersumpahlah kamu kepada Tuhanmu, agar la mengalahkan musuh dan menolong kita...!"
Maka Barra' mengangkat kedua tangannya ke arah langit dengan berendah diri lalu berdo'a: "Ya Allah, kalahkan mereka.... dan tolonglah kami atas mereka ...,dan pertemukanlah daku hari ini dengan Nabi-Mu!"
Dilayangkannya pandangannya yang lama kepada saudaranya Anas yang berperang berdampingan dengannya, seakan-akan hendak mengucapkan selamat tinggal. Dan menyerbulah Kaum Muslimin dengan keberanian yang tak takut mati, suatu keberanian yang tak dikenal dunia kecuali dari mereka. Dan mereka pun memperoleh kemenangan. Suatu kemenangan yang nyata! div id="content" itemprop="articleBody">Di tengah-tengah para syuhada yang jadi kurban pertempuran, terdapatlah Barra' dengan wajahnya menampilkan senyuman, senyum manis saperti cahaya fajar. Tangan kanannya sedang menggenggam segumpal tanah berlumuran darah, yaitu darahnya yang suci. Dan pedangnya masih tergeletak di sampingnya. Kuat tak terpatahkan.
(mhy)Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment