Kisah Siti Khadijah di Surat Al-Muzzammil, Selimut Nabi SAW dari Istri Tercinta

Kisah Siti Khadijah di Surat Al-Muzzammil, Selimut Nabi SAW dari Istri Tercinta
Kisah Siti Khadijah di Surat Al-Muzzammil menyingkap tentang cinta dan kesetiaan seorang istri kepada sang suami. Ilustrasi/Ist
KISAH Siti Khadijah di Surat Al-Muzzammil menyingkap tentang cinta dan kesetiaan seorang istri kepada sang suami. Dalam surat Al-Muzzammil memang tidak menyebut-nyebut nama Siti Khadijah. Tidak pula menceritakan tentang kisah Nabi dan istrinya itu. Namun sejumlah hadist menceritakan tentang kondisi dan situasi saat turunnya Surat Al-Muzzammil itu.

Banyak riwayat yang menghubungkan turunnya Surat Al-Muzzammil ini dengan pertama kali Nabi menerima wahyu, yakni surah Al-‘Alaq 1-5 . Kala itu Nabi pulang dari tahannus di Gua Hira’, Nabi SAW meminta Khadijah untuk menyelimutinya.

Setelah Nabi berkata kepada istrinya “zammiluni!” (selimuti aku), Malaikat Jibril turun menyampaikan wahyu selanjutnya, yaitu surah Al-Muzzammil (ya ayyuhal muzzammil) dan surah Al-Muddatsir (ya ayyuhal muddatsir).

Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Muzzammil ayat 1;

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلۡمُزَّمِّلُ

Ya ayyuhal muzzammil.

Artinya:

“Wahai orang yang berselimut (Muhammad).”
Imam al-Bukhari menjelaskan mengenai kejadian pertama kali Rasulullah SAW menerima wahyu di gua Hira. Sebagai seorang manusia, tentu Nabi merasakan rasa takut seperti manusia pada umumnya saat pertama kali merasakan sesuatu hal yang tidak umum terjadi pada manusia.

Aisyah , Ummul Mukminin, berkata, "Mula pertama Rasulullah SAW menerima wahyu adalah berupa mimpi yang benar dalam tidur. Ketika itu beliau tidak melihat mimpinya kecuali datang bagaikan cahaya subuh.

Sejak itu beliau menyepi di Gua Hira untuk beribadah selama bermalam-malam sebelum beliau kembali kepada keluarganya. Untuk itu beliau membawa bekal. Setelah beberapa hari, beliau pulang kepada Khadijah mengambil bekal lagi untuk beberapa malam. Hal itu terus beliau lakukan hingga datang kepada beliau kebenaran (wahyu) ketika beliau sedang berada di dalam Gua Hira."

Pada saat di Gua Hira itu Malaikat Jibril datang dan berkata: 'Bacalah!' Beliau menjawab: 'Aku tidak bisa membaca.' Beliau berkata: 'Lalu malaikat itu memeluk dan mendekapku erat-erat sehingga aku merasa kepayahan.' Lalu ia melepaskanku seraya berkata: 'Bacalah!' Aku menjawab: 'Aku tidak bisa membaca.' Dia memeluk dan mendekapku untuk yang kedua kali hingga aku merasa kepayahan. Kemudian dia melepaskanku sambil berkata: 'Bacalah!' Aku jawab: 'Aku tidak bisa membaca.'

Dia memeluk dan mendekapku untuk ketiga kalinya sehingga aku merasa kepayahan.' Lalu dia melepaskanku dan berkata: 'Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling Pemurah.'

Rasulullah SAW pulang membawa ayat tersebut, sementara hati beliau gemetar sekali, hingga beliau masuk ke rumah Khadijah binti Khuwailid ra seraya berkata: 'Selimutilah aku, selimutilah aku.'

Lalu dia menyelimuti suaminya itu sehingga hilang rasa takut beliau. Kemudian beliau menceritakan apa-apa yang telah beliau alami kepada Khadijah seraya berkata: 'Aku sungguh khawatir sekali akan keselamatan diriku.'
Khadijah berkata: 'Jangan begitu, bergembiralah! Demi Allah, Allah tidak bakal mengecewakanmu selamanya. Sesungguhnya engkau telah menyambung tali persaudaraan, engkau suka memikul beban orang lain, engkau suka memenuhi kebutuhan orang tak punya, engkau suka memuliakan tamu, dan engkau senantiasa membela kebenaran.'"

Kemudian Khadijah mengajak Nabi pergi menemui Waraqah bin Naufal bin Asad ibnul Uzza, saudara misan Khadijah. Waraqah bin Naufal telah memeluk agama Nasrani sejak zaman jahiliah. Dia sudah terbiasa menulis dengan tulisan Ibrani, dan cukup banyak menulis dari Injil dengan tulisan Ibrani. Ketika itu dia sudah tua dan buta.
Khadijah berkata kepadanya: "Wahai anak pamanku, dengarkanlah cerita anak saudaramu ini!"

Waraqah bin Naufal berkata kepada Nabi SAW: "Wahai anak saudaraku, apa yang engkau alami?"

Rasulullah SAW menceritakan kepada Waraqah segala sesuatu yang telah beliau alami. Lalu Waraqah berkata kepada Rasulullah SAW: "Ini adalah Namus (Jibril) yang telah diturunkan oleh Allah kepada Musa. Oh, kalau saja aku pada masa kenabianmu kelak masih muda belia. Oh, kalau saja aku masih hidup pada saat engkau diusir oleh kaummu."

Rasulullah SAW bertanya: "Apakah mereka akan mengusirku?"

Waraqah menjawab: "Ya, setiap orang yang datang dengan mengemban tugas sepertimu, pasti dimusuhi. Jika harimu itu sempat aku alami, tentu aku akan membelamu mati-matian." (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam satu riwayat menurut versi Ahmad disebutkan bahwa Rasulullah SAW berkata: "(Khadijah) beriman ketika orang-orang kafir kepadaku, dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, dan dia membantuku dengan hartanya ketika orang-orang memblokade."

Aisyah berkata, terkadang aku berkata kepada Rasulullah SAW "Seolah--olah tidak ada di dunia ini wanita selain Khadijah?'

Beliau berkata: 'Sesungguhnya dia (adalah wanita yang utama) dan dia (adalah wanita yang bijaksana) dan dari dialah aku mendapatkan anak.'" (HR Bukhari)

Di dalam riwayat Ahmad disebutkan bahwa Nabi SAW berkata: "Allah mengaruniaiku anak darinya ketika Dia tidak memberiku anak dari istri-istriku yang lain."

Aisyah berkata: "Rasulullah saw. bersabda: 'Sesungguhnya aku telah diberi karunia dengan cintanya Khadijah kepadaku.'" (HR Muslim)
Aisyah berkata: "Nabi SAW tidak mengawini selain Khadijah sampai dia (Khadijah) meninggal dunia." (HR Muslim)

Aisyah berkata: "Tidak ada rasa cemburuku terhadap salah seorang dari istri-istri Nabi SAW yang melebihi rasa cemburuku terhadap Khadijah, padahal aku tidak pernah melihat (bertemu dengan)nya. Akan tetapi (rasa cemburuku itu timbul karena) Nabi SAW seringkali menyebut-nyebutnya. Bahkan beliau sering menyembelih seekor kambing, lalu memotongnya menjadi beberapa bagian, kemudian mengirimkannya kepada teman-teman Khadijah." (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Aisyah, dia berkata: "Halah binti Khuwailid, saudara perempuan Khadijah, minta izin untuk menemui Rasulullah SAW. Hal itu mengingatkan beliau kepada cara minta izinnya Khadijah, sehingga beliau agak terperanjat. Kemudian beliau berkata: 'Ya Tuhan, rupanya si Halah.'

Aisyah berkata: 'Aku merasa cemburu sekali.' Lalu aku berkata: 'Apa yang membuatmu selalu teringat kepada salah seorang nenek dari nenek-nenek Kabilah Quraisy itu? Dia sudah tua renta dan telah habis ditelan masa? Bukankah Allah sudah memberimu pengganti yang lebih baik daripadanya?'" (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam salah satu riwayat Ahmad disebutkan bahwa Rasulullah SAW menjawab: "Allah tidak memberiku pengganti yang lebih baik daripada dia."

Abu Hurairah berkata: "Jibril datang kepada Nabi SAW dan berkata: 'Wahai Rasulullah, ini Khadijah datang kepadamu dengan membawa bejana berisikan lauk pauk atau makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, maka sampaikanlah kepadanya salam dari Tuhannya dan dariku dan beri kabar gembiralah kepadanya tentang sebuah rumah di dalam surga yang terbuat dari mutiara di mana di dalamnya tidak ada keributan dan kesusahan.'" (HR Bukhari dan Muslim)

Ali bin Abu Thalib berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baik wanita (pada zaman)nya adalah Maryam putri Imran dan sebaik-baik wanita (dari umat)nya adalah Khadijah." (HR Bukhari dan Muslim)

(mhy) 
Miftah H. Yusufpati

No comments: