Kisah Ya'juj Ma'juj di Surat Al-Kahfi dan Penjara Dzulqarnain Raja yang Saleh
Kisah Ya'juj Ma'juj di Surat Al-Kahfi ayat 83-99 merupakan kisah dengan tokoh utama Dzulqarnain , raja yang saleh, wali Allah yang adil lagi berilmu. Dalam kisah ini Ya'juj Ma'juj sebagai tokoh jahat yang keji.
Berikut kisah Dzulqarnain yang berhasil "memenjarakan" Ya'juj Ma'juj sebagaimana disampaikan Al-Quran surat Al-Kahfi ayat 83-99.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَيَسَۡٔلُونَكَ عَن ذِي ٱلۡقَرۡنَيۡنِۖ قُلۡ سَأَتۡلُواْ عَلَيۡكُم مِّنۡهُ ذِكۡرًا ٨٣ إِنَّا مَكَّنَّا لَهُۥ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَءَاتَيۡنَٰهُ مِن كُلِّ شَيۡءٍ سَبَبًا ٨٤ فَأَتۡبَعَ سَبَبًا ٨٥ حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ مَغۡرِبَ ٱلشَّمۡسِ وَجَدَهَا تَغۡرُبُ فِي عَيۡنٍ حَمِئَةٍ وَوَجَدَ عِندَهَا قَوۡمًاۖ قُلۡنَا يَٰذَا ٱلۡقَرۡنَيۡنِ إِمَّآ أَن تُعَذِّبَ وَإِمَّآ أَن تَتَّخِذَ فِيهِمۡ حُسۡنًا ٨٦ قَالَ أَمَّا مَن ظَلَمَ فَسَوۡفَ نُعَذِّبُهُۥ ثُمَّ يُرَدُّ إِلَىٰ رَبِّهِۦ فَيُعَذِّبُهُۥ عَذَابًا نُّكۡرًا ٨٧ وَأَمَّا مَنۡ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحًا فَلَهُۥ جَزَآءً ٱلۡحُسۡنَىٰۖ وَسَنَقُولُ لَهُۥ مِنۡ أَمۡرِنَا يُسۡرًا ٨٨
“Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain. Katakanlah, ‘Aku akan bacakan kepadamu kisah tentangnya.’ Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu, maka dia pun menempuh suatu jalan.
Ketika dia telah sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata, ‘Hai Dzulqarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka.’
Dzulqarnain berkata, ‘Adapun orang yang aniaya, kami akan mengazabnya, kemudian dia dikembalikan kepada Rabbnya, lalu Dia mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya. Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami’.” ( QS al-Kahfi: 83-88 )
Ini menunjukkan bahwa Dzulqarnain termasuk raja yang saleh, wali Allah yang adil lagi berilmu. Dia menepati keridhaan Allah dengan memperlakukan setiap orang sesuai dengan kedudukannya.
ثُمَّ أَتۡبَعَ سَبَبًا ٨٩ حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ مَطۡلِعَ ٱلشَّمۡسِ وَجَدَهَا تَطۡلُعُ عَلَىٰ قَوۡم لَّمۡ نَجۡعَل لَّهُم مِّن دُونِهَا سِتۡرًا ٩٠ كَذَٰلِكَۖ وَقَدۡ أَحَطۡنَا بِمَا لَدَيۡهِ خُبۡرًا ٩١ ثُمَّ أَتۡبَعَ سَبَبًا ٩٢ حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ بَيۡنَ ٱلسَّدَّيۡنِ وَجَدَ مِن دُونِهِمَا قَوۡمًا لَّا يَكَادُونَ يَفۡقَهُونَ قَوۡلًا ٩٣
“Kemudian dia menempuh jalan (yang lain). Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu, demikianlah.
Sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya. Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan.” ( QS Al-Kahfi: 89-93 )
Para ahli tafsir berkata bahwa Dzulqarnain pergi dari arah timur menuju ke utara. Sampailah dia di antara dua dinding penghalang. Kedua dinding penghalang itu adalah rantai pegunungan yang dikenal pada masa itu, yang menjadi penghalang antara Ya’juj dan Ma’juj dengan manusia.
Di hadapan kedua gunung itu, dia menemukan suatu kaum yang hampir-hampir tidak bisa memahami pembicaraan. Hal itu karena asingnya bahasa mereka dan tidak cakapnya akal dan hati mereka.
Allah subhanahu wa ta’ala telah memberi Dzulqarnain sebab-sebab ilmiah sehingga bahasa kaum itu bisa dipahami olehnya dan dia bisa memahamkan mereka. Dia bisa berbicara kepada mereka dan mereka bisa berbicara kepadanya. Mereka kemudian mengeluhkan kejahatan Ya’juj dan Ma’juj kepada Dzulqarnain.
قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَىٰ أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا
Mereka berkata: "Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?" ( QS Al-Kahfi Ayat 94 )
Hal ini menunjukkan ketidakmampuan mereka membangun dinding penghalang dan mereka mengetahui kemampuan Dzulqarnain untuk membangunnya. Mereka pun memberikan upah kepadanya untuk melakukannya. Mereka menyebutkan sebab yang mendorong hal itu, yaitu perusakan Ya’juj dan Ma’juj di bumi.
Dzulqarnain bukanlah orang yang tamak. Dia tidak memiliki keinginan terhadap harta dunia. Namun, dia juga tidak meninggalkan perbaikan keadaan rakyat. Bahkan, tujuannya adalah perbaikan. Karena itu, dia memenuhi permintaan mereka demi kemaslahatan yang terkandung di dalamnya. Dia tidak mengambil upah dari mereka. Dia bersyukur kepada Rabbnya atas kekokohan dan kemampuannya.
قَالَ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأَعِينُونِي بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا
Dzulqarnain berkata, ‘Apa yang telah dikuasakan oleh Rabbku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik. Tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka. ( QS Al-Kahfi Ayat 95 )
آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ ۖ حَتَّىٰ إِذَا سَاوَىٰ بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انْفُخُوا ۖ حَتَّىٰ إِذَا جَعَلَهُ نَارًا قَالَ آتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا
Berilah aku potongan-potongan besi.’ Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain, ‘Tiuplah (api itu).’ Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata, ‘Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu.’ ( QS Al-Kahfi Ayat 96 )
Maksudnya, nyalakanlah dengan nyala yang besar. Gunakanlah alat tiup agar nyalanya membesar hingga tembaga itu meleleh. Tatkala tembaga itu meleleh, yang hendak dia tuangkan di antara potongan-potongan besi, Dzulqarnain mengatakan, “Berilah aku tembaga agar kutuangkan ke atas besi panas itu.”
Maksudnya, tembaga yang mendidih. Aku tuangkan tembaga yang meleleh ke atasnya. Dinding penghalang itu menjadi luar biasa kokoh. Terhalangilah manusia yang berada di belakangnya dari kejahatan Ya’juj dan Ma’juj.
فَمَا ٱسۡطَٰعُوٓاْ أَن يَظۡهَرُوهُ وَمَا ٱسۡتَطَٰعُواْ لَهُۥ نَقۡبًا ٩٧ قَالَ هَٰذَا رَحۡمَةٌ مِّن رَّبِّيۖ فَإِذَا جَآءَ وَعۡدُ رَبِّي جَعَلَهُۥ دَكَّآءَۖ وَكَانَ وَعۡدُ رَبِّي حَقًّا ٩٨
Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melubanginya. Dzulqarnain berkata, ‘Ini (dinding) adalah rahmat dari Rabbku. Apabila telah datang janji Rabbku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Rabbku itu adalah benar’.” ( QS al-Kahfi: 97 - 9 7- 98 )
Maksudnya, Ya’juj dan Ma’juj tidak memiliki kemampuan dan kekuatan untuk mendakinya karena tingginya penghalang itu. Tidak pula mereka bisa melubanginya karena kekokohan dan kekuatannya.
Inilah keadaan para khalifah yang saleh. Apabila Allah subhanahu wa ta’ala memberikan nikmat-nikmat yang mulia kepada mereka, bertambahlah syukur, penetapan, dan pengakuan mereka akan nikmat Allah subhanahu wa ta’ala.
وَتَرَكۡنَا بَعۡضَهُمۡ يَوۡمَئِذٍ يَمُوجُ فِي بَعۡضٍۖ وَنُفِخَ فِي ٱلصُّورِ فَجَمَعۡنَٰهُمۡ جَمۡعًا
“Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk satu dengan yang lain.” ( QS al-Kahfi: 99 )
Bisa jadi, dhamir “hum” (kata ganti mereka) kembali kepada Ya’juj dan Ma’juj—ketika mereka keluar kepada manusia—karena banyaknya jumlah mereka dan meliputi seluruh permukaan bumi sehingga mereka berbaur satu sama lain.
Buku Sepuluh Peristiwa Besar Menjelang Kiamat Kubra menyebut Yajuj dan Majuj merupakan golongan perusak dan jumlahnya lebih banyak dibandingkan manusia. Yajuj dan Majuj tidak akan mati sebelum melahirkan anak, dan sekali melahirkan sedikitnya berjumlah seribu anak.
Segala kebutuhan makanan untuk manusia akan dihabiskan oleh Yajuj dan Majuj termasuk hewan-hewan hingga air. Bahkan, Air bengawan Sekhon dan bengawan Jikhon serta telaga Thobariyah dalam waktu sehari bisa kering karena diminum oleh Yajuj dan Majuj.
Yajuj dan Majuj sampai kini masih berada di dalam sebuah jurang yang sangat lebar dan luas serta diapit oleh dua buah gunung yang bernama gunung Amlas dan gunung Munqatiq. Di antara kedua gunung, dibuat pagar yang sangat kokoh yang terbuat dari besi sesuai dengan isi kandungan surat al-Kahfi.
Dalam buku Sepuluh Peristiwa Besar Menjelang Kiamat Kubra, pagar ini selalu digerogoti ketika siang hari, dan berhenti ketika malam hari. Namun, pagar ini tidak akan rusak kecuali sudah dikehendaki oleh Allah, yaitu bersamaan dengan saat turunnya Nabi Isa as .
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment