Saat China Muslim Memimpin Muhammadiyah (3-Habis)
Inspirasi kedermawanan HM Bahaudin terhadap Muhammadiyah, dua di antaranya berasal dari dorongan atau motivasi H Taufik Ali yang sering mengisi pengajian di Masjid Al-Manar, serta pemahaman dan perenungan beliau terhadap Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 177, Al-Isra ayat 23-37, dan Al-Furqon ayat 63-77. Ketiga surat ini sering menjadi materi kajian Ustadz Aen pada pengajian di Kampus Perguruan Muhammadiyah, dan beliau menjadi salah seorang pendengarnya. Saking cintanya pada surat-surat tersebut, beliau sering membacanya ketika menjadi imam shalat dan membahasnya pada waktu beliau menjadi pengisi ceramah atau Khatib Jumat di Masjid Al-Manar.
Para tokoh Pimpinan Pusat Muhammadiyah seperti Kasman Singodimedjo, Safrudin, dan Ibrahim Adjie, pernah berkunjung ke rumah beliau. Beliau sangat dekat dengan tokoh NU terkenal di Tasikmalaya, H. Sayudi. Beliau cukup akrab dengan Pimpinan Pesantren Miftahul Huda Manojaya, KH Khoer Affandi. Beliau sering mengikuti pengajian di pesantrennya dan bersilaturahmi ke rumahnya, pun KH Khoer Affandi sering bersilaturahmi ke rumahnya yang di dekat Masjid Al-Manar.
Kecintaan beliau kepada Muhammadiyah, juga dibuktikan dengan memasukkan semua anaknya ke lembaga pendidikan Muhammadiyah. Ada yang di SMP Muhammadiyah Tasikmalaya, PGA Muhammadiyah Tasikmalaya, SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, dan Muallimat Yogyakarta. Putrinya yang bernama Hj. Nunung Mu’minah pernah menjadi Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah Tasikmalaya.
Tahun 1961-1962, Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah mengalami kesulitan untuk membuat perangkat drumben. Tanpa berpikir panjang, M Bahaudin membuat dua perangkat alat drumben di bengkelnya langsung. Satu perangkat untuk Pemuda Muhammadiyah dan satu perangkat lagi untuk Nasyiatul Aisyiyah.
Acara-acara Muhammadiyah waktu itu sangat meriah karena diiringi oleh pasukan drumben Pemuda Muhammadiyah dan NA. Pada tanggal 17 Agustus 1964, ada acara pawai. Barisan-barisan Ormas Islam pun ikut pawai dan barisan paling depannya adalah pasukan drumben Muhammadiyah.
Pasukan drumben Muhammadiyah bersaing dengan pasukan drumben dari PKI (sekretariat drumben PKI di daerah Gunung Pereng Tasikmalaya). Pawai itu dinilai oleh panitia dan barisan pasukan drumben Muhammadiyah meraih Juara 1.
Pada tahun 1982 beliau wafat di usia 72 tahun. Wafat ketika membuat kusen untuk disumbangkan kepada Panitia Rehab Masjid At-Tanwir di Komplek Perguruan Muhammadiyah.
Sumber: Majalah SM Edisi 5 Tahun 2020
No comments:
Post a Comment