Surat Al Qamar: Mukjizat Nabi Muhammad Membelah Bulan
Surat Al Qamar, mukjizat Nabi Muhammad membelah bulan. Allah Ta'ala mengabadikan kisah ini dalam Surat Al Qamar (القمر) yang artinya bulan.
Al-Qamar adalah surah ke-54 dalam Al-Qur'an tergolong surah makkiyah terdiri atas 55 ayat. Di ayat pertama surat ini berbunyi:
اِقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ
"Saat itu (hari Kiamat) semakin dekat, bulan pun terbelah." (Al-Qomar: Ayat 1)
Yang dimaksud dengan "saat itu" ialah Hari Kiamat atau saat kehancuran kaum musyrikin. Terbelahnya bulan merupakan suatu mukjizat Nabi Muhammad untuk membungkam Abu Jahal dan pengikutnya yang selalu menentang Nabi.
Peristiwa terbelahnya bulan terjadi pada masa Rasulullah masih di Makkah sebelum Hijrah ke Madinah. Dari Abdullah bin Masud radhiyallahu 'anhu berkata: "Bulan terbelah menjadi dua pada masa Rasulullah lalu Beliau bersabda: Saksikanlah oleh kalian." (HR Muslim No 5010)
Dari Anas radhiyallahu 'anhu, bahwa penduduk Makkah meminta kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم untuk diperlihatkan kepada mereka satu mukjizat (tanda kenabian), maka Rasulullah memperlihatkan kepada mereka mukjizat terbelahnya bulan sebanyak dua kali. (HR Muslim No. 5013)
Dalam tafsir.web dijelaskan makna ayat pertama Surat Al-Qamar. Menurut Imam At-Tirmidzi meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Ma'mar dari Qatadah dari Anas ia berkata, "Penduduk Makkah pernah meminta bukti kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka bulan pun terbelah di Mekah dua kali, ketika itu turunlah ayat, "Iqtarabatis saa'atu wan syaqqal Qamar." Sampai ayat, "sihrum mustamir." yakni sihir yang akan hilang. (Tirmidzi berkata, Hadits ini hasan shahih)
Yang dijadikan pegangan tentang sebab turunnya ayat pertama Al-Qamar itu adalah hadits Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Thabrani dalam Al Kabir juz 11 hal. 250 no. 11642 ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin ‘Amr Al Bazzar, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya Al Qath’iy, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bakar, telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij dari Amr bin Dinar dari ‘Ikrimah dari Ibnu Abbas ia berkata, "Telah terjadi gerhana bulan pada zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka mereka (kaum musyrikin) berkata, "Bulan telah tersihir." Ketika itu turunlah ayat, "Iqtarabatis saa’atu wan syaqqal qamar” sampai, “Sihrum mustamir." (Hadits ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Mardawaih sebagaimana dalam Ad Durrul Mantsur juz 6 hal. 133, Ibnu Katsir berkata, "Sanadnya jayyid" sebagaimana dalam Al Bidayah)
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu ia berkata, "Aku melihat bulan dua kali terbelah menjadi dua bagian di Makkah sebelum Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam keluar, dimana bagian yang satu berada di (gunung) Abu Qubais. Sedangkan bagian yang lain di As Suwaida’, lalu mereka berkata, "Bulan telah tersihir." Maka turunlah ayat, “Iqtarabatis saa’atu wan syaqqal qamar."
Beliau bersabda, "Sebagaimana kamu melihat bulan terbelah, maka yang aku beritahukan kepada kamu tentang dekatnya hari Kiamat adalah benar." (Hakim berkata, Hadits ini adalah shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim, namun keduanya tidak meriwayatkan)
Allah Ta'ala memberitahukan bahwa Kiamat telah dekat dan hampir tiba, namun mereka yang mendustakan itu tetap saja mendustakannya tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi kedatangannya. Allah memperlihatkan kepada mereka ayat (mukjizat) yang biasanya diimani oleh manusia.
Di antara ayat (mukjizat) yang besar yang menunjukkan kebenaran apa yang dibawa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah ketika orang-orang yang mendustakan Beliau meminta diperlihatkan sesuatu yang menyelisihi kebiasaan yang menunjukkan kebenaran apa yang Beliau bawa.
Maka Beliau menunjuk ke bulan dengan izin Allah Ta’ala, maka terbelahlah bulan menjadi dua bagian; bagian yang satu berada di gunung Abu Qubais, sedangkan bagian yang satu lagi berada di gunung Qu'aiqi’aan. Orang-orang musyrik dan selain mereka ketika itu menyaksikan mukjizat yang besar ini, mereka tercengang terhadapnya, namun iman tetap tidak masuk ke dalam hati mereka.
Mereka malah berkata, "Muhammad telah menyihir kita. Untuk mengetahuinya adalah kamu bertanya kepada orang yang datang kepada kamu, dia (Muhammad) tidak mampu menyihir orang yang tidak menyaksikannya seperti kamu."
Maka mereka bertanya kepada setiap orang yang datang, lalu orang yang dayang itu memberitahukan bahwa hal itu memang terjadi. Namun mereka tetap saja berkata, "(Ini adalah) sihir yang terus menerus."
Berikut lanjutan Surat Al-Qamar Ayat 2-8:
وَإِنْ يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا وَيَقُولُوا سِحْرٌ مُسْتَمِرٌّ (٢) وَكَذَّبُوا وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ وَكُلُّ أَمْرٍ مُسْتَقِرٌّ (٣) وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنَ الأنْبَاءِ مَا فِيهِ مُزْدَجَرٌ (٤) حِكْمَةٌ بَالِغَةٌ فَمَا تُغْنِ النُّذُرُ (٥) فَتَوَلَّ عَنْهُمْ يَوْمَ يَدْعُو الدَّاعِ إِلَى شَيْءٍ نُكُرٍ (٦) خُشَّعًا أَبْصَارُهُمْ يَخْرُجُونَ مِنَ الأجْدَاثِ كَأَنَّهُمْ جَرَادٌ مُنْتَشِرٌ (٧) مُهْطِعِينَ إِلَى الدَّاعِ يَقُولُ الْكَافِرُونَ هَذَا يَوْمٌ عَسِرٌ (٨)
Artinya:
2. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata, "(Ini adalah) sihir yang terus menerus.
3. Dan mereka mendutakan (Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam) dan mengikuti keinginannya, padahal setiap urusan telah ada ketetapannya.
4. Dan sungguh, telah datang kepada mereka beberapa kisah yang di dalamnya terdapat ancaman (terhadap kekafiran),
5. (itulah) suatu hikmah yang sempurna, tetapi peringatan-peringatan itu tidak berguna (bagi mereka),
6. Maka berpalinglah engkau (Muhammad) dari mereka. (Ingatlah) hari (ketika) seorang penyeru (malaikat) mengajak (mereka) kepada sesuatu yang tidak menyenangkan (hari pembalasan).
7. Pandangan mereka tertunduk, ketika mereka keluar dari kuburan, seakan-akan mereka belalang yang beterbangan,
8. Dengan patuh mereka segera datang kepada penyeru itu. Orang-orang kafir berkata, "Ini adalah hari yang sulit".
(rhs)
Rusman H Siregar
No comments:
Post a Comment