Baca Surat Yasin, Gus Baha: Rasulullah SAW Tak Terlihat Saat Dikepung
Gus Baha menyampaikan kisah peristiwa di malam hari sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Beliau SAW tak terlihat saat dikepung. Ini karena pada saat peristiwa itu terjadi Turun Surat Yasin .
Kiai bernama lengkap KH Ahmad Bahauddin Nursalim ini dalam kanal YouTube Santri Gayeng menjelaskan Nabi Muhammad pada saat itu dalam situasi genting, mendapat wahyu dari malaikat Jibril dan kemudian membacanya. Wahyu tersebut adalah surat Yasin ayat 9.
Selimut Nabi Muhammad diserahkan kepada sahabat Ali bin Abi Thalib untuk mengelabuhi, kemudian Nabi Muhammad keluar dan menaburkan tanah ke arah atas kepala orang-orang kafir tersebut.
Adapun ayat yang dibaca oleh Nabi Muhammad SAW saat itu adalah surat Yasin ayat 9, yang berbunyi:
وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ
Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. ( QS. Yasin: 9 )
Berkat kemuliaan Nabi SAW yang membaca ayat tersebut, orang-orang kafir yang sudah mengintai dan mengepung rumah Nabi Muhammad tertidur pulas dan tidak sadarkan diri. Sebagian meriwayatkan bahwa para pengepung tersebut tidak bisa melihat Nabi.
Cendekiawan Muslim Turki, Muhammad Fethullah Gulen, dalam bukunya Cahaya Abadi Muhammad SAW Kebanggaan Umat Manusia juga menjelaskan hal yang sama. "Kala itu, Rasulullah benar-benar telah berhasil menjaga keyakinan dan keberanian beliau untuk kemudian melangkah menuju gua Tsur. Sebuah gua yang terletak di puncak gunung dan sangat sulit untuk dicapai, termasuk oleh para pemuda. Tapi Rasulullah mampu mendaki puncak gunung itu ketika beliau telah berusia lima puluh tiga tahun," jelasnya.
Orang-orang musyrik Mekkah pun mencari-cari keberadaan Rasulullah. Bahkan mereka sampai tiba di mulut gua Tsur. Sahabat Abu Bakar yang menemani Rasulullah di dalam gua Tsur merasa gelisah. Sebab Abu Bakar selalu menganggap Rasulullah sebagai titipan amanah yang harus dijaga dengam sebaik-baiknya.
Namun di saat yang sama, Rasulullah sama sekali tidak risau. Wajah Rasulullah tetap senyum dan selalu tenang. Bahkan Rasulullah menenangkan Abu Bakar. "Wahai Abu Bakar, janganlah kau takut. Sesungguhnya Allah bersama kita. Menurutmu apa yang akan terjadi pada dua orang Allah telah menjadi yang ketiga bagi mereka."
Nabi Muhammad SAW akhirnya bisa pergi dengan bebas ditemani oleh Abu Bakar hijrah menuju Madinah.
Lehernya Terpasang Belenggu
Tentang Surat Yasin ayat 9 ini, Prof Dr Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menggambarkan bahwa redaksi kalimat وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا dipahami oleh Al-Biqa’i sebagai gambaran penderitaan para penentang Rasulullah.
Ayat ini masih berkaitan dengan surat Yasin ayat 7-8 di mana ayat tersebut menerangkan tentang bagaimana orang yang mempertahankan kekufuran adalah seperti orang yang di lehernya terpasang belenggu, yang kemudian belenggu itu diikatkan ke dagu mereka.
لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلٰٓى اَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ اِنَّا جَعَلْنَا فِيْٓ اَعْنَاقِهِمْ اَغْلٰلًا فَهِيَ اِلَى الْاَذْقَانِ فَهُمْ مُّقْمَحُوْنَ
Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman. Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah. ( QS Yasin: 7-8 )
Adapun penjelasan surat Yasin ayat 9 yang dibaca oleh Nabi Muhammad tersebut, dalam penjelasan Quraish Shihab, bahwa mereka (orang yang masih mempertahankan kekufuran mereka) sama sekali tidak dapat melihat dan, kalaupun dapat berjalan, mereka hanya bisa berjalan beberapa langkah saja, tetapi pada akhirnya mereka akan terbentur-bentur oleh dinding pemisah itu.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment