Jejak Lapangan Banteng, BKOI, dan Hujatan Rasulullah SAW

 Bung Hatta, M Natsir, Buya Hamka, dan berbagai tokoh lainnya shalat Idul Fitri di Lapangan Banteng pada tahun 1952.

Bung Hatta, M Natsir, Buya Hamka, dan berbagai tokoh lainnya shalat Idul Fitri di Lapangan Banteng pada tahun 1952.

Foto: Perpustakaan Nasional
Kisah Badan Kontak Organisasi Islam Djakarta Raja.

Ridwan Saidi, Sejarawan, Budayawan Betawi, dan Politisi Senior

Aku tak tahu tahun berapa BKOI (Badan Kontak Organisasi Islam) berdiri. Ini forum ormas-ormas Islam Jakarta dalam urusan untuk mengerahkan massa. Ayah juga aktif di BKOI. Ketuanya Syarif Usman. Tampilan dan gaya orasi pidatonya mirip Soekarno.

BKOI juga selenggarakan shalat Idul Fitri dan Adha di Lapangan Banteng setiap tahun. Shalat Idul Fitri pada tahun 1952 aku diajak ke lapangan Banteng. Imam dan Khatib Buya Hamka. Tokoh-tokoh hadir seperti Bung Hatta, Pak Natsir, Pak Syafrudin. "Bung Karno tak pernah shalat Id di Lapangan Banteng," kata ayah.

Lapangan Banteng jadi lokasi konsolidasi Islam. Tapi itu sampai tahun 1962 saja. Kala itu Bung Karno mau mendirikan monumen pembebasan Irian Barat di sana.

Pada bulan Februari tahun 1954 tokoh partai Persatuan Marhaen Indonesia (Permai), Mei Kartawinata, berpidato di Pasar Senen yang isinya menyerang kehidupan Nabi Muhammad SAW. Ini menimbulkan kemarahan umat Islam yang meluas, termasuk di Jakarta.

Pada tanggal 28 Februari tahun 1954 BKOI gelar rapat akbar di lapangan Gambir. Massa bergerak dari setiap sudut Kota Jakarta dan sekitarnya. Untuk ukuran populasi Jakarta saat itu yang hanya 2,8 juta, maka ini menjadi kerumunan massa terbesar setelah revolusi 1945.

Tak dapat dikira jumlahnya karena massa tak hanya berkumpul di lapangan Gambir saja, tapi secara sporadis menyebar berpawai di semua sudut Jakarta.

Dan, sejak peristiwa itu, sampai sekarang tak pernah lagi diketahui keberadaan Mei Kartawinata. Permai sebagai partai peserta Pemilu 1955 tetap ikut pemilu, tapi nama Mei Kartawinata tak ada dalam daftar calon anggota legislatif

Apa yang dilakukan Mei Kartawinata hanya melanjutkan Siti Sumandari di Kongres Pemuda I 1926 di Jakarta. Yang dia serang saat itu soal perkawinan Nabi Muhammad. Namun, dalam debat terbuka dengan Haji Agus Salim di Yogyakarta, Sumandari menyerah. Rol

No comments: